Teladan Cinta Negeri Para Kyai

Teladan Cinta Negeri Para Kyai
KH. Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Teladan Cinta Negeri Para Kyai

Di tengah perjalanan antara Bantarbolang-Randudongkal, KH. Abdul Malik bin Ilyas Purwokerto tiba-tiba menyuruh untuk menghentikan perjalanannya.

“Pak Yuti, berhenti dulu,” pinta Mbah Malik kepada Suyuti, supir, untuk menghentikan mobil.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Nggih Mbah,” jawab supir. Mobil pun menepi untuk berhenti.

“Ke tempat yang adem saja, biar enak untuk gelaran,” kata Mbah Malik.

Waktu itu sekitar pukul 09.45 WIB. Setelah mendapat tempat untuk beristirahat, tikar digelar dan termos juga dikeluarkan, lalu Mbah Malik mengeluarkan rokok khasnya, klembak menyan, kemudian diraciknya sendiri sebelum dinikmati. Sesekali beliau mengeluarkan jam dari kantongnya, dan berkata:

“Dilut maning (sebentar lagi).”

Sang murid pun heran, ada apa gerangan yang berulangkali diucapkan gurunya ‘dilut maning’ itu. Namun, setelah pukul 09.50 WIB, rokok yang belum habis tadi tiba-tiba dimatikan. Kemudian berkata:

“Ayo Pak Yuti, Habib, mriki (ke sini)!”

Setelah itu Mbah Malik membacakan hadiah Fatihah atau tawasul untuk Nabi, para sahabat dan seterusnya sampai disebutkan pula sejumlah nama pahlawan seperti Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kiai Mojo, Jenderal Sudirman dan lain sebagainya.

Sampai ketika tepat pukul 10.00 WIB, sang kyai yang juga mursyid thariqah ini terdiam beberapa saat dan kemudian berdoa,

‘Allahummaghfirlahum warhamhum…’.

Setelah selesai, Habib Luthfi yang penasaran dengan apa yang dilakukan gurunya kemudian bertanya:

“Mbah, wonten napa ta (ada apa)?”

“Anu, napa niki jam 10, niku napa namine, Pak Karno, Pak Hatta rumiyin baca napa (pukul 10 dulu Pak Karno, Pak Hatta dulu membaca apa)?” tanya Mbah Malik.

“Proklamasi, Mbah,” jawab Habib Luthfi bin Yahya yang waktu itu turut serta dalam perjalanan.

“Ya niku lah, kita niku madep ngormati (ya itulah kita berhenti sejenak untuk menghormati),” jawab Mbah Malik.

Betapa dalamnya cara para kyai dan sesepuh kita di dalam menghormati dan menanamkan karakter Nasionalisme.

“Sampai begitu mereka, kita ini belum ada apa-apanya. Makanya sampai sekarang saya etok-etoke meniru, setiap tanggal 17 Agustus kita baca al-Fatihah. Rasa mencintai dan memiliki. Tanamkan kepada anak-anak kita!” tegas Habib Luthfi bin Yahya.

Sumber: Habib Luthfi bin Yahya

Sholawat Mbah Malik

Di Jabal Abi Qubeis Mekkah, seorang guru nan arif bijaksana mengumpulkan murid-muridnya. Masing-masing diberi segelas air putih dan diperintahkan membacakan solawat ke air tersebut seraya berujar:

“Siapapun yang air di gelasnya paling harum & wangi maka dialah orang yang paling tinggi cintanya kepada Nabi Muhammad shollaallahu alaihi wasallam”.

Ternyata dari sekian banyak gelas hanya satu yang paling harum dan wangi semerbak, yaitu milik Mbah Kiai Abdul Malik Purwokerto, beliau tak lain adalah guru Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya .

Salah satu amalan beliau Mbah Kiai Abdul Malik adalah istiqomah membaca Sholawat hadrah khidr ” Shalallahu ‘ala Muhammad” tiap hari sebanyak 15.000 kali.

Tiada yang sulit untuk mengamalkan bagi mereka yang telah dimudahkan oleh Allah, dan tiada yang mudah bagi mereka yang tidak dikehendaki Allah & Rasul-Nya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar