Ombudsman Menduga Ada Maladministrasi Kilang Pertamina Balongan yang Meledak

Ombudsman menemukan kelalaian dan pembiaran Pertamina atas protes warga, sehingga kilang Balongan meledak, menewaskan dua warga dan merusak ribuan rumah (tirto.id)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews — Lewat dua pekan setelah ledakan kilang Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Ombudsman RI—lembaga pengawas pelayanan publik—menemukan berbagai kejanggalan. Temuan Ombudsman dipaparkan ke media pada Rabu (14/4/2021).

Komisioner Ombudsman RI, Hery Susanto memaparkan peristiwa mencekam beberapa jam sebelum kilang meledak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Warga sebetulnya sudah protes bau bensin sangat menyengat ke kantor kilang Pertamina pada Minggu (29/3) pukul 21.30 WIB. Padahal menurut Hery, bau itu seharusnya menjadi tanda bagi Pertamina untuk memitigasi. Namun, protes warga tidak direspons meski sudah mengadu ke humas dan satpam, tetap tidak dapat informasi jelas. Kemudian warga yang kesal melempari kantor Pertamina dengan batu. Berselang tiga puluh menit kemudian polisi datang dan membubarkan warga yang protes.

Pembiaran Pertamina terhadap protes warga itu, kata Hery, adalah bentuk pelanggaran terkait lemahnya pengelolaan administrasi atas respons warga dan kelalaian dari tanggung jawab sosial. “Semestinya bau menyengat satu hal pertanda untuk dilakukannya early warning system. Namun rupanya tidak diperhatikan. Hingga akhirnya terjadi ledakan,” kata Hery.

Ledakan pertama berselang satu setengah jam setelah warga bubar. Ledakan kecil itu disusul ledakan besar sejam kemudian. Pada saat kilang meledak, terdapat enam warga melintas kawasan kilang setelah menghadiri pengajian di desa. Mereka terempas gelombang ledakan. Salah satu dari mereka tewas akibat menderita luka bakar. Korban ledakan lainnya adalah belasan warga yang tinggal paling dekat dengan kilang. Mereka mengalami luka ringan.

“Ada dua korban meninggal sebetulnya. Satu orang yang lewat itu memang kena dampak ledakan langsung. Satu lagi warga kena serangan jantung akibat mendengar suara dentuman dan getaran,” ujar Hery.

Kronologi versi Ombudsman sesuai dengan data dari Pertamina, terutama terkait protes warga. Pertamina mengklaim sudah antisipasi ledakan dan kebakaran dengan menutup akses jalan. Pegawai Pertamina juga sudah mengamankan diri, sehingga tidak ada yang menjadi korban. Tetapi pada malam itu warga masih ada warga melintas yang tidak tahu situasi di kilang.

Meledaknya kilang Balongan disebut masuk kategori bencana gagal teknologi. Ledakan itu merupakan kali ketiga di kilang Balongan. Insiden ledakan pertama pada Oktober 2007, kilang Balongan meledak dan hanya mengganggu saluran pembuangan limbah. Kemudian ledakan kedua pada 4 Januari 2019 terjadi di fasilitas pemasok gas.

Beruntunnya ledakan dalam empat belas tahun terakhir, kata Hery, menandakan teknologi di kilang Balong telah usang. Ia menduga bau menyengat merupakan tanda adanya kebocoran. Untuk memastikan aset Pertamina berusia tua dan rentan, ia menyebut perlu investigasi lanjutan.

Hingga kini belum diketahui penyebab pasti. Polisi masih bekerja. Namun, dalam pernyataan awal penyelidikan polisi, penyebab kilang berusia 27 tahun itu terbakar adalah petir yang menyambar minyak yang bocor dari kilang. Tetapi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebut pada saat itu tidak ada sambaran petir.

Pertamina, Bareskrim Polri dan tim independen tengah menginvestigasi dan perlu waktu tiga bulan. Saat ini polisi sudah menyelesaikan pemeriksaan dan ambil barang bukti dari lokasi kilang dan tengah menganalisis di laboratorium.

“Puslabfor Polri sudah selesai melaksanakan olah TKP dan sekarang barang bukti tersebut sedang dilakukan pemeriksaan secara laboratorium,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Harto, sebagaimana dilansir Tirto dari Antara.

Kemudian terkait penyebab tidak langsung Pertamina meledak, menurut analis isu energi, Kurtubi, karena perawatan kilang kurang. Selain kilang Balongan tiga kali terbakar, kilang lain juga pernah terbakar yakni kilang Pertamina di Dumai, Balikpapan dan Cilacap.

“Ini artinya mungkin kurang maintenance, kurang pengawasan, dan kurang kontrol. Pertamina harus meningkatkan itu semua agar jangan sampai kebakaran kilang dianggap hal biasa,” kata Kurtubi sehari setelah ledakan.(ingeu/dbs)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *