Hajinews — Ekonom Senior INDEF, Didik J Rachbini memperkirakan, tahun ini pengangguran dan kemiskinan akan tetap tinggi, sebab ada pengangguran tambahan sebanyak 1,1 juta orang, sebagai akibat Covid 19.
Sepanjang 2020 lalu saja, pengangguran meningkat dua kali lipat, yakni 7,8%. Atau setara 10,4 juta jiwa. Sementara tahun ini pun, diperkirakan tetap tinggi.
Namun mirisnya, ternyata angka tersebut belum final. Sebab masih akan ada tambahan lagi, yakni sebanyak 2,6 juta angkatan kerja baru bakal tidak terserap di 2021, yang artinya tidak akan terserap.
Maka, jika ditotal, pengangguran di tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 3,6 juta orang. “Masalah pengangguran ini menjadi faktor krusial dalam proses pemulihan ekonomi pada tahun 2021,” ujar Didik di Jakarta, dilansir inilah.com, Jum’at (8/1/2021).
Sementara yang lebih memprihatinkan, menurut pria berdarah Madura ini, robohnya pilar industri semakin parah. Pada masa pandemi COVID-19, sektor industri lebih terpuruk lagi. Alhasil, penyerapan tenaga kerja baru semakin terbatas. “Industri akan cenderung mempekerjakan tenaga kerja yang sebelumnya dirumahkan atau dikurangi jam kerjanya,” kata dia.
Dia pun memperkiraan tingkat kemiskinan naik 10,5%. Tetapi jumlah penduduk yang hampir miskin (near poor) masih jauh lebih banyak dari angka kemiskinan dengan garis batas kemiskinan yang rendah.
“Jika garis batas ditingkatkan maka lebih banyak lagi kasus kemiskinan tersebut, yang masuk katagori hampir miskin dan sesungguhnya memang miskin,” imbuh Didik.
Meski demikian menurut dia program perlindungan sosial pada PEN membantu menjadi bantalan sosial untuk masyarakat. Tingkat pengangguran yang meningkat akan mendorong tambahan penduduk miskin baru, khususnya berasal dari kelompok di atas garis kemiskinan. (ingeu/dbs)