Bagaimana Menyikapi Pemenggalan Penista Nabi di Perancis?

Penista Nabi di Perancis
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Bagaimana Menyikapi Pemenggalan Penista Nabi di Perancis?

Pertanyaan:
Di negara Perancis terdapat seorang guru yang menghina Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Lalu guru itu dipenggal oleh seorang muslim dengan inisiatifnya sendiri (tidak disuruh oleh pemerintah manapun). Siapa yang salah dalam hal ini, dan bagaimana kita bersikap?
Jawaban:
Beberapa hari ini, kami melihat seolah-olah umat Islam terpecah menjadi dua kubu. Ada yang membawa perkataan para ulama, ada juga yang membawakan hadits Nabi. Padahal perkara yang ditanyakan sudah ada pernah terjadi yang serupa itu dan diabadikan kisahnya dalam AlQuran.
Berikut kami bawakan kisahnya dulu baru kami akan bahas pelajaran yang terkandung di dalamnya. Hendaknya pembaca jangan malas membacanya karena ini firman Sang Pencipta kita, ayat-ayat dalam kitab suci kita. Bernilai pahala. Minimal bacalah terjemahannya agar kita benar-benar faham kitab suci kita sendiri. Kan kita mengaku umat beragama. Umat beragama kok tidak faham kitab sucinya sendiri?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِ ۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖ ۚ فَا سْتَغَا ثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙ فَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِ ۖ قَا لَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ
Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir’aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan”. (QS. Al-Qasas 28: Ayat 15)
قَا لَ رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَا غْفِرْ لِيْ فَغَفَرَ لَهٗ ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Dia (Musa) berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku”. Maka Dia (Allah) mengampuninya. Sungguh, Allah, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Qasas 28: Ayat 16)
قَا لَ رَبِّ بِمَاۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ اَكُوْنَ ظَهِيْرًا لِّلْمُجْرِمِيْنَ
Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”. (QS. Al-Qasas 28: Ayat 17)
فَاَ صْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَآئِفًا يَّتَرَقَّبُ فَاِ ذَا الَّذِى اسْتَـنْصَرَهٗ بِا لْاَ مْسِ يَسْتَصْرِخُهٗ ۗ قَا لَ لَهٗ مُوْسٰۤى اِنَّكَ لَـغَوِيٌّ مُّبِيْنٌ
Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 18)
فَلَمَّاۤ اَنْ اَرَا دَ اَنْ يَّبْطِشَ بِا لَّذِيْ هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا ۙ قَا لَ يٰمُوْسٰۤى اَ تُرِيْدُ اَنْ تَقْتُلَنِيْ كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِۢا لْاَ مْسِ ۖ اِنْ تُرِيْدُ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ جَبَّا رًا فِى الْاَ رْضِ وَمَا تُرِيْدُ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْمُصْلِحِيْنَ
Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia (musuhnya) berkata, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 19)
وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰى ۖ قَا لَ يٰمُوْسٰۤى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَـقْتُلُوْكَ فَا خْرُجْ اِنِّيْ لَـكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ
Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 20)
فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَّتَرَقَّبُ ۖ قَا لَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 21)

Pelajaran yang dapat diambil:

  1. Siapakah yang dibunuh Nabi Musa? Apakah dia orang yang bersalah? Jelas sekali Allah mensifatkan orang itu هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖ (yang seorang dari golongannya dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya). Jadi yang dibunuh itu musuh Nabi Musa. Memusuhi Nabi itu jenis kafirnya kafir harbi (wajib diperangi oleh negara Islam).
  2. Begitupun orang yang tidak jadi dibunuh oleh Nabi Musa. Dia pun musuh Nabi sebagai mana Allah firmankan فَلَمَّاۤ اَنْ اَرَا دَ اَنْ يَّبْطِشَ بِا لَّذِيْ هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا (Maka ketika dia (Musa) hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua…).
  3. Membunuh musuh Nabi adalah bernilai pahala di sisi Allah jika dilakukan sesuai prosedur. Namun Nabi Musa kala itu melakukan kesalahan “prosedural” (tujuannya benar, caranya salah). Dan ini yang beliau yakini. Karenanya beliau alaihissalam berkata (sebagaimana Allah ceritakan) رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَا غْفِرْ لِيْ (Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku). Nabi Musa merasa menzalimi dirinya sendiri karena melakukan tindakan tidak sesuai tata cara hukum yang seharusnya.
  4. Jika demikian, bagaimana sikap kita? Sikap kita WAJIB berpihak kepada sesama umat Islam. Perhatikan firman Allah menceritakan sikap seorang bijak dalam menyikapi perkara pembunuhan yang dilakukan Nabi Musa:
وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰى ۖ قَا لَ يٰمُوْسٰۤى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَـقْتُلُوْكَ فَا خْرُجْ اِنِّيْ لَـكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ
Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 20)
Jadi justru seharusnya umat Islam disana membantu Si Pemenggal melarikan diri dari Perancis. Dan umat Islam di negeri kita dengan tangan terbuka bersedia menerima orang itu. Bahkan jika dia memiliki kemampuan dan bagus menjaga amanah bisa dia diberi pekerjaan sekedarnya dan hidup menjadi bagian dari keluarga kita. Marilah kita loncat ke ayat-ayat setelahnya. Allah berfirman:
فَجَآءَتْهُ اِحْدٰٮہُمَا تَمْشِيْ عَلَى اسْتِحْيَآءٍ ۖ قَا لَتْ اِنَّ اَبِيْ يَدْعُوْكَ لِيَجْزِيَكَ اَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَـنَا ۗ فَلَمَّا جَآءَهٗ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ ۙ قَا لَ لَا تَخَفْ ۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikanmu memberi minum ternak) kami. Ketika (Musa) mendatangi ayah wanita itu (Syeikh Madyan) dan dia (Syeikh Madyan) menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 25)
قَا لَتْ اِحْدٰٮہُمَا يٰۤاَ بَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖ اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَـأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَ مِيْنُ
Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 26)
قَا لَ اِنِّيْۤ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰۤى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍ ۚ فَاِ نْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ ۚ وَمَاۤ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَ ۗ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Dia (Syeikh Madyan) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik”.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 27)
Jangan lupa juga, wajib kita sebutkan bahwa Pencela Nabi itu juga salah. Bahkan dosanya sangat-sangat besar. Kufur dan memang dia sudah kafir dari awal (bukan orang Islam). Dan para penegak hukum yang ingin menghukum si pemenggal tanpa mempertimbangkan alasan pemenggalannya merupakan orang-orang Zalim.
Bukankah para penegak hukum yang ingin menghukum mati Nabi Musa juga Allah sebut sebagai orang yang Zalim? Allah menceritakan doa Nabi Musa رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ (Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu). Dan juga Allah menceritakan perkataan Syeikh Madyan لَا تَخَفْ ۗ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ (Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu).
Jadi sekalipun saudara kita salah, jangan dia semena-mena diserahkan kepada orang-orang kafir yang Zalim. Karena orang kafir yang Zalim akan menghukumnya melebihi yang seharusnya. Bahkan hal itu akan membuat mereka melihat umat Islam itu lemah dan tidak saling tolong-menolong.
Jika memang Perancis pada hari ini mengikat perjanjian dengan negeri-negeri Islam sehingga tidak bisa dihukumi kafir harbi, maka suruh Si Pemenggal tinggal di negeri kita, dan kita selaku saudara seiman mari kumpulkan denda sebanyak harga seratus onta lalu serahkan kepada keluarga korban pemenggalan itu. Itulah hukum yang tertulis dalam kitab-kitab fiqih.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ نْ كَا نَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَا قٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰۤى اَهْلِهٖ وَ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَا مُ شَهْرَيْنِ مُتَتَا بِعَيْنِ ۖ تَوْبَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan (hamba sahaya) maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 92)
Dan Nabi pernah mengumpulkan pembayaran dari kaum muslimin dan Yahudi warga negara Madinah untuk membayar diyat kepada suku Bani Kilab (kala itu masih kafir) karena ada orang Islam yang membunuh anggota suku mereka ketika melarikan diri dalam peristiwa pembantaian Biru Maunah.
Sebagai penutup, peristiwa Nabi Musa membunuh orang ini juga terdapat di kitab umat Kristiani dan Yahudi. Jadi kalau mereka saling menasihati, melindungi, dan menyelamatkan saudara seiman mereka, mengapa kaum muslimin justru memusuhinya melebihi Kafir Pencela Nabi?
والله أعلم
والله الموفق إلى أقوام الطريق
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *