MENGUNGKAP

MENGUNGKAP
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Hajinews – Sepertinya diantara kita ini ada sesuatu yang tersimpan dalam hati, cuma mungkin masing-masing masih menahan diri untuk tidak mengungkapkannya, entah pertimbangan apa, sepertinya yang menjadi pertimbangan tiada lain takut ditolak, karena yang tersimpan itu adalah gejolak asmara yang selalu ada pada setiap hati manusia. Karena itu, masing-masing seakan kompak, biarlah tak perlu mengungkapkannya, biarlah berjalan seperti yang selama ini dialami saja, toh bila diungkapkan juga belum tentu senikmat yang dirasakan atau mungkin saja hanya menambah beban kerinduan. Mengungkap isi hati, memang beresiko, apalagi bila memang tulus mencintainya, emosi yang dominan biasanya sulit dikontrol oleh pikiran, tapi juga sangat mungkin ada saja benturan yang tiada diharap…ada sepotong lagu yang menggambarkan ketidak mampuannya masing-masing mengungkapkan rasa cinta yang selalu ada pada setiap manusia, yakni… janganlah aku kau rayu, janganlah aku kau goda, tak sanggup ku menahan, beban kasih asmara…beban kasih asmara…

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Apa kata hatimu…? begitulah pertanyaan orang tua pada anaknya yang menginjak dewasa, dan sedang menghadapi persoalan dalam menjalani hidupnya. Begitu pula sesepuh kita bila diminta pertimbangan terhadap sesuatu yang harus diputuskan, bahkan diantara teman sebaya sering terungkap pertanyaan serupa. Seperti, apa kata hatimu itu, atau bagaimana agar dapat mengungkapkan isi hatinya itu, hal ini bukan hanya sekedar membimbing anak agar bisa mandiri, bersikap dan memutuskan sendiri (sesuai dengan kata hatinya atau dengan apa yang ada dihatinya) terhadap berbagai persoalan yang sedang dihadapi. Namun, agar dapat mengetahui dan menyikapi bahwa dalam hidup dan kehidupan ini meenyediakan banyak pilihan. Ketersediaan pilihan sikap itu tentu diputuskan berdasarkan yang sesuai dengan kata hatinya. Sikap yang lahir dari hatinya itu, jelas sepenuhnya merupakan tanggung jawabnya, disinilah sejatinya belajar bertanggun jawab bagi seseorang, yang kemudian pula melahirkan amanah yang harus diembannya, untuk dapat dilaksanakan secara tulus, yang harus dipertanggung jawabkannya kelak, sehingga bila dilaksanakan dengan hati yang bersih dan tulus, dengan sendirinya mampu meraih dan menjadi pribadi yang berintegritas tinggi.

Memang ada tuntutan atau kewajiban untuk mengungkap aspirasi kehendak rakyat, wakil rakyat baik yang terpilih didaerah apalagi yang dipusat, seperti ada panggilan yang terus-menerus mengejar dan membuntutinya, bila wakil-wakil yang terpilih itupun merasakan apa yang dirasakan dan dialami rakyat, sekurang-kurangnya rakyat yang berada diwilayah pemilihannya…panggilan itu merupakan tuntutan pada amanah yang mereka emban dan genggam, sebagai pertanggungan jawab bahwa mereka itu wakil rakyat, tapi dilemanya aspirasi itu bagai melayang-layang hilir mudik, melayang bagai angan-angan saja, tak pernah mendarat, mungkin dalam kenyataan politik sekarang ini, ada sebagian wakil kurang begitu terpanggil oleh aspirasi atau kegelisahan masyarakat yang berkembang, mengingat suara yang diperoleh hasil dari transaksional, atau mungkin juga tidak disetujui atau kurang sejalan dengan fraksi yang menjalankan garis partai. Kedepan sehubungan dengan hal ini kiranya perlu dicarikan solusi yang tepat. Mungkin pertama menghindari politik transaksional, kedua lebih intens mengolah pemikiran yang berupa aspirasi bawah dengan pimpinan fraksi/partai, ketiga ada kesanggupan dan keberanian untuk mengungkap, menyuarakan dalam berbagai perhelatan publik. Sehingga wakil dan juga partainya memiliki makna yang bukan sekedar mengisi adanya kebebasan berserikat dan berkumpul saja … tetapi ada yang musti dibahasakan yaitu kata hati rakyat dan untuk ini merupakan perjuangan tersendiri untuk dapat mengungkapkannya.

Kenapa mengungkap kata hati, karena disitu letaknya kejujuran dan disitu pula letaknya pertempuran antara harus diucapkan atau tidak, mesti dilakukan atau tidak, dan tentu saja pada gilirannya memohon petunjuk pada tuhan bila mungkin muncul keraguan. Ada kalanya apa yang akan diputuskan untuk diambil tindakan atau akan direalisasikan dalam bentuk kegiatan, sudah begitu matang bila dilihat dari pertimbangan rasional (masuk akal) atau tidaknya, tetapi belum ada ketetapan hatinya atau hatinya belum mengungkapkannya, maka hal itu tidak terjadi. Sehingga memohon pada tuhan agar memiliki kemampuan hati untuk mengungkapkan isi hati sehingga dapat memutuskan atas sesuatu sebagai tanda peduli…

Mengungkap panggilan agama tidak lain adalah mengungkap makna firman, baik melalui buah pikiran yang dibahasakan melalui lisan ataupun tulisan, juga dapat diungkap melalui sikap prilaku keseharian, sehingga firman yang menegaskan dirinya sebagai guiden, haluan atau petunjuk tuhan bagi umat manusia (hudan linnas) dapat membimbing bagaimana mengungkap hati yang bersih, seperti tentang niat, rasa syukur, shabar (ulet), ikhlas (tulus) dan tawakal, semua ini tentu ada keterlibatan hati yang sehat sangat dominan dan berpengaruh pada sikap dan tindakan yang dapat membentuk kepribadian seseorang. Jadi kepribadian itu lahir dari hati yang sehat/bersih (illa man atallaha bi qalbin salim). Wa Allahu a’lam. (azs, 20122020)

Sumber : zacky achmad siradj

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *