Ini Penyebab Data Pasien Covid-19 di Indonesia Simpang Siur

Foto: Antara
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Setiap hari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 melakukan readyviewed pengumuman data pasien terbaru, dari jumlah pasien positif, sembuh, hingga meninggal dunia . Data ini diperoleh dari laporan laboratorium yang melakukan tes PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM).

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Didik Budijanto mengatakan penghimpunan data ada di badan litbang, bukan hanya pengumpulan tetapi juga verifikasi. Apalagi data COVID-19 sangat dinamis, baru kemudian masuk ke pusdatin.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Dari data nanti terlihat, sekarang grafik yang mendatar stagnan adalah presentase kematian, dan tingkat kesembuhan gap-nya makin lebar dengan kematian. Artinya kita semakin mature mmeberikan pelayanan sehingga makin sembuh,” kata Didik, Sabtu (20/06).

Data dari laboratorium merupakan data primer dari spesimen yang dikirimkan oleh fasilitas kesehatan ke laboratorium. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan setelah diperiska laboratorium akan masuk di all record, dan nanti dilakukan verifikasi.

“Karena harus kita yakini, data ini tidak satu orang satu spesimen, satu orang dengan dua-tiga spesimen. Setelah ketemu orangnya masih harus diverifikasi ini kasus baru atau follow up,” ujarnya.

Setiap kasus baru menurutnya harus diidentifikasi dan harus dilaporkan WHO, serta menjadi acuan titik tracing. Jika kasus tersebut merupakan kasus follow up maka yang dilakukan menunggu kapan sembuhnya, bukan mengkategorikan sebagai kasus baru.

“Standar who adalah pemeriksaan antigen, real time PCR dan TCM. Rapid test hanya screening awal,” katanya.

Saat ini sudah dilakukan tes terhadap 20 ribu spesimen perhari, dan sesuai arahan presiden untuk melakukan tes masif. Masif ini berbeda dengan massal, dilakukan secara masif ini ada guidance untuk kontak tracing.

“Dari data yang kita kumpulkan 70% kasus positif keluhannya minimal, dan dipersepsikan tidak sakit,” ujar Yuri.

Saat ini Gugus Tugas fokus melakukan test di tiga provinsi, dengan pertimbangan penambahan pasien positif setiap harinya. Ketiga provinsi tersebut yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan tracing dan pengetesan yang masif di daerah ini pun tidak bisa sembarangan dilakukan karena harus diketahui kabupaten mana yang paling membutuhkan tes.

“Nanti Pemda Jawa Timur harus breakdownn di kabupaten mana yang perlu dilakukan tes masif, karena basis kita adalah epidomiologi. Kalau DKI Jakarta saja masalah kabupaten Kepulauan Seribu pasti beda dengan Jakarta Pusat jadi perlakuannya tidak bisa sama,” kata Yurianto.

Dia menegaskan penyakit COVID-19 adalah penyakit menular harus berpikir based on comunity, karena masyrakat yang menjadi subjek dan objeknya. Dia mencontohkan upaya keras Pemda DKI Jakarta melakukan tracing agresif sehingga laju pertambahan pasien bisa dikendalikan.

“Walaupun angkanya tinggi tetapi kita lihat angka kematian rendah. Hal yang sama ini kita lakukan di provinsi lain, tes yang dilakukan adalah tes yang masif bukan tes yang massal,” kata Yurianto. (wh/cnbc)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *