MEMANDANG

MEMANDANG
rs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MEMANDANG

Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.
Ia memandang begitu penuh perhatian, seperti ingin mengetahui lebih jauh tentang kepribadiannya, yang seorang selalu merubah posisi, entahlah, apa karena ada yang terus memandang lalu ia menjadi salah tingkah, dengan selalu merubah posisi ingin agar dapat terus mengundang perhatian yang memandang, sementara yang seorang lagi duduk tenang tak nampak gelisah, sesekali membalas memandang dengan pandangan yang cukup tajam. Mereka ini duduk berdua diseberang pada bangku panjang balok kayu kecil yang berjarak tersusun rapi, sepertinya bangku itu seumuran dengan bangunan kampus. Tanpa diduga dan dengan tanpa permisi lebih dulu, salah seorang diantara mereka yang sempat membalas pandang dengan tajam, kemudian mendekat dan duduk disampingku dengan menopangkan kakinya menyilang, sementara dagunya ditahan punggung tangannya yang bertumpu diatas kakinya sambil memiringkan muka, matanya mengarah dan menatap, nyaris membuat gugup tapi cepat sadar dan tenang sehingga baru sadar setelah cukup lama saling memandang, memandang panjang yang cukup menghunjam. Tiba-tiba temannya memberitahu bahwa yang ditunggu telah tiba, sampai sambung jumpa ya kak…ucapan yang lembut dan lagi-lagi disertai dengan tatapan mata yang memandang tajam, hanya bisa menjawab dengan sedikit anggukan kepala sambil mengucapakan …ya dek…dengan suara yang lirih. Bagai kata ungkapan jumpa hanya selayang pandang tapi merasuk dalam hingga kini terus membawa kenangan.
Seperti ada yang lebih menarik dari sekian banyak lukisan yang terpajang diruang-ruang pamer yang terhubung dengan lorong yang cukup lebar, kiri kanannya penuh pula dengan lukisan berjajar ditambah pencahayaan yang cukup hingga saat memandang nampak jelas guratan-guratan lukisan itu memancarkan keindahannya. ketika tiba pada suatu ruang nampak banyak orang berkerumun, ternyata memang mereka sedang memandang memperhatikan pada lukisan tua, seperti terlihat pada kayu-kayu piguranyapun nampak lusuh, seakan kurang terawat, lalu disudut bawah lukisan itu tergoreskan tanda tangan kecil dan tahun yang angkanya terlihat dari jauh kurang begitu jelas tapi sepertinya ada angka delapan belas, jadi mungkin dibuatnya pada tahun delapan belasan awal. Lukisan seorang perempuan menjelang tua atau setengah baya atau nenek muda yang masih terkesan sangat cantik tapi nampak begitu bersahaja terkesan dari paduan warna yang yang digoreskan pelukisnya tidak mencolok, tarikan kamvas yang halus yang menggambarkan pakaian yang berlapis lapis itu, seperti ada dua atau tiga pakaian yang dikenakannya, nampak lembar pakaian itu satu per satu, selain mantel yang disangkutkan dibahunya tanpa memasukan kedua tangannya, seakan merasa ada udara dingin yang mencoba menyelinap masuk ke tubuhnya. Lebih dari itu, sorot matanya seperti selalu mengikuti yang memandangnya, bila berada dikiri seperti melihat kekiri, berada sebelah kanan seakan ia memandang pula kesebelah kanan, apalagi bila memandang dari depan, membalasnya memandang kedepan. Seperti ada yang mau disampaikan dari sorot matanya itu, seakan mau berceritra panjang tentang kejadian-kejadian setelah revolusi di eropa.
Memandang tentang bagaimana institusi-institusi kenegaraan dan memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan termasuk program-program kegiatan apa saja yang sedang akan direalisir sepertinya antusias mengikutinya, karena memang, sesungguhnya merupakan kewajiban pula bagi setiap warga negara, bagi warga negara yang aktif ingin selalu mengetahui perkembangan negara bangsanya, memandang negara dengan proyeksi jauh kedepan, seperti kita tahu pula bahwa, salah satu ciri dari keberhasilan realisasi program yang direncanakan itu adalah seberapa jauh keterlibatan masyarakat terhadap program tersebut, mengundang partisipasi publik itu penting karena pada saat yang sama hal itu merupakan pemberdayaan rakyat agar hidup dalam suasana berkewajaran, karena ga elok memandangnya, bila ketimpangan demikian menganga yang miskin begitu banyak tapi yang melimpah hanya segelintir, padahal tinggal sama-sama pada bumi persada yang melimpah tentu yang bertanggung jawab adalah pada tangan yang mengelola, bagaimana ia mengelola kepentingan publik ini, apakah memperhatikan yang banyak atau yang hanya segelintir itu…? Kendati yang segelintir itu telah berjasa dalam mesponsorinya, tapi jangan lupa ia juga disumpah demi mengabdi pada rakyat, janganlah kemudian rakyat tercampakan, sekali lagi ga elok memandangnya…
Memandang sepertinya berbeda dengan melihat, seperti ada ungkapan jangan hanya melihat saja tapi cobalah renungkan, memandang boleh jadi senada dengan memperhatikan, melihat dengan disertai kesadaran yang tinggi. Namun begitu tetap ada perbedaan karena memandang itu melahirkan pandangan seperti ungkapan kata pandangan hidup berasal dari bagaimana sesungguhnya memandang hidup itu sendiri, sehingga dari sini lahir etika dan prinsip hidup, malah kemudian disebut pula sebagai filsafat hidup sebagai inti sari dari sebuah renungan yang mendalam tentang hakikat hidup, apa itu hidup dan untuk apa…? Sehingga dengan pertanyaan ini pula kiranya muncul serentetan pertanyaan, untuk apa adanya negara kalo pemerintahnya hanya melayani segelintir orang, untuk apa ada pemerintahan kalo hanya mengurus kepentingannya sendiri, untuk apa ada organisasi-organisasi yang banyak macamnya itu, bila tidak memperjuangkan kebutuhan anggotanya, dan tentu masih banyak pertanyan-pertanyaan lain, termasuk pertanyaan yang dialamatkan pada diri kita masing-masing, memandang diri kita sendiri, untuk apa kita hadir didunia ini…?
Memandang agama mungkin dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan yang bisa menjawab tentang bagaimana memandang hidup ini, sehingga dari nilai-nilai agama bisa melahirkan pandangan hidup. Nilai-nilai agama yang bersumber pada wahyu itu boleh dikatakan sebagai wilayah doktrin, sementara pandangan hidup yang lahir bersumber dari agama itu sendiri dapat dikatakan khazanah peradaban. Agama memberikan kebebasan berpikir yang dalam hal ini bebas untuk menginterpretasikan isyarat doktrin sehingga membumi, sekaligus pula isyarat yang ada dibumi atau dialam jagad raya ini yang juga menjadi tanda petunjuk bagi kehidupan mendapat penjelasan dari agama (dzalikal kitabu la rayba fihi hudallinnas….wabayyinatim minal huda wal furqan…).
Wa Allahu a’lam (azs,12102020).
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar