Daftar Donatur Palestina
Jakarta, Hajinews.id – Pengamat Politik Rocky Gerung mengomentari surat perintah dari Staf Khusus Presiden RI yang ditujukan untuk Dewan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Keagamaan Islam Negeri se-Indonesia, terkait penyerahan rekomendasi sikap UU Cipta Kerja adalah menunjukkan bahwa Istana itu ngaco.
“Itu keajaiban Indonesia. Staf khusus bikin surat perintah dengan format seperti komandan ke anak buahnya di lapangan. Itu tradisi tentara,” ujar Rocky Gerung di dalam video di Kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Rocky Gerung menduga, jangan-jangan stafsus milenial merespons Ketua Umum PDIP Megawati yang belum lama ini menuturkan kurangnya pastisipasi para pemuda dan menuding hanya bisa demonstrasi saja.
“Saya sudah baca di koran dan itu menunjukkan bahwa milenial ingin bereaksi pada Bu Megawati karena dibilang manja. Mereka perlihatkan postur yang teguh sehingga mampu membuat perintah,” kata Rocky.
Menurut Rocky Gerung, dikeluarkannya surat perintah sebagaimana dilakukan Aminuddin Ma’ruf merupakan tradisi yang buruk.
“Itu tradisi yang agak buruk, tetapi kita mempelajari kenapa dia menjadi buruk. Kenapa tidak telponan aja untuk persuasi. Mereka kan diangkat karena kemampuan persuasi, dia punya kelebihan mengetahui relasi dengan siapa yang sedang dirujuk. Kalau ada surat perintah artinya teror dong disuruh mengeksekusi sesuatu tanpa kemampuan komunikasi,” ucap Rocky.
Para petinggi mahasiswa yang dipanggil pasti akan membangkang. Sebab, kalau pun Istana ingin mengadakan audiensi, seharusnya pihaknya lah yang datang kepada mahasiswa.
“Stafsus millenial mau audiensi ya datang ke mahasiswa. Dia harusnya bertamu ke BEM. Masak audiensi minta orang datang,” tutur dia.
Sejak awal, kata Rocky Gerung, arahan Istana soal adanya stafsus milenial memang sudah tidak jelas.
“Briefing Istana sudah ngaco. Dikumpulin stafsus milenial dikumpulin dengan kemampuan yang dangkal dari segi komunikasi, sopan santun, gak ada etiknya. Jadi itu cerminan umum dari Istana. Stafsus milenial keluarin surat perintah, Istana itu ngaco,” tukasnya. (mh)
