Sri Mulyani: Ekonomi Akan Lebih Baik, Rizal Ramli: Kalau Ngibul Tuh Jangan Keterlaluan

Sri Mulyani-Rizal Ramli foto istimewa
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa laju ekonomi tahun depan akan jauh lebih baik ketimbang tahun ini.

Diproyeksikan pada tahun 2021 ekonomi akan naik sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen. Perkiraan yang cukup lebar ini dianggap sama oleh sejumlah internasional.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tahun 2021, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,1 persen. Sementara World Bank 4,8 persen, dan ADB 5,3 persen.

“Pemerintah berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 hingga 5,5 persen cukup realistis dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dan baseline pertumbuhan ekonomi yang rendah di tahun 2020,” kata Sri Mulyani, dilansir PR-Bekasi, Rabu (30/13).

Pernyataan Sri Mulyani ini ditanggapi oleh ekonom senior Rizal Ramli, di kanal youtube Refli Harun pada Rabu, 29 Desember 2020. Bahwa wacana yang diucapkan oleh Sri Mulyani itu sangat tidak realistis.

“Kalau bicara ekonomi 2020, sebelumnya 2018,2019, ekonomi kita memang sudah melambat, semua indikator makro ekonominya, misalnya, neraca perdagangan, transaksi berjalan, primary balance di anggaran, itu merosot bertahap pelan-pelan,” ucap Rizal.

Batas maksimal pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga saat ini ada di angka 5,1 persen, belum pernah keluar.

 

Alasan pertumbuhan ekonomi sulit naik

Kemudian Rizal Ramli membeberkan sejumlah alasan mengapa pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa anjlok seperti saat ini.

“Begitu terjadi Covid-19 di Wuhan bulan Desember 2019, Indonesia seperti biasa nganggep enteng, turis dari China masih banyak yang masuk, padahal saat itu, semua orang langsung tutup airport-nya, Jepang, Singapura, kita malah sok jago,” tuturnya.

Bukannya menutup akses dari luar negeri, ucap Rizal Ramli, Indonesia justru malah berusaha untuk menutupi dan menyepelekan Covid-19.

“Kita pada saat itu malah kasih insentif untuk turis asing China buat masuk Indonesia. Kita bayar buzzer 720 miliar untuk menutupi bahwa Covid-19 ini gak ada masalah,” ujarnya.

Oleh karena itu ia menyampaikan bahwa Indonesia telah membuang tiga bulan pertamanya hingga Maret, yang bisa digunakan untuk menindak tegas masuknya Covid-19 dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi resiko kesehatan dan ekonomi.

Nah begitu terjadi Covid-19, masalah ekonomi kita semakin kompleks, semakin merosot, daya beli juga ancur, lapangan pekerjaan nyaris tidak ada. Tapi yang paling penting uang beredar di masyarakat itu berkurang,” ucapnya.

Rizal Ramli menjelaskan, dari Januari hingga September ekonomi Indonesia hanya 3 persen, lalu dari September hingga Oktober malah minus.

“Ini belum pernah terjadi sejak tahun 1998, artinya apa, uang yang beredar di masyarakat kesedot untuk membeli surat utang negara, karena utang udah terlalu banyak,” tuturnya.

Ekonomi anjlok

Jadi boro-boro di masyarakat ada tambahan uang beredar, malah dikurangi, inilah yang menjelaskan kenapa daya beli itu anjlok luar biasa,” katanya.

Sehingga menurutnya, ekonomi di tahun 2020 resmi dinyatakan anjlok karena daya beli turun drastis dan perusahaan banyak yang bangkrut.

Pernyataan Sri Mulyani soal ekonomi 2021 bisa 5,5 persen pun ditolak keras oleh Rizal Ramli karena dianggapnya terlalu berimajinasi.

“Lalu muncul versi angin surga dari menteri keuangan terbalik (Sri Mulyani) bahwa 2021 ini akan balik tinggi menjadi 5,5 persen, aduh ampun deh, sebelum Covid aja gak pernah 5,5 persen, cuman 5,1, ini kok tahun depan Covid masih banyak udah ngaku klaim 5,5 persen,” ucapnya.

“Kalau Ngibul tuh jangan keterlaluan,” katanya.

Oleh karena itu Rizal berkesimpulan, bahwa 2020 ekonomi anjlok dan tahun 2021 bakal jeblok jika tidak mau berubah.*Ingeu-dsb

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *