Kebodohan Yang Hakiki

Kebodohan Yang Hakiki
Sabinus Waker
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Tere Liye, penulis novel ‘MERDEKA’ — novel ini entah kapan jadinya.

Dear Sabinus Waker,

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Anda mungkin sangat sayang dengan Papua, juga dengan penduduk asli Papua, dll, dan sebagainya. Saking sayangnya, Anda mengangkat senjata, bersama kelompok Anda, bergerilya melakukan perlawanan agar Papua merdeka. Bukankah itu tujuannya?

Saya tidak akan menghakimi Anda dalam perkara ini. Apalah posisi Saya, tapi sungguh, menembak mati guru? Membakar sekolah? Serius, Sabinus Waker? Itu menjadi cara kalian mengirim pesan ke dunia? Menembak mati guru? Membakar sekolah? Astaga, Sabinus.  Itu kebodohan yang hakiki.

Guru-guru itu datang ke sana untuk mengajar anak-anak Papua. Agar mereka pintar, agar mereka bisa memahami banyak hal. Guru-guruitu datang ke sana bukan untuk menangkapi kelompok kalian, pun bukan untuk mencuci otak, menanamkan kebencian dll. Guru-guru itu datang agar anak2 kalian punya akses pendidikan. Mereka tidak membawa senjata api. Mereka membawa pena, buku. Mereka tidak memakai seragam militer. Mereka memakai baju semangat mendidik.

Duuh, Gusti, Papua itu tertinggal sekali soal pendidikan. Berapa persen penduduk Papua yang tidak bisa membaca? Banyak. Silahkan kamu cari datanya, Sabinus Waker, juga kelompokmu, ayo cari datanya, biar paham sedikitlah. Kemerdekaan Papua adalah lain soal, tapi pendidikan anak-anak Papua jelas sangat mendesak. Di level mana sih kemampuan literasi, matematika dan science anak-anak Papua? Wah, Sabinus, kamu kalau tahu datanya, mungkin akan lebih memilih memanggul pena dibanding senjata.

Saya tahu ini, karena Saya sering datang ke sana. Mengunjungi pelosok-pelosok Papua, mengajar anak-anaknya. Melihat mereka bertelanjang kaki, berpakaian seadanya, belajar menulis bersama saya. Melihat mereka berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk tiba di lapangan tempat Saya mengajar. Beberapa tahun lalu, Saya juga sempat ‘khawatir’ dengan kelompok kalian. Kan nggak lucu, Tere Liye kenapa-kenapa di sana saat acara literasi. Meskipun akan jadi pengalaman epic juga sih kalau kejadian.

Intinya, Sabinus Waker, ayolah, jangan bunuh Guru-guru. Kalau kamu tersinggung dengan pernyataan satu-dua guru, nah, itulah realitas pilihan, mereka tentu berhak juga punya sikap politik–bukan cuma kamu, tapi bukan kekerasan sebagai jawabannya. Sungguh, cita-citamu agar Papua merdeka, tidak akan pernah tercapai kalau kamu menembaki Guru-guru. Yang ada, penduduk setempat malah benci dengan kelakuan kelompokmu. Atau jangan-jangan, cita-citamu bukanlah kemerdekaan, kesejahteraan rakyat Papua, melainkan uang saja. Kesejahteraan kelompokmu. Wah, nasib, kalau itu tujuanmu, jangankan di Papua, di Jakarta juga banyak yang model begini. Cuap-cuap demi wong cilik, ujung-ujungnya korup ditangkap KPK.

Sabinus Waker, sungguh sedih menyaksikan guru-guru ditembaki, sekolah dibakar, dan sebagainya. Ketahuilah, bagaimana ‘memerdekakan’ Papua? Mulailah dengan mendidik anak-anaknya. Beri mereka pendidikan terbaiknya. Besok lusa, saat seluruh penduduk Papua terdidik semua, cara berpikir mereka maju, maka mereka bisa menentukan sendiri mau diapakan tanah mereka. Kok kamu malah tembaki guru-gurunya.

Kamu mau menggantikan Guru-guru ini mendidik anak-anak Papua, Sabinus Waker? Pun sungguh siapapun di luar sana yang membela kelompok ini, bersimpati kepada kelompok ini. Ijinkan saya bertanya: kalian mau mendidik anak-anak Papua? Apa kontribusi kalian selama ini mendidik mereka? Jangan-jangan, orang lainlah yang selama ini sungguh peduli dan sayang dengan anak-anak kalian, mendidiknya.

Tabik.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *