TNI-Ku Sayang, TNI-Ku Malang

Anton Permana
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



TNI-Ku Sayang, TNI-Ku Malang

Oleh : Anton Permana (Tanhana Dharma Mangrwa Institute)

Banyak yang bertanya kepada saya, sebagai bahagian dari keluarga besar TNI, sebagai kader FKPPI dan alumni Lemhannas reguler, tentang sikap TNI kita hari ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sudah jelas di depan mata secara terang benderang Pancasila mau diganti oleh sekelompok golongan politik yang di dalamnya terdapat banyak anak keturunan PKI, TNI kok diam tak ada tindakan padahal TNi adalah bayangkari negara dan bangsa. Landasan berpikir bagi TNI adalah doktrin yang awal mula bernama Tri Ubaya Sakti tahun 1967 sebagai cikal bakalnya yang hendak bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Sudah jelas terang benderang, TKA China berbondong-bondong masuk kedalam negeri dengan berbagai macam ulahnya yang dapat mengancam kedaulatan negara. Ada Kodim Korem sampai Kodam yang bertugas menjaga keamanan wilayah daratan dan asta gatra. Termasuk TNI AL dan AU yang memiliki kewenangan dalam mengangkut atau mendaratkan TKA tapi semua bungkam (tak beranikah menjelaskan?). TNI milik rakyat bukannya milik penguasa.

Sudah dengan jelas terang benderang, bermacam sumber daya alam strategis nasional seperti tambang nikel, emas, bijih besi, migas, perkebunan dan sumber daya kelautan yang seharusnya menjadi modal utama pertahanan nasional dijarah asing tanpa standar pengawasan yang jelas. Apa peran Pertahanan dan peran TNI, bahkan TNI tidak ikut mengamankan obyek vital tersebut. Mengapa bisa terjadi sebuah institusi yang jelas tugas pokoknya tapi menyerahkan/membiarkan begitu saja diberdayakan oleh institusi lainnya ?

Belum lagi kalau kita berbicara tentang narkoba, illegal logging, separatisme, korupsi, serta pembuatan regulasi perundangan yang merugikan kepentingan nasional, yang dalam doktrin pertahanan negara disebut ancaman legislasi. Tapi berbagai ancaman tsb sampai detik ini berjalan bebas leluasa, dimana peran TNI ?

Saat ini juga sudah secara berani para partisan/anak PKI mengobok-ngobok negeri ini dengan berbagai macam agenda pengrusakan terhadap nilai-nilai sosial Pancasila, nilai keagamaan, moralitas dan adu domba, tercermin dari banyaknya konflik sosial. TNI kok tak berkutik ??

Banyak lagi pertanyaan apakah itu nada protes, cemooh, atau harapan masyarakat terhadap TNI kita hari ini yang akhirnya melihat TNI hanya seperti robot saja.

Itulah dinamika dan kondisi psikologis harapan masyarakat Indonesia hari ini, yang begitu gelisah dan berkecamuk dada dan darah nasionalismenya melihat kondisi bangsa hari ini. Yang sedang sekarat di ambang perpecahan.

Dan wajar, rakyat menanyakan eksistensi TNI sebagai alat pertahanan utama negara kebanggan rakyat. TNI dulunya adalah tentara PETA, lalu menjadi BKR, TKR, TRI dan TNI. Artinya TNI tentara rakyat yang punya sejarah miliknya rakyat. Wajar TNIsebagai tulang punggung dan penjaga negara yang diharapkan rakyat bahkan dibiayai uang rakyat lalu dilatih, dibina, digaji, difasilitasi dengan alutsistanya. TNI bukanlah tentara baru bentukan orde reformasi.

Begitulah nasib dan dilema TNI kita hari ini. Kadang disanjung, kadang dibenci dan dicaci maki.

Padahal, apa yang dirasakan rakyat hari ini, tak jauh berbeda dengan apa yang ada di dalam jiwa para prajurit TNI melihat kondisi kerusakan yang terjadi hari ini. Sakit dan kegelisahan rakyat, justru semakin lebih sakit dirasakan oleh prajurit sejati. Karena begitulah sejatinya TNI, dari rakyat untuk rakyat. Dan setiap prajurit TNI sejak masuk pendidikan sudah bersumpah dan berikrar setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Dimana seluruh dedikasi dan loyalitas TNI itu adalah untuk negara.

Tapi, banyak hal yang mesti masyarakat juga ketahui tentang dilematis posisi TNI kita hari ini pasca reformasi.

Sejak reformasi digulirkan, banyak hal yang fundamental telah merubah secara radikal fungsi dan peran TNI dalam kehidupan bernegara kita.

Secara sistematis, ada semacam upaya halus dan sistematis untuk melemahkan TNI dari dalam dan luar. Baik secara struktural, fungsional, dan doktrin TNI. Dimana semua ini baru kita sadari hari setelah bangsa dan negara hari ini tak berdaya di bawah kendali kekuatan globalis melalui kekuasan politik yang sistematis.

TNI sebagai komponen utama alat pertahanan negara sudah dikebiri sedemikian rupa. Kita tentu sepakat dengan semangat reformasi TNI. Tapi bukan berarti menarik TNI jauh ke belakang garis pertahanan negara. Sehingga terjadilah apa yang kita rasakan hari ini. Indonesia tidak lagi berdaulat dan berada di bawah cengkraman kendali trio macan yaitu : Cukong-Politisi-Aparat. Dimana di dalam unsur trio macan tersebut sudah bersemayam para antek Neo PKI sebagai ujung tombaknya.

Keberhasilan kelompok globalis ini sejak awal ditandai dengan meruntuhkan pamor dan jati diri ABRI (nama TNI sebelum reformasi), melalui skenario “character assasination” dengan stigma militeristik, pelanggar HAM, bengis dan sadis, penopang utama kekuasaan orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Sehingga pada masa itu ABRI dibuat seburuk-buruknya, dan sejahat-jahatnya di mata rakyat. Tujuannya adalah, agar kepercayaan diri ABRI runtuh, jauh dari rakyat, di benci rakyat, dan ABRI tunduk patuh atas agenda supremasi sipil ala reformasi yang pada akhirnya ternyata membuat peran TNI tak berdaya. Inikah agenda sesungguhnya ?

Skenario meruntuhkan pamor dan kewibawaan ABRI tersebut, berhasil mengunci gerak ABRI sehingga lahirlah UU nomor 34 tahun 2004 yang menjadi titik awal TNI masuk kotak dan ditendang jauh dari pusat kekuasaan supremasi sipil. UU TNI ini lebih banyak tugas yang tidak bisa dilaksanakan daripada yang dilaksanakan. Amanahnya melaksanakan/mengatasi tapi implementasinya di BKO kan.

Dikeluarkannya TAP/MPR/VI tahun 2000 tentang pemisahan antara TNI dan Polri yang sebelumnya bergabung menjadi satu dalam ABRI, dimulainya babak baru sistem pertahanan keamanan nasional. Namun pemisahan ini tidak jelas dalam prakteknya. Yang seharusnya melaksanakan fungsi kamtibmas ternyata menjadi Kamnas. Yang seharusnya memiliki fungsi Kamnas malah diperbantukan dimana mana.

Singkat cerita, sejak terpisahnya TNI dan Polri, dan prinsip supremasi sipil berjalan di Indonesia, sejak itulah peran TNI mengalami degradasi dari berbagai arah.

Puncaknya seperti yang terjadi hari ini. Sejak fraksi ABRI dihapuskan, MPR sebagai lembaga tertinggi negara di-down grade, pusat kekuasaan legislatif dan eksekutif total dikuasai oleh kekuasaan oligarki partai politik.

Ketika oligarki politik berkuasa, dengan sistem demokrasi yang super liberal dan berbiaya mahal, di sinilah pintu masuk para kelompok cukong kapitalis “membajak” kekuasaan. Ketika para cukong, legislatif, eksekutif dan judikatif berhimpun dan bersatu ? Maka secara sistem pemerintahan total sudah mereka kuasai.

Nah, kondisi ini sedang terjadi di Indonesia hari ini. Dimana semua ini adalah hasil grand design sejak puluhan tahun yang lalu. Dimana puncaknya adalah ada pada upaya mengganti dasar negara Pancasila menjadi Ekasila yang sarat dengan muatan ajaran komunisme yang dibungkus dengan istilah KeTuhanan Yang Berkebudayaan. Ini adalah makar dan pengkhianatan terhadap negara.

Barulah ketika ini terjadi rakyat baru sadar, bahwa reformasi hanyalah tahapan dan kedok dari para kelompok Neo PKI untuk membalas dendam dan kembali berupaya merubah Indonesia menjadi berhaluan komunis. Membuang agama dan Pancasila dari kehidupan bernegara kita.

Barulah semua sadar, bahwa selama ini dibodoh-bodohi, ditipu, dininabobokkan dengan bahasa manis reformasi, demokrasi, dan kebhinekaan. Padahal semua hanyalah bahagian dari strategi merubah Indonesia.

Barulah kaum intelektual kita yang dulu semangat teriak reformasi, mencaci maki TNI, sadar dan tersentak, bahwa TNI yang seharusnya dibesarkan dan dikuatkan malah telah mereka bunuh dan penjarakan atas nama HAM dan militeristik hasil hasutan anak PKI.

Lalu kita hari ini teriak dan panggil TNI ? Kemana TNI ?

Tahukah kita semua bahwa :

1. TNI kita hari ini adalah tentara paling sipil di dunia, karena personilnya tak boleh bawa senjata, yang nampak bawa sarung pistol kosong dimana mana.

2. Tahukah kita bahwa secara sistematis TNI kita yang seharusnya sebagai komponen utama alat pertahanan negara sekarang sudah bergeser menjadi “komponen pembantu” karena tugasnya hanya menjadi membantu. Membantu tugas Polri. Membantu bencana. Membantu pemadaman kebakaran hutan. Bahkan untuk menumpas separatisme yang jelas bahagian tugas pokok TNI, tetap difungsikan untuk membantu Polri dalam tugas operasi penumpasan separatis yang diganti nama jadi kriminal dengan seribu alasan. Yang Komponen pendukung seperti komponen utama yang sudah jelas komponen utama (TNI) malah seperti komponen pendukung. Aneh bin ajaib.

3. Tahukan kita bahwa TNI kita hari ini sudah menjadi korban adu domba politik belah bambu antara TNI dan Polri. Dimana Polri atas kebijakan politik dijadikan terdepan dalam implementasi konsep “democratic policing” ? Sementara RUU Kamnas sengaja di peti eskan. Makanya TNI selalu berada di belakang Polri atau sebagai “pembantu” saja.

4. Tahukah kita bahwa jumlah Polri hari ini sudah tiga kali lipat jumlah TNI alias 1 : 3. Dimana secara anggaranpun Polri jauh fantastis di atas anggaran TNI. Tapi yang digemborkan anggaran KemHan yang paling besar, padahal setelah dibagi berdasarkan matra, jauh di bawah anggaran Polri.

5. Tahukah kita saat ini, secara kedudukan hukum Polri begitu spesial langsung di bawah Presiden sedangkan TNI berada di bawah MenHan? Artinya, secara strata hukum dan jabatan Polri setara dengan Menteri sedangkan TNI di bawah Mentri.

6. Tahukah kita bahwa sudah hampir semua peran TNI saat ini sudah diambil alih Polri. Termasuk peran pembinaan teritorial, cipta kondisi dan pasukan kombatan?

7. Tahukah kita bahwa secara persenjataan organik hari ini Polri lebih canggih dari pada senjata organik TNI. Senjata pasukan Densus 88, Gegana, dan Brimob Polri lebih canggih dari pada senjata batalion infantri raider?

8. Tahukah kita saat ini ada namanya istilah “multi fungsi Polri” yang melebihi peran “Dwi fungsi ABRI” era orde baru yang dulu kita caci maki ? Saat ini peran Polisi sangat dahsyat dan luar biasa. Sampai ada anekdot NKRI adalah kepanjangan dari “Negara Kepolisian Republik Indonesia”.

9. Tahukah kita saat ini, tak jelas lagi batas antara dimensi pertahanan dan keamanan. Dimana seharusnya jelas mana yang tugas pokok TNI sebagai komponen utama pertahanan, dan mana tugas Polri sebagai komponen pendukung.

10. Tahukah kita saat ini, fungsi teritorial TNI sudah dikebiri tak jelas lagi fungsi dan tugasnya. Padahal 49 ribu Babinsa seluruh Indonesia adalah mata dan telinga TNI dalam upaya cegah dini, tangkal dini, terhadap ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan) terhadap negara. Hal itu adalah termasuk dalam lima kemampuan teritorial. Tapi ternyata bhabinkamtibmas yang lebih berkuasa soal deteksi dan cegah dini.

Maka terjadilah seperti hari ini. Rakyat mudah di adu domba, tidak ada penengah. Walaupun TNI tahu siapa aktor dan dalangnya, tetapi tak bisa berbuat apa/apa karena terkunci oleh aturan yang tidak logis.

Itulah yang di sebut dengan serangan “asytmmetric war” untuk melemahkan negara dari dalam. Serangan ini tidak berupa serangan fisik, tetapi non-fisik berpa pikiran dan ideologi. Dan sudah pasti tidak berseragam militer. Sedangkan TNI hari ini dipaku seolah hanya boleh bertindak kalau ada serangan fisik dari tentara luar berseragam. Kan jadi modar bangsa ini. Apa tidak leluasa para anasir asing mengacak-ngacak bangsa ini dari dalam.

Saat ini model peperangannya sudah sangat canggih dengan pola mega trend berbasis digital IT dan social engineering sistematis.

11. Tahukah kita bahwa Panglima TNI hari ini ditunjuk oleh Presiden. Sedangkan presiden adalah bahagian dari kekuasaan politik. Bayangkan apabila, kewenangan politik ini disalahgunakan untuk mengkoptasi TNI agar manut dan tunduk kepada kehendak kekuasaan bukan pada rakyat dan negara lagi. Jangan heran kalau pak dirman tidak mau diatur seratus persen oleh bung karno soal perang gerilya. Jangan heran pak Yani tidak mau diatur dalam soal pemberian senjata dari Cina untuk kaum komunis.

12. Tahukah kita, bagaimana TNI kita secara kekuasaan politik tidak berdaya dan tunduk di bawah kekuasaan politik. TNI tunduk pada kekuasaan supremasi sipil, tapi anehnya dan kontradiktif Polri yang katanya sipil bersenjata mempunyai pasukan kombatan, peralatan tempur mutakhir. Sehingga di dunia boleh dikatakan Polri adalah polisi paling militeristik di dunia. Sampai memerangi terorisme dan saparatisme yang seharusnya tugas TNI juga diambil alih Polri. TNI tidak punya kewenangan apapun khususnya angkatan darat.

13. Tahukah kita kalau TNI hari ini secara institusi terikat oleh UU dan secara individu terikat oleh sumpah sapta marga ?. Namun di satu sisi ada kelompok politik dari sipil melalui kekuasaan politik dapat mengintervensi permasalahan internal TNI baik itu berupa penempatan posisi jabatan dan belanja anggaran persenjataan TNI.

14. Sadarkah kita slogan “Sinergitas-TNI” hanyalah cara halus mengikat TNI kebelakang tetapi memberi kekuasaan luas kepada Polri di depan. Logikanya, buat apa dulu TNI-Polri dipisah, lalu saat ini di ikat lagi dengan bahasa sinergitas. Kan jadi aneh dan menimbulkan tanda tanya besar. Sinergitas artinya tetap dibawah kendali Polri.

Nah semua penjelasan di atas adalah baru beberapa bahagian yang menjadikan beban tugas, beban moral, beban psikologis mental prajurit TNI dalam menunaikan bakti pada negara.

Sudah sangat jelas bagaimana upaya sistematis untuk mengekang TNI, melumpuhkannya, dan menempatkannya berada di belakang peran dan tugas Polri.

Tentu hal ini menimbulkan kecemburuan dan gejolak batin terhadap TNI. Karena TNI sudah dilatih, dibina, difasilitasi, dididik, dan disumpah sedemikian rupa untuk menjaga kedaulatan negara.

Nah sekarang bagaimana menjaga kedaulatan negara ? Kalau perang strategisnya TNI sudah di ambil alih Polri, sedangkan Polri itu tupoksinya hanya pada kamtibmas. Jadi wajar negara ini jebol melompong karena tak adalagi fungsi dan peran intelijen, tempur dan teritorial karena apapun yang ditulis TNI dalam buku2 pelajaran, kewenangannya bukan TNI tapi TNI hanya membantu.

Wajar terjadi hari ini lain yang di anggap ancaman, lain pula yang terjadi kenyataan. Khususnya saat rezim ini berkuasa. Yang menjadikan agama dan Islam menjadi ancaman musuh negara dengan dalil radikalisme dan khilafah. Ehh malah yang terjadi kelompok PKI perjuangan alias Neo PKI yang mau ganti Pancasila.

Menganggap Islam jadi ancaman yang anti Pancasila, ehh ternyata secara tak sadar negara ini aset negaranya sudah banyak terjual, sumber daya alam di jarah, hutang menggunung, narkoba dan TKA china dimana-mana menggerogoti sendi keutuhan negara.

Hari ini ancaman perang itu tidak hanya berupa serangan fisik semata lagi. Ada ancaman perang hybrida, perang senjata kimia, atau perang ideologi, perang ekonomi, perang budaya, dan perang urat syaraf politik dari bangsa lain untuk menguasai Indonesia.

Sedangkan tools dan kewenangan TNI sangat dibatasi sedemikian rupa. Untuk latihan dan beli senjata pun harus tunduk dan mengemis kepada politisi.
Katanya menganut doktrin sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, tapi justru tugas ini di lakukan oleh komponen di luar komponen utama pertahanan/ TNI.

Sungguh TNI ku sayang dan TNI ku malang. Ketika ada kejadian berupa perang, bencana alam, dan gangguan keamanan berat, TNI baru di panggil untuk diperbantukan. Tapi ketika itu berupa fasilitas politik, kewenangan dan sarana prasarana TNI selalu diharuskan sabar untuk banyak mengalah. Demi slogan bumi pertiwi.

Hari ini barulah kita sadar. Bahwa pelemahan TNI ini adalah bahagian sistematis dan pembalasan dendam dari para kelompok Neo PKI. Agar mereka leluasa merebut Indonesia dan merubahnya jadi komunis.

Sungguh miris, ketika tentara dibuat tak berdaya dan kalau bisa masuk barak saja dan jaga perbatasan. Namun ketika negara sudah sekarat, baru semua teriak dan panggil nama TNI. Ketika semua peran TNI di ambil lalu terjadi konflik polemik yang tidak terkendali lagi, baru panggil TNI. Kemana TNI. Yang enak buat Polri, yang susah dan berat baru TNI. Yang di salahkan TNI, yang di puja-puji Polri.

Inilah yang di rasakan oleh para keluarga besar TNI hari ini. Dan itulah yang kita maksud sudah terjadi infiltrasi politik belah bambu untuk memecah TNI dan Polri. Satu di angkat, satu di injak. Dan strategi ini baru sekarang kita sadar adalah bahagian infiltrasi politik para anak PKI yang berhasil menyusup secara halu mempengaruhi putusan politik pasca reformasi.

Lalu siapa lagi yang jaga bangsa ini dari upaya infiltrasi ke masyarakat untuk adu domba, hasut menghasut, dan berupa perang narkoba arau lainnya yang tujuannya untuk melemahkan Indonesia dari dalam ?

Sungguh TNI ku sayang, TNI ku malang. Semoga bangsa ini tersadar dan mengembalikan jati diri TNI sebagai tulang punggung negara.

Saya yakin, kalau fungsi teritorial TNI berjalan dan TNI kembali ada di Senayan, maka insyaAllah agenda komunisme di Indonesia akan kembali bisa dipatahkan. TNI punya peta dan tools strategi untuk itu. TNI harus kembali menjadi jati dirinya sebagai prajurit sapta marga yang berwibawa sebaga penjaga garuda. Pengawal Pancasila. Garda utama menjaga keutuhan NKRI.

Karena saya yakin, secara personal dan mayoritas, insyaAllah TNI masih akan setia kepada Pancasila, kepada rakyat Indonesia sesuai sumpah janji setianya kepada NKRI. In syaa Allah.

Salam Indonesia Jaya !

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *