Beberapa Negara Muslim Tidak Tertarik Investasi di Indonesia, Ini Alasannya

Profesor sejarah dan Kebudayaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, CBE. Foto: Dok Istimewa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id – Profesor sejarah dan Kebudayaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, CBE membagikan pandangannya terkait beberapa negara muslim di dunia yang tidak tertarik melakukan investasi di Indonesia. Padahal, mayoritas masyarakat Indonesia beragama Muslim.

Ya, dia menyebutkan sejumlah negara muslim kaya yang tertarik menanamkan modalnya di Tanah Air, di antaranya Arab Saudi, Qatar, UEA, dan Kuwait. Kondisi ini, menurut dia, membuat hubungan ekonomi perdagangan, dan investasi menjadi terbatas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Alasan itu, menurut dia, menjadi pertimbangan sendiri dan berbagai faktor dari negara yang bersangkutan. Berbagai macam pertimbangannya.

“Misalnya, bisa saja pertimbangan stabilitas politik, ekonomi, dan sosial-budaya di negara-negara Eropa, Amerika Utara, dan RRC lebih menjadi faktor pertimbangan investasi Arab Saudi dan beberapa negara Teluk,” tuturnya di Jakarta, Senin (5/10).

Di sisi lain, lanjut dia, hubungan Indonesia dalam bidang keagamaan dengan negara-negara Arab penghasil minyak dan gas tidak menghasilkan kontribusi signifikan pada pembangunan infrastruktur keagamaan seperti masjid, madrasah atau sekolah Islam di Indonesia.

“Adapun hubungan dalam bidang keagamaan dan sosial-budaya juga mencakup pendidikan agama di beberapa negara Dunia Arab dan Asia Selatan. Sejak bangkitnya Arab Spring 2010, berlanjutnya konflik di Timur Tengah dan Asia Selatan, kian banyak mahasiswa/mahasiswi dari negara-negara tersebut belajar di perguruan tinggi Indonesia dalam berbagai bidang,” ungkapnya.

Secara historis, lanjut dia, hubungan ekonomi dan perdagangan antara Kepulauan Nusantara dengan Asia Barat-Afrika Utara (WANA/West Asia and North Africa) serta Asia Selatan sudah terjalin sejak masa pra Islam.

“Jalur perdagangan di antara kedua wilayah lazim disebut ‘spice route’ yang membentang sejak dari Maluku melewati banyak laut dan selat di wilayah Kepulauan Nusantara. Jalur tersebut mengarungi Lautan Hindia dan Laut Merah melintasi Sinai untuk sampai ke Laut Tengah dan pesisir Eropa Selatan,” katanya.

Secara konvensional, kata dia, investasi negara-negara Muslim di Indonesia tidak terlalu signifikan. Sejak 1970-an pemerintah Indonesia, khususnya Presiden Soeharto yang berusaha keras menarik investasi lewat beberapa kali kunjungan (roadshow, 1975, 1977, 1996) tidak berhasil mendatangkan investasi negara-negara Timur Tengah ke Indonesia.

Dalam paruh pertama masa Presiden Soeharto, Indonesia tidak terlalu aktif dalam lembaga multilateral Dunia Muslim seperti OKI. Sedangkan, dalam paruh kedua, Indonesia sangat hati-hati pada beberapa negara Muslim yang menjadi sumber ide dan praksis kelompok radikal, seperti Afghanistan, Iran, Arab Saudi, dan Libya.

Sejak masa Reformasi, pemerintah Indonesia kembali berusaha menarik investasi dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Sedangkan pada masa Presiden SBY, Qatar akan berinvestasi untuk pengembangan parawisata di Lombok, tapi tidak berlanjut.

Selain itu, tambah dia, Qatar, Arab Saudi, dan UAE menyatakan akan menanamkan investasi dalam jumlah besar di Indonesia pledge atau janji yang masih harus ditunggu realisasinya.

“Sebab, sepanjang sejarah investasi asing di Indonesia, negara-negara Muslim tidak pernah menduduki 10 besar, umumnya Singapura, Cina, Jepang, Hongkong, Belanda, Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, dan Australia,” tukasnya. (mh)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *