Era Digital, Praktisi Perbankan Terancam Menganggur

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan warning atau peringatan kepada perbankan jika ingin mau bertahan di era yang serba digital ini. Kuncinya adalah perbankan harus perluas akses bisnis ke digital banking.

Perry menjelaskan, ekonomi keuangan digital di Indonesia meningkat sangat pesat, sejak terjadinya pandemi Covid-19. Hal tersebut terpantau dari transaksi di e-commerce, uang elektronik, dan transaksi digital banking.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Transaksi keuangan di e-commerce tahun 2020, diperkirakan mencapai Rp 253 triliun atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 205,5 triliun. Dan tahun ini diperkirakan akan meningkat lebih tinggi menjadi Rp 337 triliun.

“Perdagangan online e-commerce, marketplace itu sangat luar biasa tumbuh 33,2%,” jelas Perry dalam sebuah Seminar Digital, Jumat (22/1/2021).

Kemudian uang elektronik pada tahun 2020 diperkirakan transaksinya mencapai Rp 201 triliun. Sementara di tahun ini, BI memproyeksikan akan terjadi peningkatan 32,3% atau mencapai Rp 266 triliun.

BI melihat digitalisasi sistem pembayaran telah meningkat sangat masif, begitu juga dengan digital banking, termasuk online banking, mobile banking, dan sebagainya.

Transaksi dari digital banking tahun 2020 diperkirakan mencapai Rp 27.036 triliun dan tahun ini, transaksinya diperkirakan akan mencapai Rp 32.206 triliun.
“Ini jauh lebih tinggi dari nominal PDB (Indonesia). Jadi transaksi muter size itu luar biasa dari digital banking,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir, PDB atas dasar harga berlaku kuartal III-2020 Rp 3.894,7 triliun dan atas dasar harga konstan Rp 2.720,6 triliun. Dengan demikian, jauh di bawah angka transaksi digital.

Perry pun menghimbau kepada perbankan untuk bisa memperluas akses bisnis dengan menyediakan layanan digital banking, baik itu untuk membuka rekening, transfer uang, dan sebagainya.

“Dulu kan kan masyarakat harus sowan (bertemu) ke para bankir, mau transfer, mau ambil uang, mau setor uang, dan sekarang you have to service that melalui digital banking. Sekarang masyarakat inginnya bertransaksi hanya melalui handphone,” jelas Perry.

“Makanya para bankir, apakah anda mau disowanin, lama-lama anda ditinggalkan. Kalau para bankir masih ingin customer sowan ke panjenengan (kalian) semuanya, dan kemudian ga ada kerjaan, akan ditinggalkan konsumen. Karena konsumen harus diservice caranya adalah melalui digital banking,” kata Perry melanjutkan. (dbs).

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *