Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 60-63 : “Penyesalan yang Tidak ada Manfaatnya”

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 60-63
K.H. Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh K.H. Didin Hafidhuddin
Ahad, 7 Maret 2021

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Kita bersyukur kepada Allah SWT dapat berjumpa lagi, pada hari ini Ahad tanggal 23 Rajab 1442H bertepatan dengan tanggal 7 Maret 2021 untuk melanjutkan Kajian Tafsir Al-Quran, pagi ini kita sampai pada Surat Az-Zumar ayat 60-63. Kita awali dengan membaca Ummul Kitab “Al-Fatihah”, kemudian kita bersama-sama membaca Al-Quran Surat Az-Zumar ayat 60-63 tersebut, yang artinya adalah “Dan pada hari Kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menghitam. Bukankah neraka Jahanam itu tempat tinggal bagi orang yang menyombongkan diri? Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati. Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu. Milik-Nya lah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang yang rugi”.

Pada ayat-ayat yang lalu telah dibahas betapa pentingnya bertaubat kepada Allah SWT. Orang yang berataubat selalu bersih hatinya, selalu husnuzh-zhan berprasangka baik kepada Allah dan kepada orang-orang yang beriman. Orang yang bertaubat selalu bersih hatinya, karena senantiasa menyampaikan do’a seperti. “Ya Allah ampunilah kami dari semua dosa dan dari semua kesalahan. Terimalah amal-ibadah kami”. Taubat adalah salah satu pintu rizki bagi orang-orang beriman. Orang yang bertaubat senantisa mendapat pintu riki dan pintu kebaikan. Istighfar akan mengundang air hujan yang penuh dengan rahmat dan penuh keberkahan. Allah akan menambahkan dengan harta dan keturunan baik-baik. Allah akan menjadikan taman-taman dan kebun dan sungai-sungai yang mengalir dengan baik.

Perhatikan Surat Nuh ayat 10-12, artinya “Maka, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.”

Taubat harus menjadi lifestyles kita semua. Pemimpin yang sering bertaubat akan terhindar dari dusta, akan senantiasa memikirkan masa depan dan kesejahteraan rakyatnya. Orang tua yang sering bertaubat akan menjadi tauladan atau panutan bagi keluarga dan anak-anaknya. Dosen yang sering bertaubat akan memberikan berkah ilmu yang bermanfaat kepada mahasiswanya. Taubat harus juga dijadikan kebutuhan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

Sampai kapan taubat itu? Taubat sampai sebelum ajal menjelang. Pada dasarnya taubat itu ada yang bersifat perseorangan, tapi ada yang bersifat publik atau jamaah. Rasusulllah SAW bersabda salam sebuah hadist, “Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba-Nya selama nyawanya belum sampai di kerongkongan atau sebelum tiba sakratul maut”. Dalam perspektif publik, taubat masih akan diterima oleh Allah SWT sebelum matahari terbit dari Barat, artinya sebelum Hari Qiyamat tiba. Pada saat itulah taubat tidak akan diterima. Pada saat itulah akan terjadi penyesalan yang luar biasa, yang tidak ada manfaatnya. Mereka akan menyesal kepada Allah SWT, atas ketidakpercayaannya dan atas kesombongannya. Inilah esensi dari ayat-ayat yang kita baca tadi. Mereka tidak sekadar mendustakan ayat-ayat Allah SWT, bahkan dengan angkuh menantangnya. Misalnya, tentang dampak buruk minum keras, yang telah dilarang oleh Al-Quran. Minuman keras tidak hanya merusak akhlak perseorangan, tapi juga merusak jamaah atau komunitas. Ingat, dua watak manusia yang akan menutup hidayah Allah adalah pendusta dan takabbur kepada Allah, dengan berbagai sebabnya, misal karena kekuasaan atau karena harta.

Orang-orang yang aktif menyebarkan kedustaan terhadap ayat-ayat Allah, misalnya, orang yang mengatakan “agama tidak menyebabkan kemajuan”, tidak akan mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Perhatikan Surat Al-A’raf ayat 40, artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum”. Maksud ayat tersebut sudah jelas, orang-orang pendusta dan takabbur itu tidak akan masuk surga, sangat mustahil, hingga diberikan kiasan saking mustahilnya dengan “unta masuk ke dalam jarung yang kecil”. Mereka akan masuk neraka, sebagai balasan kepada mereka yang suka berbohong. Inilah makna dari Surat Az-Zumar 61 di atas. “Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati”. Kebahagiaan di sini adalah ketika mereka mendapat kemenangan dari Allah SWT. Ungkapan “la yamassuhumus suu’u” diartikan oleh ahli tafsir sebagai “Tidak akan pernah tersentuh oleh api neraka”. Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam kelompok ini. Pintu taubat selalu dibuka oleh Allah SWT. Allah menciptkan segala sesuatu di muka bumi. Allah SWT yang akan menjaganya. Semoga kita termasuk orang-orang yang diampuni oleh Allah SWT.

Dalam menjawab pertanyaan tentang tindakan bertaubat dengan salat taubat, pada prinsipnya dipersilakan, asalkan salat taubat itu dilasaknakan di luar waktu-waktu yang terlarang.

Ada 5 waktu terlarang untuk melaksanakan salat , yaitu:

  1. Setelah salat subuh sampai terbit matahari,
  2. Setelah salat ashar sampai terbenam matahari,
  3. Saat matahari terbit sampai sekitar tinggi setombak,
  4. Saat matahari terbenam atau tepatnya saat matahari kekuningan sampai tenggelam, dan
  5. Saat matahari persis di atas kepala (istiwa’), sampai bayangannya sedikit tergelincir.

Lima waktu larangan salat itu tidak berlaku di Masjidil Haram. Di Masjidil Haram tidak ada waktu salat yang terlarang. Apakah taubat dapat dilakukan secara massal dengan istighasah? Hal tersebut boleh saja dilakukan, karena terdapat landasannya yang kuat, terutama ketika kaum muslimin benar-benar sangat tertekan pada waktu itu. Perhatikan Surat Al-Anfal ayat 9, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut’”. Istighasag juga harus disertai ketulusan, ketawadu’an dan merendahkan diri di hadapan Allah SWT, bukan berbasis ketakabburan dan show-off. Rasulullah SAW bertaubat dengan membaca istighfar tidak kurang dari 100 kali setiap hari, dengan khusyu’ dan sepenuh hati. Bagi kita, walau merasa memiliki dosa sangat banyak, teruslah bertaubat, tidak boleh bosan, kapan pun dan di mana pun. Bahkan setelah salat pun kita dianjurkan membaca istighfar mohon ampun, bukan sombong karena setelah mengerjakan ibadah. Agama islam juga mengajarkan untuk beristighfar ketika mendapatkan nikmat dan kemenangan. Ketika pembebasan Makkah, Rasulullah SAW menganjurkan untuk bertasbih, bertahmid dan beristighfar, sebagai bentuk rasa syukur, sebagaimana dijelaskan dalam Surat An-Nasr.

Dalam menjawab pertanyaan tentang perbedaan taubat atau penyesalan, bahwa penyesalan yang diterima adalah yang dilakukan di dunia, itulah esensi taubat. Tapi, penyesalan yang terlambat, apalagi dibawa sampai meninggal, tidak akan diterima lagi. Kelak di akhirat semua orang akan menyesal. Orang kafir dan orang banyak dosa akan menyesal karena tidak sempat bertaubat. Orang ahli ibadah dan banyak beramal shaleh juga akan menyesal, karena merasa amalannya tidak terlalu banyak. Penyesalan orang kafir dan takabbur digambarkan dengan ungkapan “Seandainya dulu kami termasuk orang yang berfikir’, kami tidak akan begini dan begini”.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *