Adapun pengambilan ilmu disebut dengan istilah sanad keilmuan, setidaknya terdapat dua aspek penting sebagai jalan dalam pengambilan sanad keilmuan, baik menurut Gus Baha maupun Cak Nun.
Gus Baha menyebutkan bahwa memahami ilmu (Islam) bisa dari orang-orang dulu, sementara itu Cak Nun mengatakan mengambil ilmu bisa dari pengalaman yang diberikan Tuhan.
“Makanya begini, kalau sanad yang diajarkan Gus Baha adalah sanad ilmu tentang pemahaman islam dari orang-orang dulu,” kata Sabrang. Seperti dikutip dari video yang dilihat di kanal YouTube Arek Maiyah, tanggal, 9 Februari 2021.
“Tapi tidak semua orang punya akses itu. Kadang-kadang ada orang lahirnya di kota, tidak pernah belajar seperti itu, setengah mati dia,” ungkap Sabrang.
Tidak semua orang punya akses belajar dari orang terdahulu, dengan berbagai alasan meskipun faktanya tempat menuntut ilmu sudah tersebar luas.
Ada satu sanad yang penting dalam hidupnya juga, yaitu sanad pengalaman. Semua pengalaman dalam hidupmu yang terjadi itu pasti atas izin Allah.
“Kalau Allah tidak mengizinkan tidak mungkin kamu mengalami sesuatu, itu yang simbah ngomong (Cak Nun) tentang kedaulatan”, katanya.
Kemudian melanjutkan ucapannya,“Sanad pengalamanmu yang diberikan Tuhan jangan kau lupakan, karena pangalaman itu ilmu langsung dari Tuhan kalau kamu bisa menggali ilmunya di situ,” tegasnya.
Semua konstruksi ilmu pasti ada aksiomanya (dasarnya) dimana. Karena tidak semua teraplikasi, lagi-lagi ada ilmu, ada penerjemahan juga.
“Gus Baha mengajak agar kamu tidak hidup sendiri dari pengalamanmu saja, kamu belajar dari masa lalu juga, diolah, dipaskan sama jaman sekarang, seperti apa?”, lanjutnya.
Maksudnya ketika mengambil ilmu dengan mendengar, membaca, kita berpotensi salah reinterpretasi, sehingga kita harus belajar banyak. Ada sesuatu yang kita sangat fahami, yaitu pengalaman dari kecil.
“Kita mengalami banyak hal, itu juga bisa dijadikan dasar kita kearah mana?, karena kita tahu, sudah mengalami, benar-benar otentik,” ungkapnya.
Ini sama halnya dengan teori keilmuan, maksudnya yaitu kalau kamu tidak melakukan kamu tidak memahami ilmunya hanya tahu ilmunya.
Jadi dua-duanya sama-sama penting, yang punya akses pelajari sebanyak-banyaknya, yang susah aksesnya pelajari hidupmu sesungguh-sungguhnya!.
“Karena siapa pun, ditengah hutan atau ditengah perpustakaan, sama-sama punya kesempatan untuk sampai ke Tuhan asal dia otentik dengan dirinya kenal kepada Tuhannya”, pungkasnya
Sumber : mantrasukabumi