MEMBAGI

MEMBAGI
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Hajinews – Bagaimana kondisinya sekarang sudah mendingan kan, tanya kakak padaku dan aku tak menjawab hanya kedipan mata dengan senyum yang sedikit dipaksa. Langsung menyusul dengan pertanyaan kedua, sudah enakan makannya, ku jawab juga dengan kedipan mata dan lagi-lagi dengan senyum, eh tiba-tiba saja tanganku dipegang, lantas punggung tangan kirinya diletakkan di dahiku seakan dia sedang memeriksa kondisiku, apa badannya hangat atau tidak, akhirnya terpaksa aku buka mulut, sudah kak sudah baikan, baru ia melepaskan tangannya dan melempar senyuman kepadaku, pikiranku mulai membaca, mungkin sikakak memancing aku mengeluarkan suara. Aku baru ingat kala itu sedang asyik berbincang, kakak itu pernah bilang, suaramu merdu dan indah dik…

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kata membagi ini semangatnya sama dengan ungkapan berbagi, seperti membagi perhatian maka bagi seseorang yang punya peran banyak tentu harus pandai-pandai membagi atau berbagi perhatiannya pada bidang-bidang yang menjadi tanggung jawabnya itu, sebab bila tidak pandai membagi mungkin salah satu perusahaan yang dipimpinnya akan oleng dan bila tidak cepat ditanganni, bisa jadi menemui kegagalan dan kebangkrutan.

Sesungguhnya bila kita jujur melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab hidup maka setiap orang melakukan bagaimana membagi perhatian, minimal membagi waktu antara tugas di kantor, rumah dan keluarga, keduanya ini bisa dibedakan tapi sepertinya sulit dipisahkan karena tugas di kantor pun merupakan bagian dari kebutuhan keluarga, begitu pula suasana di keluarga selayaknya mendorong semangat kerja di kantor, dalam kaitan ini maka membagi adalah saling mengisi dan menguatkan. Begitu pula bila berhadapan dengan  masalah yang cukup kompleks, pandainya membagi waktu merupakan langkah kunci bagi penyelesaian suatu masalah…

Boleh jadi kata membagi ini dialami oleh setiap manusia dalam mengarungi perjalanan hidupnya sendiri, membaginya pada kondisi seperti ada sehat, ada sakit, ada gembira, ada sedih menderita, ada rugi ada untung atau apa saja yang dirasakan dan dialami manusia dalam hidupnya, yang kemudian menjadi rumus kehidupan atau hukum kehidupan. Seperti dalam pelajaran berhitung/matematik selain ada tambah (+), kurang (-), kali (x), juga ada bagi ?) semua ini bagai siklus kehidupan yang dialami oleh setiap manusia. Ada menambah, ada mengurang,ada mengali hingga berlipat, dan tentu ada juga membagi.

Namun begitu adakalanya  bersamaan atau berhimpitan, seperti bertambah padahal berkurang dalam waktu yang bersamaan. Hal ini ditentukan oleh sudut pandang. Misalnya, seseorang yang berulang tahun tiba tanggal dan tahun kelahirannya, maka ia bertambah usianya, tapi pada saat bersamaan berkurang jatah usia hidupnya didunia, seseorang yang membagi hartanya, berzakat, bersedekah, berinfak tentu mengurang hartanya, tapi sesungguhnya telah menambah nilai amalnya. Begitu pula orang bertambah kaya hasil dari korupsi, semua masalah bisa diakali dan dibeli, tapi sesungguhnya telah mengurangi hak negara dan rakyat apa lagi bila itu bantuan sosial yang dikorupsi. Seakan dia gagah berjalan tegar karena kaya hasil korupsi, padahal sesungguhnya ia dalam waktu bersamaan telah mengurangi harkat dan martabatnya hingga pribadinya rapuh dan keropos, bagaimana bantuan sesuap nasi bagi kaum papa ia akali tuk dikorupsi … dan bagi orang-orang tertentu, seperti susah senang, kaya miskin, memiliki kelebihan rizki atau berkurang, sakit ataupun sehat dan seterusnya itu, hanya sebagai varian hidup saja. Karena ada sesuatu yang demikian dominan dalam dirinya, sebagai sifat yang memperkukuh pendiriannya.

Sebab semua varian hidup itu, dipandang sebagai ujian dan cobaan bagi jalan hidup dan kehidupannya. Apapun yang dialaminya disikapinya sesuai dengan  apa yang dialaminya seakan membagi sikapnya terhadap gelombang kehidupannya. Apaka ia sabar, apakah selalu bersyukur, apakah tidak putus asa, apakah ulet dan tekun,terus berikhtiar, apakah suka mengurai atau membagi apa yang ia punya. Sehingga sejatinya hidup itu ada pada sikap yang positif, menghadapi semuanya yang menimpa pada dirinya itu.

Dalam kaitan inilah maka agama memerintahkan atau menganjurkan agar membersihkan dan mensucikan diri sekaligus harta yang dimilikinya dengan sikap terbuka (inklusif) memperhatikan kesekitaran dengan penuh merasakan apa yang sedang dirasakan masyarakat yang hidupnya menderita, jauh dari ukuran kelayakkan sehingga mereka kaum papa merasakan kebahagiaan dari kepeduliannya itu. Untuk itu ambillah sebagian dari harta mereka sebagai kebajikan (shadaqah) artinya mengurangi dan membagi untuk membersihkan dan mensucikan harta dan diri pribadi mereka (khudz min amwalihim shadaqatan tuthahhiruhum wa tuzakkihim biha…). Wa Allahu a’lam. (azs, 2212021).

Ctt. Tulisan perbaikan…

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *