Begini Cara China Membungkam Intelektual Uighur

Muslim Uighur di Xinjiang, China. Foto: AP
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



WASHINGTON, hajinews.id – Pemerintah China terus berupaya membungkam Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Dalam beberapa tahun terakhir, sebanyak 435 intelektual Muslim Uighur ditangkap dan dipenjara.

Dilansir AP, Jumat (24/7/2020), , seratusan di antaranya belum diketahui nasibnya, apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hal itu seperti diungkapkan oleh Bugra Arkin Aierken. Dia mengatakan ayahnya secara tiba-tiba diciduk dari rumahnya di wilayah Xinjiang oleh agen keamanan nasional.

Sudah hampir dua tahun sejak ayahnya ditangkap, nasibnya belum diketahui. Ayahnya, pemilik perusahaan penerbitan Arkin Aierken, terbesar di wilayah itu.

Bahkan, telah menerjemahkan ribuan buku ke Uighur sebelum ditahan pada Oktober 2018. Sejak itu Arkin belum mendengar kabar darinya.

“Ayah saya memiliki dampak kuat pada industri penerbitan Uighur, dan itu membuatnya menjadi target pemerintah China,” kata Arkin, yang tinggal di California.

“Ini sangat tidak bisa diterima dan hidup kami benar-benar hancur,” ujarnya.

Dia bukan satu-satunya. Setidaknya 435 intelektual Uighur telah dipenjara atau dihilangkan secara paksa sejak April 2017, menurut Hak Asasi Manusia Uighur.

Penangkapan ahli bahasa, cendekiawan, dan penerbit Uighur dinilai sebagai upaya menghapus identitas dan budaya Uighur.

Partai Komunis Tiongkok ingin menggabungkan ke dalam populasi dominan Han yang berbahasa Mandarin.

Ahli bahasa Uighur terkenal, Alim Hasani dibawa oleh pihak berwenang pada Agustus 2018 saat perjalanan pulang dari kerja di Beijing, menurut putranya Ershat Alim.

Alim percaya ayahnya, seorang pensiunan Kepala Divisi Komite Kerja Bahasa Etnis Xinjiang, ditahan atas penelitiannya, yang bertujuan untuk menstandarkan terjemahan Uighur-Han.

Hasani, yang menyusun beberapa kamus, adalah anggota Partai Komunis yang proyeknya sebelumnya telah disetujui oleh negara dan memenangkan penghargaan.

“Ketika saya pertama kali mendengar bahwa ayah saya ditangkap, saya tidak pernah berpikir ini bisa terjadi padanya. Dia pasti sangat terkejut juga,” kata Alim, yang tinggal di Prancis.

Lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim berbahasa Turki lainnya telah ditahan di kamp-kamp pendidikan ulang di Xinjiang.

Otoritas Tiongkok menggambarkan fasilitas itu sebagai pusat pendidikan kejuruan tempat orang Uighur belajar bahasa Mandarin.

Termasuk keterampilan kerja untuk menjauhkan mereka dari ekstremisme. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri China mengatakan: “Apa yang disebut memenjarakan para intelektual Uighur untuk memadamkan budaya Uighur hanya rumor dan dan fitnah.”

Alim terakhir mendengar dari seorang kenalan bahwa persidangan ayahnya, yang dimulai pada Januari 2020 telah ditunda karena pandemi virus Corona.

Tetapi kekhawatiranmua, ayahnya akan segera dihukum dan dipenjara. Ibunya, yang tinggal di Xinjiang, tidak akan berani berbicara tentang penangkapan Hasani. “Saya tentu merasa sangat terpukul dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.”

“Untuk waktu yang lama, saya juga tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan saya,” kata Alim.

Semua 11 ahli bahasa di unit kerja ayahnya juga telah ditahan. Termasuk Hemdulla Abdurahman berusia 64 tahun, yang diculik pada Januari 2019, menurut putranya Yashar Hemdulla.

“Pada Maret 2019, saya diberi tahu bahwa ayah saya dibawa ke ‘rumah sakit. Tetapi kenalan keluarga ada borgol di pergelangan tangannya,” kata Hemdulla, yang tinggal di Norwegia.

Hemdulla mengenal beberapa intelektual yang kerabatnya mengatakan mereka pertama kali ditahan di kamp.

Kemudian dijatuhi hukuman penjara dan khawatir ayahnya mungkin mengalami nasib yang sama.

“Pada saat itu, aku merasa sangat sulit. Aku adalah anak tunggal, ibuku sendirian dan ayahku tidak muda berapa banyak lagi yang bisa dia ambil?” kata Hemdulla.

Sementara pihak berwenang mengatakan pada Desember 2019, semua orang dari pusat kejuruan telah lulus.

Tetapi, para kritikus mengatakan mereka dipindahkan ke bentuk penahanan lainnya.

Banyak yang telah dituntut dan dijatuhi hukuman penjara hingga 20 tahun, kata Gene Bunin, seorang peneliti masalah Uighur dan pencipta Database Korban Xinjiang.

“Ini sebagian telah menjadi tren dalam satu atau dua tahun terakhir, dengan kamp-kamp dikosongkan,” kata Bunin.

Dia memperkirakan setidaknya 300.000 warga Uighur tetap dipenjara.

Ketakutan juga muncul karena intelektual Uighur yang dipenjara, Ilham Tohti, yang dianugerahi hadiah hak asasi manusia tertinggi oleh Parlemen Eropa, belum terlihat selama bertahun-tahun.

Kritikus dan penulis sastra Uighur, Yalqun Rozi, di antara gelombang intelektual pertama yang ditahan pada Oktober 2016.

Setelah Ketua Partai Komunis Xinjiang garis keras Chen Quanguo menjabat.  Kerabatnya kemudian mengetahui bahwa Rozi telah dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada Januari 2018.

Dia dituduh melakukan subversif, sebuah tuduhan samar yang biasa digunakan untuk tahanan politik.

Pihak berwenang menyarankan penahanan Rozi terkait dengan perannya dalam menyusun buku teks sastra Uighur yang telah digunakan selama lebih dari satu dekade, kata putranya Kamalturk Yalqun.

Semua kolaborator buku teks ayahnya juga ditahan saat ini. Sejak 2012, pendidikan bilingual Mandarin-Uighur secara bertahap telah diterapkan di sekolah-sekolah Xinjiang, dengan tujuan mencapai 2,6 juta siswa.

Sebelum itu, sebagian besar kelas diajarkan dalam bahasa Uighur dan bahasa minoritas lainnya. “Dengan menghapus buku pelajaran ini dan menghapuskan pendidikan bahasa Uighur, generasi muda Uighur berikutnya tidak akan memiliki cara menemukan hubungan mereka dengan budaya Uighur,” kata Yalqun.

“Ini adalah cara bagi China untuk menghilangkan seluruh identitas Uighur dan mengasimilasi mereka untuk menjadi orang-orang berbicara bahasa China.”

“Juga berpikir China dan tidak tahu sejarah atau budaya mereka sendiri. Itu membuat saya sedih dan marah,” tutupnya.(wh/tribunews)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar