Minus 3%, Ekonom Muda INDEF Prediksi Data BPS Bulan Depan

Ekonom Muda Bhima Yudhistira (foto ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Sesuai jadwal Badan Pusat Statistik (BPS), seharusnya akan merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 pada (5/2/2021) di website bps.gp.id. Ekonom muda dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara berani melontarkan prediksi. Bahwa, angkanya tak akan jauh-jauh dari minus 3% akibat pandemi COVID-19.

“Untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2020, proyeksinya bisa minus 3 persen. Kenapa begitu? Karena kita melihat di November sampai Desember 2020 pada waktu kuartal IV itu seharusnya Indonesia sudah mulai melakukan pemulihan, khususnya mobilitas,” ujar Bhima, dikutip bizlaw dari Tribunnews, Kamis (14/1/2021).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pada dua tahun belakangan, perekonomian nasional memang berat dan berat.

Menurut Bhima, di periode tersebut harusnya masyarakat sudah mulai belanja, tapi pada faktanya tiba-tiba ada kebijakan pengurangan cuti akhir 2020. Kemudian, juga terkait dengan kewajiban kewajiban rapid antigen juga itu langsung membuat sektor pariwisata terpukul di kuartal IV.

Seharusnya pada kuartal IV apalagi akhir tahun itu terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. “Karena itu, di kuartal IV diperkirakan masih akan negatif pertumbuhannya. Kalau diakumulasi, ekonomi 2020 bisa jadi minus 3 persen,” pungkas Bhima.

Pada Desember 2020, Asian Development Bank (ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 2,2 persen. Atau lebih rendah dibandingkan publikasi yang dilakukan pada September 2020 yang bertengger di angka minus 1 persen. “Sekarang diproyeksikan untuk pulih pada tingkat lebih lambat dari yang diantisipasi saat kami publikasikan pada September. Terkontraksi 2,2 persen pada 2020,” kata ekonom ADB untuk Indonesia, Emma Allen.

Allen menyatakan. pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan lambat terutama pada tiga kontributor pertumbuhan yaitu konsumsi, investasi, dan perdagangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi ADB.

Dari rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 3,49 persen pada kuartal III dengan kecepatan yang lebih lambat dari kontraksi sebelumnya 5,3 persen pada kuartal II. “Karena penurunan sebelumnya untuk seluruh basis seperti investasi, konsumsi dan perdagangan maka ekonomi berkontraksi sebesar 2 persen dari tahun ke tahun dalam tiga kuartal pertama 2020 dibandingkan periode sama pada 2019,” jelas Allen.

Tak hanya itu, penurunan proyeksi juga mempertimbangkan perkembangan indikator sosial yang dirilis BPS yaitu hampir 30 juta orang telah terdampak COVID-19 dari segi mata pencahariannya melalui pengurangan jam kerja, penangguhan pekerjaan dan kehilangan pekerjaan.

Pihaknya turut melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021 yang berdasarkan publikasi pada September lalu sebesar 5,3 persen kini menjadi 4,5 persen, lanjut Allen.

Ia memperkirakan pada tahun depan akan terjadi pemulihan dalam konsumsi swasta yang didukung oleh kecepatan penanganan pandemi karena mampu meningkatkan kepercayaan konsumen dan dukungan berkelanjutan dari program pemulihan ekonomi.

Pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun depan juga didukung oleh kinerja ekspor yang lebih baik karena akan meningkatkan kapasitas manufaktur. “Kami memiliki inflasi yang sedikit lebih tinggi untuk 2021 yaitu sebesar 2,4 persen. Tahun ini 2 persen,” kata Allen.(ingeu/dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *