Pemerintah Diminta Waspada, Persi, RS Jawa Dan Bali Diprediksi Kolaps Pada Bulan Pebruari

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) meminta agar pemerintah mulai waspada serta menyiapkan protokol seleksi penerimaan pasien Covid-19 berdasarkan gejala yang dialami masing-masing penyintas.

Upaya itu perlu dilakukan guna meminimalisasi kondisi terpenuhinya keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di berbagai Rumah Sakit (RS) tanah air yang terjadi belakangan ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kuncinya seleksi pasien. Jadi jangan sampai RS penuh hanya karena pasien isolasi biasa yang seharusnya bisa juga dilakukan di RS yang bukan rujukan,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persi, Lia Gardenia Partakusuma, Selasa (26/1/2021).

Lia menjelaskan seleksi pasien yang dimaksud adalah setiap RS harus memberikan penjelasan kepada pasien Covid-19 dengan kondisi gejala ringan hingga tanpa gejala agar mau meneruskan isolasi mandiri di rumah ataupun tempat isolasi mandiri yang disiapkan pemerintah daerah.

Sebab, Lia mengaku tak sedikit menemukan berbagai pasien yang tidak ingin menjalani isolasi mandiri meski keadaannya sudah cukup membaik. Hal itu membuat banyak pasien yang benar-benar membutuhkan perawatan di fasilitas kesehatan menjadi tidak kebagian.

“Jadi RS jangan dipenuhi semua, harus ada spare untuk kasus-kasus yang segera harus ditangani. Kalau penuh semua, kasihan, seperti IGD penuh sekali sekarang,” tuturnya.

Lia berpendapat, solusi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas 30-40 persen tempat tidur di RS seluruh Indonesia sudah maksimal. Sehingga bila upaya itu masih tidak bisa mengantisipasi lonjakan pasien, maka Lia memprediksi RS di Pulau Jawa dan Bali akan penuh alias kolaps pada Februari 2021 mendatang.

Prediksi itu, Lia dapat seiring lonjakan kasus aktif sejak Desember lalu, pasca libur Natal dan Tahun Baru. Namun demikian, ia berharap agar hal buruk itu tidak terjadi di Indonesia.

“Kita berharap bahwa di Februari harusnya tidak jadi puncaknya,” kata dia.

Oleh sebab itu, Lia pun meminta agar pemerintah melakukan upaya testing, tracing, dan treatment (3T) secara maksimal, sementara masyarakat wajib menerapkan protokol kesehatan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Sebab ia menilai tanpa ada upaya preventif dari pemerintah dan masyarakat, maka kasus Covid-19 di Indonesia akan terus bertambah dan tidak jelas kapan melandai atau bahkan berakhir.

“Pemerintah mohon usaha preventif, kegiatan masyarakat yang mengandung risiko penularan meningkat harus benar-benar dibatasi,” katanya.

Sebelumnya, data RS online yang dimiliki Kemenkes per Minggu (24/1) lalu mencatat 11 provinsi di Indonesia memiliki BOR RS lebih dari 60 persen. Sementara ambang batas BOR yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di angka 60 persen.

Dari data itu, setidaknya terlihat lima provinsi yang mencatat keterisian RS terbanyak. Mereka adalah DKI Jakarta dengan keterisian 85.76 persen, DI Yogyakarta 83.04 persen. Kemudian Banten 77.30 persen, Jawa Barat 75.08 persen, dan Sulawesi Tengah 71.79 persen. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *