Menhub: Pandemi Masa Suram Bisnis, Transportasi Udara Terparah

Menhub Budi Karya Sumadi (dok)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyebutkan pandemi COVID-19 mengancam kebangkrutan industri penerbangan, terutama maskapai.

“Pandemi merupakan masa suram bagi berbagai bisnis, termasuk transportasi. Bahkan transportasi dan logistik merupakan sektor terdalam yang mengalami masalah,” kata Budi Karya di Jakarta, Selasa (11/8/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Budi Karya menyebutkan transportasi udara mengalami kondisi terparah karena adanya pembatasan pergerakan penumpang baik domestik maupun internasional, adanya ketakutan penumpang akan tertular COVID-19 yang menyebabkan omzet turun 30 persen hingga 50 persen.

“Ini membuat ancaman bangkrut. Saya ambil contoh angkutan udara secara umum, pada pandemi di industri penerbangan nasional tampak moderat pada  triwulan I dan turun tajam di bulan Maret, masuk triwulan II amat berat dan kita harapkan triwulan III makin baik,” kata Budi Karya.

Budi Karya mengungkapkan ancaman kebangkrutan maskapai ini juga terjadi di sejumlah negara, seperti Virgin Australia dan Thai Airways yang meminta dana talangan kepada pemerintah agar bisa bertahan.

“Dua maskapai Eropa, Luthfansa dan Air France Prancis terancam gulung tikar. Kemudian Thai Airways lakukan penggantian operasi bulan ini karena lockdown di Thailand,” ujar dia.

Sektor lain yang tak kalah terganggu, menurut dia, adalah sektor logistik yang basisnya adalah sektor transportasi. “Dengan pemberhentian perusahaan penerbangan, biaya kargo pun meningkat dan ganggu sektor logistik,” jelas Budi Karya.

Kedua sektor itu, lanjut dia, juga berkontribusi ke pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi minus 5,32 persen. Kemudian, menurut Budi Karya, sektor pariwisata yang juga mengalami imbas dari pandemi COVID-19 ini, namun saat ini Bali mulai dibuka dan mulai bangkit.

Budi Karya menegaskan Indonesia bukan lah satu-satunya negara yang sangat terdampak perekonomiannya. Negara maju pun seperti Amerika Serikat juga menghadapi masaah yang sama. “Kita tidak bisa menyerah maka harus move on dengan kegiatan terukur untuk dorong transportasi yang menjunjung protokol kesehatan,” ujarnya.

Budi Karya menambahkan bahwa penyesuaian juga banyak dilakukan di antaranya pembelian tiket secara daring dan penerapan protokol kesehatan di masa normal baru ini.

Tim Corporate Communication Sriwijaya Air mengakui transportasi udara mengalami dampak yang signifikan dari penyebaran COVID-19 di Tanah Air. Manajemen melanjutkan karena kondisi COVID-19 membuat masyarakat takut keluar dari rumah dan otomatis realitas ini menghentikan banyak roda perekonomian termasuk industri transportasi udara.

Untuk diketahui, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat pandemi COVID-19 yang juga tercermin dalam pertumbuhan domestik bruto di sektor transportasi dan perdagangan dialami langsung oleh angkutan udara atau maskapai.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga kuartal II/2020, sektor transportasi dan pergudangan khususnya angkutan udara mengalami kontraksi hingga minus 80 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Sebelumnya, pada kuartal I/2020 sektor ini memang sudah mengalami kontraksi sebesar 13,21 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan transportasi terdampak luar biasa karena imbauan untuk bekerja dan belajar dari rumah untuk memutus rantai penularan Covid-19 dan tidak adanya mudik pada liburan Idul Fitri tahun ini. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar