Perjumpaan dengan Kaum Pembaharu Muslim

Perjumpaan dengan Kaum Pembaharu Muslim
foto : HMI
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Saya menemukan prinsip egalitarianisme antara senor dan yunior dan meritokrasi, persis yang saya jumpai di Muhammadiyah, begitu kuat di HMI. Tetapi, saya juga melihat, sebagian kader dan aktifis HMI terjebak pada primordialisme dan lingkaran “perkoncoan” yang kadang merugikan. Hal ini, mungkin, disebabkan oleh begitu soliditas dan kohesifitas jalinan dan jejaring yang kuat dan luas antara para kader. Kohesifitas atau solidaritas tradisional memang bagai dua mata sisi yang sulit dilepaskan. Dampaknya, bisa positif, bisa juga negatif. Seimbang adalah pilihan terbaik.

Saya juga mendapati, HMI yang awalnya didirikan oleh Lafran Pane, aktifis Pemuda Muhammadiyah, sebagai kawah candradimuka organisasi-organisasi Islam di Indonesia yang inklusif, sekarang telah menjadi sebuah “madhab gerakan” atau organisasi massa Islam sendiri seperti Muhammadiyah dan NU. banyak kader yang tidak masuk atau aktif di organisasi Islam yang ada. Cukup dengan ke-HMI-annya. Dalam hal ini, untuk kepentingan strategis pembumian gagasan Islam progresif, mungkin, HMI meski terus menjadi pensuplai dan asupan segar ormas-ormas Islam yang ada, seperti para kadernya di masa-masa sebelumnya. Gagasan “keislaman, keindonesiaan, dan kemoderanan” yang digulirkan para pemikir dan intelektual HMI lebih punya kaki-kaki operasionalnya jika bergabung dengan barisan massa yang telah tergabung dalam kekuatan Islamic civil society (ICS) yang telah mapan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun dalam satu atau dua dekade terakhir, api pemikiran, pembaharuan Islam yang menjadi trade-mark HMI tampaknya mulai atau bahkan telah luntur. Yang menonjol, sebagai gantinya, adalah aktifisme dan pengkaderan politik. Ini bagus, tetapi tidaklah cukup untuk memperkuat argumen trilogi Islam, indonesia, dan modernitas tadi itu. Karena itu, tidak heran, jika gerakan atau organisasi mahasiswa Islam tarbiyah dan hizbut tahrir, tampaknya, setidaknya menurut riset Alex Arifianto, lebih menarik minat para mahasiswa dan generasi muda di kampus-kampus Indonesia belakangan ini.

Dirgahayu HMI!

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *