Beratnya Cobaan Sebagai Konsekuensi Bagi Konsistensi Dakwah Islam

Beratnya Cobaan Sebagai Konsekuensi Bagi Konsistensi Dakwah Islam
foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Sastra

Hajinews – Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat (QS Al Baqarah : 214).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Memilih menjadi seorang muslim memiliki konsekuensi internal yakni patuh tunduk kepada Allah dan tidak berbuat syirik. Secara bahasa kata muslim maknanya adalah ketundukan atau pasrah. Disebut sebagai muslim adalah karena ketundukan dalam arti melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Sementara kata kepasrahan kepada Allah maknanya hanya menjadikan Allah sebagai Tuhan yang disembah.

Konsekuensi lain sebagai muslim adalah memiliki pemahaman tentang Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Seorang muslim juga adalah yang punya kesadaran atas dorongan iman terhadap berbagai hukum perbuatan dalam Islam. Hukum perbuatan dalam Islam yang harus dijadikan sebagai timbangan adalah wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Seorang muslim juga adalah yang mengamalkan apa yang yang telah dipahami dan disadari. Amal perbuatan seorang muslim dinamakan ibadah atau amal sholih, baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Hal mendasar yang wajib diamalkan seorang muslim adalah rukun Islam, yakni membaca syahadah, mendirikan salat, membayar zakat, melaksanakan puasa dan melaksanakan haji jika berkemampuan.

Tidak hanya sampai disitu, seorang muslim juga berkewajiban untuk menuntut ilmu dna berdakwah. Pemahaman islam hanya bisa diwujudkan dengan menuntut ilmu, sementara dakwah adalah kewajiban setiap muslim untuk mengajak manusia kepada jalan Allah. Dakwah bisa juga disebut sebagai amar ma;ruf nahi munkar. Amar ma’ruf maknanya mengajak kepada Islam, sementara nahi munkar maknanya mencegah kemunkaran. Ma’ruf bisa juga bermakna segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?” (QS Fushilat : 33). Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Al Imran : 104).

Di saat seorang muslim dengan keimananannya mengambil jalan dakwah amar ma’ruf nahi munkar secara konsisten, disaat itulah berbagai ujian dan cobaan akan silih berganti menyapanya, baik secara internal maupun eksternal. Ujian akan terus mendera para pengemban dakwah yang istiqomah sebagai konsekuensi dari Allah, bahkan sebagai bentuk kecintaan Allah. Cinta memang perlu diuji. Sebab untuk masuk surga itu tidaklah mudah, namun harus melewati berbagai rintangan yang telah Allah tebarkan.

Sesungguhnya Allah Azza wajalla jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan barangsiapa marah, maka dia pun berhak mendapatkan (dosa) kemarahannya. (Telah dikeluarkan oleh Ahmad melalui jalur Mahmud bin Labid)

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al Baqarah : 155 – 157).

Bahkan jika merujuk kepada kisah para Nabi, sahabat dan orang-orang sholih di masa lalu yang istiqomah menyampaikan kebenaran Islam akan didapati berbagai ujian, godaan, cobaan, rintangan, penganiayaan, penyiksaan, pemenjaraan dan bahkan pembunuhan. Hal ini terjadi sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan seterusnya hingga hari kiamat. Oleh sebab itu mengambil jalan dakwah harus siap dengan seluruh konsekuensinya, termasuk kematian sekalipun.

Level cobaan dalam dakwah dan perjuangan berbanding lurus dengan level keimanan seseorang. Artinya semakin tinggi iman seseorang, maka cobaan yang menimpanya juga akan semakin berat. Telah jamak diketahui bahwa para Nabi dan Rasul adalah orang yang paling tinggi keimanannya, maka otomatis merekalah yang paling berat mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah. Leveling cobaan ini telah dinyatakan dalam salah satu hadis Nabi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *