Fenomena Siklon Tropis Seroja, BMKG: Efek dari Pemanasan Global

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Warga mengamati lumpur akibat banjir bandang yang menerjang Waiwerang, Adonara Timur, Flores Timur, NTT, Senin (5/4/2021). Banjir diakibatkan wilayah ini terkena siklon tropis seroja.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan siklon Seroja menjadi yang paling kuat dibandingkan berbagai fenomena yang pernah terjadi sebelumnya. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan siklon tersebut disebabkan oleh pemanasan global.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Berdasarkan hipotesisnya, siklon tersebut terbentuk sebagai dampak dari efek gas rumah kaca sehingga menyebabkan kenaikan suhu muka air laut. Untuk itu, ia mengingatkan semua pihak untuk memitigasi pemanasan global atau siklon ini menjadi fenomena rutin tiap tahun.

“Penyebabnya adalah, semakin panasnya suhu muka air laut yang tentunya laut itu tempat mengabsorbsi CO2,” kata Dwikorita usai menghadiri rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Selasa (6/4).

Berdasarkan catatan BMKG, fenomena siklon tropis mulai terjadi rutin setiap tahun sejak 2017. Rinciannya, siklon Cempaka dan Dahlia terjadi pada 2017. Kemudian, siklon Flamboyan dan Kenanga muncul pada 2018, siklon Lili pada 2019, siklon Mangga pada 2020, dan siklon Seroja pada 2021.

Padahal sebelum 2017, siklon tropis muncul hanya beberapa tahun sekali. Sebelumnya siklon Durga terjadi pada 2008, kemudian, siklon Anggrek terjadi pada 2010 serta siklon Bakung pada 2014.

Dwikorita mengatakan, siklon ini terjadi akibat suhu muka air laut mencapai 30 derajat Celcius, lebih tinggi dari rata-rata suhu harian sekitar 26 derajat Celcius.

Saat terbentuk, siklon seroja memiliki kecepatan pusaran angin sekitar 85 kilometer per jam. Saat ini, kecepatan pusaran angin meningkat menjadi 110 kilometer per jam dan akan terus bertambah menjadi 130 kilometer per jam.

Namun, siklon tersebut diprediksi akan bergerak menjauhi Indonesia setelah 7 April. “Siklon ini sudah semakin menjauhi Indonesia. Meski kecepatan semakin tinggi, dampak semakin melemah,” ujar dia.

Dampak yang akan terjadi akibat siklon tersebut ialah hujan lebat, angin kencang, dan gelombang yang tinggi. Bahkan, gelombang tersebut dikhawatirkan serupa dengan tsunami.

Adapun, ketinggian gelombang di Samudera Hindia bisa mencapai 6 meter. Namun, gelombang di perairan di Flores, Laut Sawu, dan perairan selatan Pualu Sumba dapat mencapai 4-6 meter.

Siklon Seroja ini juga berbeda dengan fenomena sebelumnya lantaran terjadi di daratan. Sebagai contoh, pusat kekuatan siklon tropis Cempaka yang terjadi pada 2017 berada di lautan. “Dan yang masuk ke darat hanya ekornya. Sehingga begitu masuk ke darat, langsung pecah dan terurai,” ujar dia.

Banjir NTT yang terjadi sejak akhir pekan lalu telah menelan lebih dari 100 korban jiwa dan membuat lebih dari 8.000 orang mengungsi. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (5/4), pukul 23.00 WIB sebanyak 2.019 keluarga atau 8.424 warga mengungsi.

Selain itu, 1.083 keluarga atau 2.683 warga lainnya terdampak. Warga yang mengungsi tersebar di lima kabupaten di wilayah Provinsi NTT. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *