PKI Sebut Kiai, Haji dan Guru Ngaji Sebagai Tiga Setan

tipu muslihat pki haji dan kiai adalah setan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id,- Pakar Sejarah PKI Prof Aminuddin Kasdi memaparkan tipu muslihat PKI sebelum terjadinya gerakan 30 September 65 atau Gestapu. Menurutnya, sejarah mengajarkan bahwa sejak dulu PKI menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Lebih dari itu, PKI suka membalikkan fakta kemudian mencari kambing hitam dan sengaja memancing kemarahan umat Islam dengan menista ajaran Allah SWT.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“PKI itu memang menghalalkan segala cara, tidak ada yang haram dan batal, semuanya boleh,” kata Prof Aminuddin Kasdi dalam YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD), Ahad(27/9).

Dijelaskannya, PKI melakukan pemberontakan pada tahun 1948 di Madiun. Namun, pimpinan PKI DN Aidit membalikkan hal itu dengan kampanye yang meninabobokan, sehingga masyarakat lupa akan peristiwa kelam itu dan menyalahkan Bung Hatta.

“Banyak sekali tindakan PKI yang meninabobokan masyarakat dan menghina Islam sehingga menimbulkan kemarahan,” katanya.

Dijelaskannya, dalang peristiwa kelam G30SPKI 1965 itu jelas memang PKI. Mereka melakukan demisioner (membekukan) kabinet, membentuk dewan revolusi dan juga menentukan kepangkatan dalam hierarki tentara.

“Itu kan jelas pernyataan makar, kudeta. Bahkan sebelum Gestapu, pentolan PKI telah bertemu dengan dedengkot PKC (Partai Komunis China) di China,” tegasnya.

Namun, saat ini mereka ingin membalikkan itu semua dengan menyatakan diri sebagai korban. Mereka hendak mengkambinghitamkan TNI AD. Mengapa? Lanjutnya, karena mereka ini memandang peristiwa G30S/PKI terjadi setelah 1 Oktober 65 dan yang dituduh adalah angkatan darat.

“Padahal yang bergerak saat itu adalah massa non komunis yang marah atas pengambilalihan kekuasaan oleh PKI” katanya.

Ditambahkannya, jauh sebelum peristiwa Gestapu, PKI sudah banyak melakukan tindakan keji, termasuk peristiwa Madiun 1948.

Diantaranya adalah peristiwa Kanigoro yang terjadi pada tanggal 13 Januari 1965. PKI kala itu menyebar fitnah dengan membuat opini di masyarakat jika para kyai, haji dan guru ngaji itu termasuk dalam tiga setan dari tujuh setan yang ada waktu itu.

“Mereka stigmakan kyai, haji dan guru ngaji itu tiga setan. Jadi itu sangat menyakiti hati umat Islam,” katanya.

PKI dan simpatisannya juga dengan semena-mena merebut tanah-tanah wakaf yang luas, misalnya di Gontor dan Kediri. Padahal, tanah-tanah wakaf itu dikelola oleh pondok pesantren, masjid, dan madrasah, karenanya umat mempertahankan.

“Yang mengelola pimpinan NU setempat sehingga terjadilah bentrok dengan Banser dan Anshor melawan PKI,” tegasnya.

PKI juga secara sengaja dan terang-terangan melakukan penistaan agama Islam yang dipertontonkan melalui pertunjukan budaya. Yakni lewat Ketoprak dan Ludruk.

“Mereka menista agama melalui pagelaran ketoprak dan ludruk dengan lakon “Matinya Gusti Allah” , dan ‘Sunate malaikat Jibril’. PKI juga menyebut “Gusti Allah Sudah Tidak Ada. Semuanya itu menghina Islam,” tegasnya.(fur/repelita).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *