Mabuk Dianggap Kearifan Lokal, Felix Siauw: Investasi Miras Abaikan Data Kriminalitas

Ustaz Felix Siauw (foto ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Penceramah Ustaz Felix Siauw mempertanyakan apakah benar masalah Indonesia saat ini adalah radikalisme dan intoleransi. Selain itu Felix juga menyoroti masalah baru terkait legalisasi investasi miras, yang dinilai mengabaikan data kriminalitas.

Ia menduga, masalah radikalisme dan intoleransi sengaja digembor-gemborkan untuk menutupi masalah Indonesia yang sesungguhnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Mungkin semua orang yang masih jujur dalam berpikir sadar bahwa radikalisme dan intoleransi hanya jadi alat dan topeng untuk menutupi masalah sebenarnya,” kata Felix Siauw, di akun Instagram miliknya, @felixsiauw, sebagaimana dilansir repelita, Senin (1/3).

Menurut Felix Siauw, yang dituduh sebagai radikalis dan intoleran, selalu saja dari mereka yang berusaha untuk taat pada Allah, teguh dalam ke-Islam-annya. Seolah Islam itu sendiri yang jadi ancaman dalam kehidupan sosial dan bernegara.

Apalagi, kata Felix, masyarakat umum justru menyaksikan, ternyata para elit partai politik yang selama ini paling kencang teriak-teriak radikalisme dan intoleransi, justru mereka dan kelompoknya itu yang nyata-nyata tertangkap basah maling uang rakyat.

Mulai dari urusan bansos, pajak, pendidikan, kesehatan, kolusi dengan pemodal, nepotisme membangun kerajaan keluarga dalam pemerintahan, sampai urusan satelit dan segala hal lain.

“Ini yang nyata-nyata membuat Indonesia bangkrut, lemah, dan terjual,” cetusnya.

Legalisasi Miras abaikan data kriminalitas

Felix Siaw menyoroti rencana pemerintah untuk melegalkan investasi minuman keras (miras).

“Belum lagi selesai semua itu, sekarang justru investasi minuman keras ingin dilegalisasi, mabuk dianggap kearifan lokal. Data-data tentang miras dan kriminalitas diabaikan,” tambahnya.

Menurut Felix, agama sudah tegas melarang miras, tetapi diabaikan. Bahkan, para ulama pun tidak dianggap.

“Kasihan pejabat yang ulama, harus menerima keputusan bertentangan dengan keyakinan dan fatwanya,” kata Felix.

“Wajar jika masyarakat berpikir, kampanye radikalisme dan intoleransi yang selama ini digaungkan seolah jadi masalah utama Indonesia, hanya jadi topeng menutupi korupsi, ketidakadilan, kedzaliman, dan kelemahan rezim dalam melakukan amanah dan tugasnya,” tambahnya.

Felix mengatakan, radikalisme dan intoleransi merusak Indonesia itu hanya imajinasi yang tak pasti, sementara kerusakan karena perilaku amoral, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, anti-agama, serakah, sudah jelas merusak dan terus bertambah setiap waktunya.

“Para penipu berkedok radikalisme dan intoleransi ini merasa, kejahatan meraka takkan dianggap, selama ada sesuatu yang seolah lebih berbahaya,” kata ustaz mualaf ini.

“Tapi masyarakat melihat, mereka belajar, mereka cepat lambat akan memahami. Dan tiap kejahatan pasti akan dibayar, di dunia dan di akhirat pastinya,” tandas Felix Siauw.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *