4 Gejala Baru Covid-19 Selain Demam dan Batuk, Waspada Jika Tak Nafsu Makan dan Sakit Kepala

4 Gejala Baru Covid-19 Selain Demam dan Batuk
ilustrasi : tak nafsu makan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari satu juta orang di Inggris mengungkapkan 4 gejala lain dari infeksi virus corona selain tanda umum seperti batuk dan demam.

4 gejala Covid-19 yang terbaru itu antara lain kedinginan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Penemuan ini didasarkan pada tes usap dan kuisioner yang dikumpulkan pada Juni 2020 dan Januari 2021, sebagai bagian dari studi React yang dipimpin Imperial College London.

Melansir mirror.co.uk, semakin banyak gejala Covid-19 yang ditunjukkan orang, semakin besar kemungkinannya untuk dites positif.

Tapi, sekitar 60 persen dari orang yang terkena virus, tak melaporkan tanda apa pun dalam seminggu sebelum melakukan tes.

Lebih lanjut, orang-orang di Inggris saat ini didorong untuk menjalani tes Covid-19 jika mereka mempunyai gejala klasik yang juga termasuk kehilangan indera penciuman dan rasa.

Gejala klasik

Para peneliti memperkirakan bahwa jika semua orang yang memiliki gejala klasik dilakukan tes, itu akan mengambil sekitar setengah dari semua gejala infeksi.

Studi tersebut juga menemukan terdapat variasi gejala yang bergantung pada usia seseorang.

Menggigil dikaitkan dengan hasil tes positif di semua usia, sedangkan sakit kepala dilaporkan pada anak-anak berusia 5-17 tahun.

Hilangnya nafsu makan dilaporkan lebih banyak terjadi pada usia 18-54 tahun dan kelompok usia 55 tahun ke atas.

Adapun nyeri otot, paling banyak dilaporkan pada orang berusia antara 18-54 tahun.

Sementara itu, menurut penelitian ini, anak-anak juga lebih kecil kemungkinannya untuk demam, batuk terus-menerus, dan kehilangan nafsu makan dibandingkan dengan orang dewasa.

“Temuan baru ini menunjukkan banyak orang dengan Covid-19 tidak akan dites, dan karena itu tidak akan mengisolasi diri, karena gejala mereka tidak sesuai dengan gejala tersebut.

Digunakan dalam panduan kesehatan masyarakat saat ini untuk membantu mengidentifikasi orang yang terinfeksi,” kata Direktur Program React di Imperial Profesor Paul Elliott.

“Kami memahami bahwa ada kebutuhan untuk kriteria pengujian yang jelas, dan memasukkan banyak gejala yang umumnya ditemukan pada penyakit lain seperti flu musiman, dapat berisiko orang mengisolasi diri sendiri jika tidak perlu,” lanjut dia.

Varian baru virus corona

Elliott berharap, temuannya dapat membantu mengidentifikasi lebih banyak orang yang terinfeksi.

Studi yang belum ditinjau oleh rekan sejawat ini juga melihat terkait kemunculan varian virus corona baru Inggris, yang pertama kali diidentifikasi di Kent.

Para peneliti melihat gejala yang dilaporkan dan hasil tes usap yang dikumpulkan untuk studi React pada November-Desember, saat Public Health England (PHE) memperkirakan varian tersebut baru membentuk sekitar 16 persen dari infeksi.

Peneliti membandingkannya dengan data serupa yang dikumpulkan pada Januari, ketika diperkirakan 86 persen infeksi berasal dari varian.

Menurut penelitian, kehilangan atau perubahan indra penciuman seseorang kurang dapat memprediksi terjangkit Covid-19 berdasarkan gejala secara umum pada Januari, yang dibandingkan dengan November-Desember.

Namun, proporsi orang yang dites positif dengan batuk terus-menerus muncul lebih tinggi, sesuai dengan temuan dari Kantor Statistik Nasional.

Sumber: tribun

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *