Hikmah Siang : Golongan yang Rajin Salat tapi Jauh Dari Allah

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Akan datang pada manusia (umat Muhammad) suatu zaman, banyak orang yang merasakan dirinya salat, padahal mereka sebenarnya tidak salat.” (HR Ahmad). Perintahadalah untuk mengingat Allah SWT (Thaaha: 14). Dikatakan dalam surah an-Nisa’ 43: ”Sehingga kamu mengetahui akan apa yang kamu ucapkan.”

Karena itu, dalam mengerjakan salat tidak boleh lalai. Yang dimaksud lalai adalah tidak mengetahui maksud apa yang dibaca dan apa yang dikerjakan, apalagi jika kurang memperhatikan syarat rukun dan ketentuan-ketentuan shalat lainnya. Maka, yang diperoleh hanyalah payah dan letih. Rasulullah menyatakan, ”Berapa banyak orang yang salat (malam), keuntungan yang diperoleh hanyalah payah dan letih.” (HR Ibnu Majah).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jadi, meskipun merasa dirinya salat, tapi hakikatnya tidak salat. Dan, ia tidak akan mendapatkan hikmah salat. Salatnya pun tidak menambah dekat kepada Allah, tapi justru sebaliknya. Rasulullah menegaskan, ”Barang siapa yang salatnya tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, maka tiada bertambah baginya kecuali semakin jauh dari Allah.” (HR Ali Ibnu Ma’bad).

Nah, zaman yang diprediksikan Rasulullah tadi tampaknya sudah terjadi kini. Isyaratnya, meskipun bangsa Indonesia mayoritas Muslim dan tentu saja banyak yang salat, tapi tak sedikit pula di antara mereka yang masih tetap melakukan perbuatan keji dan munkar. Ironisnya, dari hari ke hari frekuensinya tidak semakin menurun, bahkan dari segi kuantitas maupun kualitasnya semakin meningkat, seperti tindak KKN, perzinahan, dan kejahatan lainnya.

Padahal, jika salat bisa dikerjakan dengan baik dan benar, dengan memperhatikan syarat rukunnya, sah batalnya, dan kesunahannya, maka hikmahnya sangat besar, baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat.Misalnya:

1. manifestasi dari rukun qauli (bacaan dalam salat)

akan menjadikan orang tidak mudah berkata bohong, memfitnah, dan berkata kotor lainnya.

2. Manifestasi dari rukun fi’li (gerakan dalam salat),

tangan tidak akan digunakan untuk menjamah sesuatu yang dilarang agama, dan kaki pun tidak melangkah kecuali yang diridhai Allah. Demikian juga anggota tubuh lainnya.

3. manifestasi dari rukun qalbi (kekhusukan hati),

maka jiwanya tidak akan mudah dihinggapi penyakit rohani, seperti hasut, iri, dengki, dendam, dan sombong.

4. manifestasi dari sujud. 

Sujud merupakan simbol penghambaan (ketaatan) tertinggi seorang Muslim. Karena posisi sujud adalah meletakkan kepala di lantai (tanah). Orang yang bersujud berarti telah rela meletakkan kepalanya yang terhormat ke lantai yang diinjak oleh kaki. Ini artinya orang yang sujud itu telah bersedia mematuhi ketetapan-ketetapan hukum (syariat Islam) secara totalitas dalam semua aspek kehidupan. Dengan begitu, secara kontekstual ia pun harus bersujud dalam segala bentuk aktivitas kehidupannya sehari-hari.

Misalnya, jika berbisnis harus jujur, tidak menipu, dan tidak mencuri takaran atau timbangan. Jika berpolitik harus mengedepankan moral dengan tujuan memperjuangkan kaum lemah. Dan, jika menjadi pemimpin ia berusaha mengemban amanah. Rasulullah mengumpamakan orang yang mengerjakan shalat lima kali sehari semalam itu seperti orang yang mandi untuk membersihkan kotoran yang ada di badan. ( Topmedia/sitha).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *