Lahan Setara Separuh Pulau Jawa Dikuasai 29 Taipan Sawit

Lahan sawit, dok* Greenpeace
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Lembaga TuK dan Profundo merilis hasil riset dengan judul “Kendali Taipan atas Grup Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia”. Ada sebanyak 25 grup perusahaan kelapa sawit menguasai lahan seluas 5,1 juta hektare atau hampir setengahnya pulau jawa, sebanyak 3,1 juta hektare telah ditanami sawit dan sisanya belum ditanami, penelitian itu juga mendapatkan data bahwa kekayaan total mereka tidak main-main, yakni mencapai US$ 71,5 miliar atau Rp 922,3 triliun pada tahun 2013.

Yang menarik kelompok perusahaan sawit itu dikendalikan oleh 29 taipan. Yang perusahaan induknya terdaftar di bursa efek, baik di Indonesia dan luar negeri. Hal ini dituturkan oleh Direktur Program Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia, Rahmawati Retno Winarni, dilansir Tempo, Jumat (13/2/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pemilihan 25 grup bisnis sawit terbesar itu didasari data dari laporan tahunan, website perusahaan, kajian Thomson dan Bloomberg, serta lembaga lainnya. Ada 11 perusahaan yang terdaftar di bursa efek di Jakarta, lalu 6 di bursa efek Singapura, 3 di Kuala Lumpur, dan satu perusahaan di bursa efek London.

Akan tetapi menurut Winarni, perusahaan terbuka tersebut tidak benar-benar dimiliki publik, karena taipan adalah pemegang saham terbesar, dengan penguasaan 20-80 persen saham. “Kepemilikan saham dilakukan melalui ‘perusahaan cangkang’ di negara-negara ramah pajak,” katanya menggaris bawahi.

Siapa saja para taipan yang menguasai kelompok perusahaan sawit itu?

Mereka adalah Grup Wilmar (dimiliki Martua Sitorus dkk), Sinar Mas (Eka Tjipta Widjaja), Raja Garuda Mas (Sukanto Tanoto), Batu Kawan (Lee Oi Hian asal Malaysia), Salim (Anthoni Salim), Jardine Matheson (Henry Kaswick, Skotlandia), Genting (Lim Kok Thay, Malaysia), Sampoerna (Putera Sampoerna), Surya Dumai (Martias dan Ciliandra Fangiono), dan Provident Agro (Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno).

Lalu Grup Anglo-Eastern (Lim Siew Kim, Malaysia), Austindo (George Tahija), Bakrie (Aburizal Bakrie), BW Plantation-Rajawali (Peter Sondakh), Darmex Agro (Surya Darmadi), DSN (TP Rachmat dan Benny Subianto), Gozco (Tjandra Gozali), Harita (Lim Hariyanto Sarwono), IOI (Lee Shin Cheng, Malaysia), Kencana Agri (Henry Maknawi), Musim Mas (Bachtiar Karim), Sungai Budi (Widarto dan Santosa Winata), Tanjung Lingga (Abdul Rasyid), Tiga Pilar Sejahtera (Priyo Hadi, Stefanus Joko, dan Budhi Istanto), dan Triputra (TP Rachmat dan Benny Subianto).

Di antara mereka, kelompok perusahaan yang paling besar memiliki lahan sawit adalah Grup Sinar Mas, Grup Salim, Grup Jardine Matheson, Grup Wilmar, dan Grup Surya Dumai.

Sedangkan menurut Jan Willem van Gelder, Direktur Profundo, lembaga riset ekonomi yang berkedudukan di Amsterdam. Dalam kurun waktu 5 tahun telah terjadi ekspansi besar-besaran di tanah air.

Sementara itu Direktur Eksekutif TuK Indonesia, Norman Jiwan turut menjelaskan, ekspansi dalam skala yang luar biasa tersebut telah menciptakan masalah lingkungan dan sosial yang serius. Hal itu dimulai dari konversi sejumlah besar hutan yang berharga, terancam punahnya habitat spesies yang dilindungi, dan emisi gas rumah kaca karena pengembangan lahan gambut.

Belum lagi, ada banyak masyarakat kehilangan akses terhadap tanah yang sangat penting untuk hidupnya. “Padahal tanah itu bagian dari kelangsungan hidup, hak hukum atau adat selama beberapa generasi,” kata Norman.

Masalahnya selalu sama, yang di atas semakin kaya sedangkan yang di bawah tetaplah miskin dan kesulitan. Taipan begitu mudah menguasai tanah, rakyat jelata terusir dan bersengketa. *Ingeu-dsb

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *