Mantan Pimpinan BIN Buka Suara Soal Banjir, As’ad Said Ali: Akibat Nafsu Serakah Manusia

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, hajinews.id – Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama As’ad Said Ali turut menilai bencana banjir yang menerjang sejumlah daerah di Indonesia terjadi karena ulah tangan manusia itu sendiri. Hal itu disampaikan As’ad melalui akun Facebook As’ad Said Ali, Senin (8/2/2021).

“Beberapa hari terakhir ini air bah atau banjir melanda banyak daerah di negara kita dan tingkat kerusakan dan korban yang ditimbulkan juga semakin besar. Para ahli menduga faktor yang menyebabkannya selain tingkat curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, juga kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia,” tulisnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

As’ad kemudian menyinggung soal pemanasan global yang terjadi akibat pembakaran fosil.

“Dan menurut para ahli, faktor penyebab utama adalah pembakaran fosil untuk kegiatan ekonomi seperti bensin dan batu bara serta menurunnya luas hutan alam,” sambungnya.

Menurut As’ad, manusia bertanggungjawab atas naiknya suhu bumi. Isu ini sempat dibahas dalam Muktamar NU di Yogyakarta pada 1989 silam.

“Meski belum menjadi rekomendasi tetapi sejak dini para ulama sudah menyadari urgensi nya. Dan masalah ini skrg menjadi masalah dunia.Allah swt dalam surat Ar Ruum ayat 41 memerintahkan manusia untuk tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan lebih lanjut Quran Surat Asy Syura 30 tertulis bhw musibah ( misalnya banjir dan garis pantai yang turun ) akan menimpa manusia karena perbuatannya,” tulisnya.

Lebih lanjut, As’ad juga menyinggung soal pandemi COVID-19 dan SARS yang pernah menghebohkan dunia.

“Mungkin juga Covid 19 pada 2020 yg didahului SARS pada 2002 , juga merupakan dampak dari pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim yg berpengaruh flora dan fauna termasuk virus. Pusat es abadi di kutub utara dan gunung Everest meleleh mengakibatkan air laut pasang,” tulisnya.

“Nafsu serakah manusia dalam mengeksploitasi bumi dan isinya dengan tanpa memperhitungkan keseimbangan ecosistemnya, menjadi mimpi buruk umat manusia. Tidakkah sudah saatnya bagi kita untuk mengkaji lebih mendalam dan mulai melakukan aksi semampu kita sesuai dengan kepekaan para pendahulu kita pada muktamar NU 1989,” sambungnya.

 

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *