MENGENAL

MENGENAL
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Hajinews – Kenalan donk…ungkap anak muda pada seorang perempuan dalam suatu acara perpisahan sekolahnya. Nama saya…mengenalkan, nama kamu siapa…? Seorang profesor muda dengan karier akademis yang begitu cepat, dalam usia dua puluh delapan tahun sudah meraih gelar profesor, atas kecerdasannya cepat pula terkenal, memberikan kartu namanya, dengan dua identitas yang disandangnya, yang tertera pada kartu namanya tersebut…kontak-kontak yah…agar bisa berdiskusi lebih lanjut dan bisa kenal lebih dekat, ucapnya pada seorang mahasiswi tingkat doktoral yang memang punya paras cantik dan katanya pula masih lajang…

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ungkapan saling kenal mengenal, atau mengenal lebih dekat, boleh jadi menunjukan keakraban sehingga kemudian terjadi interaksi diantara keduanya terjalin erat, bagai hubungan yang saling berkelindan. Pantas bila ada ungkapan bahwa tak kenal maka tak sayang, tentu inipun jika keakraban terjalin dengan penuh pengertian dan kasih sayang. Karena mengenal kendati ada titik kesamaannya dengan mengetahui, tapi mungkin ada perbedaannya, mengetahui belum tentu mengenal, tapi sebaliknya bila sudah mengenal dapat dipastikan sudah mengetahui…

Begitu pula nampaknya dalam ekspresi kebudayaan, lahirnya sikap budaya misalnya, jelas karena ada dan tumbuhnya interaksi diantara budaya-budaya atau yang kemudian kita kenal sebagai proses akulturasi budaya. Ini terjadi karena pemangku kepentingan, disamping ia mengukuhkan identitas budayanya sendiri, tapi dalam kenyataan seakan ada yang memaksa sehingga sulit menghindar untuk tidak saling mengenalkan pola dan corak budayanya kepada pola dan corak budaya yang lain, sehingga masing-masing seakan membaur dan lahir atau muncul identitas baru, antara budaya yang datang dan budaya setempat…

Interaksi budaya dapat diperhatikan pada bagaimana sikap keseharian para pemangku kepentingan sehingga lahir kearifan-kearifan budaya yang semakin berkembang. Memang, seperti kita ketahui bahwa awalnya sifat bawaan budaya itu yang bermula dari adat istiadat mempunyai sifatnya yang sangat tertutup (eksklusif) dan statis, tetapi kemudian karena berinteraksi lalu membuka diri dan lahir sifat budayanya yang terbuka (inklusif).

Mungkin muncul pertanyaan kenapa ungkapan kata ‘mengenal’ perlu dikaitkan dengan budaya atau sikap budaya…? Sebab seperti kita maklumi pula bahwa bila kita ingin mempelajari/mengkaji suatu masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu maka mengenal pola, corak budaya masyarakat tersebut menjadi suatu keniscayaan. Katakanlah budaya sebagai jendelanya. Siapakah orang itu…? Oh dia orang aceh, orang minang, orang bugis, orang jawa, orang sunda, maka sebutan predikat terhadap orang-orang tersebut menggambarkan budayanya, sehingga mengenal budayanya berarti mengenal pula msyarakatnya. Kendati mungkin tidak persis mewakili karena orang tersebut telah diaspora…

Sifat keterbukaan (inklusif) dari kearifan lokal (local genius) yang dimiliki oleh masing-masing budaya ini yang kemudian memberi peluang berinteraksi dengan kearifan-kearifan budaya lokal yang lainnya, kendati dalam interaksinya melalui proses yang berjalan secara alamiah, namun begitu, tentunya merasa perlu terutama bagi masyarakat yang beragam latar budaya untuk adanya dialog budaya atau dialog kebudayaan, yang intinya tiada lain adalah bagaimana mempertemukan kearifan-kearifan budaya lokal, hingga simbiotis saling ketemu, mengenal, bertautan dan saling memperkuat (lita’arafu). Karena dengan demikian kearifan budaya tersebut dapat melahirkan pandangan yang terbuka sekaligus dinamis..sehingga dapat menganyam kesamaan kesetaraan dan kebersamaan sosial, lintas suku-suku budaya sehingga mengukuhkan persatuan yang lebih mengakar…dan pada gilirannya dapat membangun peradabannya.

Sepertinya, hal yang sangat penting dalam ungkapan kata ‘mengenal’ ini, tentunya tidak hanya yang mengarah keluar saja, namun juga betapa pentingnya yang mengarah ke dalam, mengarah pada diri sendiri, mengenal diri sendiri dan mengenal budayanya sendiri. Jadi bila banyak mengenal orang lain tapi ia sendiri tidak mengenal siapa dirinya ? apa kelemahan dan kekurangannya ? dan apa kelebihan dan keunggulannya ? Demikian pula dengan budayanya sendiri tempat ia dibesarkan, tentunya sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadiannya. Sebab, sebagaimana kita ketahui bahwa mengenal diri itu merupakan langkah awal pembentukan pribadi dan akhirnya berkepribadian, kendati kesadaran ini datang ditengah berjalannya proses pembentukan diri.

Mengenal diri itu ibarat cahaya yang memancar lalu secara perlahan mengungkap setiap jejak langkah, hingga langkah yang tersembunyi sekalipun, akhirnya mengenal siapa sesungguhnya dirinya itu. Di saat yang sama dengan kesanggupannya mengenal diri, ia juga akan sanggup mengenal tuhannya, yang menciptakan dirinya dan yang mengatur jagad kehidupan, dimana ia hidup dan berada serta berelasi dengan lingkungan kesekitarannya sebagai bagian dari alam semesta. Karena itu siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu). Wa Allahu a’lam (azs, 22122020).

Sumber : ahmad zacky siradj

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *