Ramadan, Pandemi dan Optimasi Pendidikan Keluarga

Ramadan, Pandemi dan Optimasi Pendidikan Keluarga
Ilustrasi: pendidikan keluarga selama ramadan di situasi pandemi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Sastra

Hajinews – Jika tahun ini kita masih diberikan usia dan dapat berjumpa dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat, maka bersyukurlah. Ramadan adalah anugerah besar dari Allah yang diberikan kepada hamba-hambaNya yang beriman.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pandemi di bulan Ramadan tidak boleh menjadi penghalang bagi peningkatan ibadah kaum muslimin. Pandemi adalah bagian dari ujian bagi manusia, apakah tetap bersabar dan ikhtiar atau putus asa. Musibah adalah bagian dari cara Allah untuk menegur manusia akibat kesalahan perilakunya di dunia.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syura : 30).

Ramadan di tengah pandemi akan banyak memberikan kepada keluarga waktu untuk tinggal di rumah. Karena itu memaksimalkan waktu-waktu di rumah (stay at home) untuk mengoptimalkan pendidikan keluarga adalah pilihan paling bijak dalam mengisi bulan suci Ramadan 1442 H ini. Pendidikan keluarga memiliki tujuan penting yakni mewujudkan keluarga yang sholih dan selamat dari siksa api neraka.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS At Tahrim : 6)

Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh putus asa hanya karena musibah pandemi covid 19. Sebab bagi seorang mukmin, ujian dan musibah adalah semata-mata datangnya dari Allah untuk menguji keimanan, kesabaran dan kesyukurannya. Apakah dengan adanya musibah semakin bertambah yakin akan kekuasaan Allah. Apakah dengan musibah bisa bersabar menghadapinya dan bersyukur seraya mencari hikmahnya. Inilah indahnya seorang muslim, selalu bersyukur dan bersabar.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah : 155). Apakah manusia menyangka akan dibiarkan berkata kami beriman, padahal mereka belum diuji. Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelummu”. (Qs. Al Ankabut : 2).

Nah bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan yang bisa diisi dengan berbagai program ibadah selama berada di rumah. Selama terjadi wabah seperti ini, sebagaimana terjadi di masa lalu, Rasulullah dan para sabahat menganjurkan umat Islam untuk menjauhi tempat-tempat terjadi wabah tersebut. Kebijakan lock down, social distancing dan stay at home adalah cara-cara yang tidak bertentangan dengan Islam.

Hal ini sejalan dengan sebuah hadist, “ Keselamatan seseorang di tengah-tengah fitnah adalah berlindung di rumahnya (HR Ad Dailami dari Abu Musa ra). Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku (Rasulullah) orang yang terbaik diantara kalian kepada keluargaku.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (QS Al Ahzab : 33).

Nah selama bulan Ramadan dan tinggal di rumah (stay at home), keluarga muslim harus tetap menjaga rasa syukur kepada Allah, seraya berfikir bagaimana mengoptimasi fungsi keluarga yang selama ini tereduksi dengan penguatan tarbiyah islamiyah. Jika selama ini ayah dan ibu sibuk bekerja, anak-anak dititipkan di sekolah atau pesantren, maka Ramadan di tengah pandemi, rumahlah yang  kini menjadi lembaga pendidikan. Ayah dan ibulah yang kini menjadi seorang pendidik, sebab guru yang sesungguhnya adalah ayah dan ibu di rumah.

Menurut Prof Hamka, kepala rumah tangga atau ayah memiliki tanggungjawab besar dan sosok penting bagi kesuksesan pendidikan istri dan anak-anaknya di rumah. Selama Ramadan di rumah, seorang kepala rumah tangga harus melakukan tarbiyah untuk menanamkan tauhid, ibadah dan akhlak agar menjadi keluarga beriman dan bertakwa demi menghindarkan dari siksa api neraka. Kini saatnya ayah dan ibu melakukan program perubahan pendidikan di rumah yang sebelumnya diserahkan ke sekolah.

 Seorang muslim tidak akan pernah putus ada atas kondisi seperti apapun. Sebab perubahan kondisi sangat bergantung kepada usaha dan ikhtiar kita sendiri. Allah berfirman : Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka. (QS Ar Ra’d : 11).

Menurut Prof. Sofyan Sauri pendidikan di keluarga harus mencakup empat  aspek : akal, hati, fisik dan ruhaniah. Sementara Abdullah Nashih Ulawan memberikan cakupan pendidikan lebih luas yakni pendidikan iman, akhlak, intelektual, fisik, sosial, psikis, dan seksual. Nah, selama di rumah, orang tua sebagai guru harus memahami aspek pendidikan ini secara matang dan membuat program pembelajaran untuk mengoptimalkan aspek-aspek tersebut.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar