Fatalitas di Atas 30 Tahun, 10 Provinsi dalam Risiko Tinggi

Ilusstrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



#ANDALKAN KEKUATAN OTONOMI DAERAH

Oleh: Dr.Abidinsyah Siregar *)

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Benarkah virus Covid-19 lebih mengancam komunitas berusia di atas 30 tahun dan kini menyerang semua 34 provinsi se Indonesia.

Provinsi manakah yang seharus lebih responsif menghadapi ancaman virulensi/keganasan Covid-19.

MENGANCAM DI ATAS 30 TAHUN

Jika merujuk pada data Global, angka terpapar terbanyak kasus Covid-19 adalah di atas 50 tahun.

Uniknya kasus Indonesia sesuai publikasi Juru Bicara Nasional untuk penanganan Covid-19 Bp.Dr.Achmad Yurianto di Graha BNPB, pada akhir April yang lalu mengemukakan, kasus meninggal dunia akibat virus corona di Indonesia paling banyak berada pada rentang usia 30-59 tahun yaitu sebanyak 351 dari total kematian sebanyak 773 jiwa (45  persen).

Sedangkan kematian kasus pada rentang usia 60-79 tahun sebanyak 302 (39 persen). Sementara pada rentang usia di atas 80 tahun terjadi kematian 27 orang (3,4 persen).

Menurunnya jumlah kematian pada usia di atas 60 tahun, diduga karena aktifitas di luar rumah yang semakin sedikit, sehingga kontak virus lebih kecil.

Berdasarkan usia, maka total jumlah kematian terbanyak dimulai sejak usia 30 tahun ke atas sebanyak 87.4 persen. Sisanya dalam jumlah kecil kematian pada kasus berusia 0 – 30 tahun.

Mengapa tinggi fatalitas di atas usia 30 tahun.

Berkaca dari data statistik pada laman BNPB, yang pernah ditampilkan pada akhir Mei lalu, diketahui bahwa pada kasus terinfeksi virus Covid-19, mengalami batuk 76,7 persen, mengalami demam 52,4 persen, gejala demam 47,4 persen, kasus dengan sesak napas sebanyak 41,5 persen, sedangkan dengan gejala sesak napas 33,4 persen.

Keluhan lain pada kasus yang terinfeksi Covid-19 adalah sakit tenggorokan 32,1 persen, pilek 31,2 persen, sakit kepala 23,7 persen, mual 19,7 persen, keram otot 19 persen, gejala menggigil 10,8 persen, diare 8,5 persen, sakit perut 7,3 persen.

Setiap kasus memiliki beberapa keluhan dan gejala.

Seluruh data masih sementara, karena belum diolah dari semua kasus. Tetapi gambaran dan proporsi kesakitannya cukup membantu kita untuk waspada.

Data dan informasi penyakit serta keluhan diatas, memberi pesan jelas kepada kita bahwa mereka yang berusia di atas 30 tahun sudah memiliki kondisi kesehatan fisik yang tidak bagus.

Organ tubuh yang paling bermasalah adalah paru-paru dan saluran pernapasan (ini bermanifestasi pada daya tampung dan simpan oksigen di paru-paru dan darah menjadi rendah, tidak cukup kuat untuk mendukung fungsi pernapasan saat terinfeksi).

Gangguan organ jantung dan pembuluh darah (yang antara lain ditandai dengan Tekanan darah tinggi, mengakibatkan distribusi oksigen dan energi terganggu keseluruh tubuh), organ pankreas tempat produksi insulin yang fungsinya menetralisir kadar gula dalam darah, namun jika kebiasaan buruk makan yang tidak terkendali maka kadar gula dalam darah tidak dapat di netralisir oleh insulin karena tidak cukup).

Dalam jangka panjang menjadi kronis, sehingga imunitas menurun, daya tahan tubuh menurun dan tubuh menjadi rentan sakit.

GAMBARAN KESEHATAN MASYARAKAT

Dengan Umur Harapan Hidup (UHH) rerata Indonesia 72 tahun, sungguh tragis jika sejak 30 tahun hidup kita rentan terhadap penyakit apasaja.

Apalagi dengan kedatangan Covid-19. Kita berada dalam suatu era baru dan unik.
Yaitu suatu zaman di mana sang virus penyebab penyakit tidak terlihat, pembawa penyakit (inang/carrier) tidak bergejala, yang tertular juga tanpa gejala dan hidup di sekitar kita, belum ada obatnya dan belum ada vaksin.

Sementara itu dengan transmisi Covid-19 yang cepat dan luas serta virulensi atau keganasannya yang tinggi, menimbulkan kekhawatiran tertular, dan berdampak kehilangan hari produktif/hari kerja yang panjang karena harus isolasi atau karantina atau mungkin butuh perawatan yang panjang sehingga bisa berakibat kehilangan pendapatan, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, pemiskinan dan bahkan kematian.

Cukup kuatkah kita bertahan hidup aman dan produktif?

Merujuk kepada Riset Kesehatan Dasar Kemenkes (RISKESDAS-2018) yang dihimpun Badan Litbangkes Kemenkes dan dipublikasi pada tahun 2019, dikaitkan dengan gejala yang ditimbulkan infeksi virus Covid-19, maka sejumlah penyakit dibawah ini sangat berkontribusi memperberat keadaan kasus dan bahkan bisa menjadi penyebab kematian.

Hasil Riskesdas tahun 2013 dan 2018 (dalam persentase) dan 10 provinsi paling bermasalah karena persentase di atas rerata nasional, sbb :

1.Prevalensi Merokok usia 10-18 thn : meningkat 7,2 menjadi 9,1. Target RPJMN 2019 adalah 5,4.
Provinsi Terberat: Jabar, Gorontalo, Lampung, Bengkulu, Banten, Sulteng, Sumatera Barat, NTB, Malut dan Sulawesi Utara.

2.Aktifitas fisik kurang dari 150 menit/minggu sedikit meningkat 26,1 menjadi 33,5. Provinsi Terberat : DKI Jakarta, Kalimantan Utara, Maluku, Jambi, Kepri, Papua Barat, Banten, Kaltim, Sumbar dan Maluku Utara.

3.Obesitas di atas usia 15 tahun, meningkat 18,8 menjadi 31,6.
Provinsi Terberat : Sulut, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Papua Barat, Kepri, Kaltara, Sumatera Utara, Malut, Gorontalo dan Aceh.

4.Hipertensi diatas usia 18 tahun, meningkat 25,8 menjadi 34,1.
Provinsi Terberat : Kalimantan Selatan, Jabar, Kaltim, Jateng, Kalbar, Jatim, Sulawesi Barat, Kalteng, DKI Jkt, Sulut.

5.Penyakit Jantung semua umur, 1,5 (2018).
Provinsi Terberat : Kaltara, Gorontalo, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Kaltim, Sulut, Aceh, Jabar, Sumbar.

6.Diabetes di atas 15 tahun, meningkat 6,9 menjadi 8,5.
Provinsi Terberat : DKI Jkt, Kaltim, DIY, Sulut, Jatim, Bangka Belitung, Aceh, Gorontalo, Kaltara, Banten.

7.Asthma, menurun 4,5 menjadi 2,4.
Provinsi Terberat : DIY, Kaltim, Bali, Kalteng, Kaltara, Kalbar, NTB, Sulteng, Babel, dan Jawa Barat.

8.TB Paru, tetap 0,4 persen.
Provinsi (8) Terberat : Banten, Papua, Jabar, Aceh, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kaltara dan Pabar.

9.Pneumonia, meningkat 1,6 menjadi 2,0.
Provinsi Terberat : Papua, Bengkulu, Papua Barat, Jawa Barat, Aceh, Kaltara, Sumsel, DKI Jakarta, Sulbar, dan Sumatera Utara.

10.Provinsi dengan jumlah penduduk usia Pra-lansia (45-59 tahun) terbanyak : Jatim, Jateng, Bali, DIY, Jabar, DKI Jakarta, Kaltim, Sulut, Kalsel dan Babel.

11.Provinsi dengan jumlah penduduk usia lansia (diatas 60 tahun) terbanyak : DIY, Jatim, Jateng, Bali, Sulut, Sumbar, Sulsel, Jabar, NTB dan Lampung.

Merujuk pula kepada Laporan Pengawasan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) 2019, dilaporkan kenaikan jumlah jamaah haji dengan status risiko tinggi yang sangat bermakna, dari 28% pada tahun 2013 meningkat menjadi 69 % pada tahun 2018. Bukan hanya karena factor usia 60 tahun, namun juga semua umur dengan penyakit Jantung berat, penyakit paru berat, diabetes, Kanker. dll.

Kondisi fisik dengan imunitas yang terbatas, tidak hanya akan terancam virus Covid-19, bahkan perubahan cuaca pun dapat menimbulkan masalah kesehatan.

BAGAIMANA BERSIKAP

Dengan menggunakan data dan informasi diatas, Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, harus kerahkan kemampuan Otonomi Daerah mempersiapkan fase transisi menuju era New Normal lebih cermat, cerdas, akuntabel dan penuh tanggungjawab.

Tidak perlu terburu-buru atau latah memasuki New Normal. Jangan ugal-ugalan, tidak ada New Normal tanpa transisi.

Pastikan pertambahan kasus terkendali, pastikan semua suspek dilakukan test PCR/Swab, dan pastikan masyarakat dan tokoh masyarakat aktif berperan.

Pastikan system kerja Gugus Tugas menemukan siapa suspek Covid-19 di daerah masing-masing, lakukan test dan tracing, kemudian treatmen isolasi atau medik sesuai protokol kesehatan.

Bagi masyarakat, lihatlah betapa rentannya daya tahan/ imunitas terhadap ancaman kesehatan yang sewaktu-waktu datang dalam bentuk wabah atau penyakit lainnya.
Namun berkaca dari data yang ada tentu (jika ada kemauan) tidak sulit bagi setiap manusia untuk menjadikan dirinya sehat dan produktif.

Menjadikan diri sehat, bugar, berkualitas adalah kemuliaan kita sebagai manusia yang diciptakan sempurna sejak dalam kandungan, dan kesyukuran kita kepada Tuhan Sang Maha Pencipta yang memberi kita kesempatan hidup.

Tetap Disiplin dengan Protokol Kesehatan.

Jakarta, 14 Juni 2020, 16.30
Penulis adalah:  Ketua PP IPHI/Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus PHMD, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Ketua PP IKAL Lemhannas

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *