Oleh: Ustaz Umar Faqihuddin SPdI
Mereka yang berjalan dan mulai gemetar. Lelah hidup bercampur keringat atas panasnya yang membakar. Lebih lagi, atas serangan lapar. Saatnya untuk bersandar.
Berapa banyak,sekalipun hidup terseok, tapi merasa masih kekar. Sempoyongan, tapi masih sesumbar. Ditutupi dalam tipuan kelakar.
Sebuah analog kehidupan untuk belajar. Agar tak kebablasan ambyar. Sebab kenekatan yang tak berdasar. Arah hidup pun akhirnya kesasar.
Segeralah bersandar kepada Yang Maha Besar. Mengulang ulang istighfar. Atas timbunan salah dan dosa tanpa sadar. Agar jalan terlihat jelas nan melebar.
Hidup yang berakar. Memiliki tali kuat terhubung kepada Allah, hatinya menangkap sinyal masalah bergetar. Segera kening menyungkur bersujud meradar.
Ada pesan yang segera harus direspon besar. Beriring menyimak kalamullah untuk menerjemah kefahaman, dari lembar demi lembar.
Dari banyak nama-nama yang tenar. Atas kegagalan bersandar. Alih-alih segera sadar. Malah menantang kuasa Allah dengan makar.
Fir’an, Haman dan Qorun yang semasa dengan Nabiyullah Musa Alaihissalam tapi ingkar. Ayahanda Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam Azar.
Abu Lahab dan Abu Jahal hidup semasa Rasulullah lagi bersinar. Namun justru memilih menjadi golongan kuffar. Sadar tapi tak bersandar.
Semoga hidup kita, bersandar kepada sandaran yang benar. Jangan menunggu ambyar, dan dari jalanNya terlempar. (*)