KRI Nanggala Belum Ditemukan, Pakar Militer Khawatir Kapal Kebanjiran atau Disabotase

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Pencarian kapal selam yang hilang kontak di perairan Bali tersebut memasuki hari sabtu (24/4/2021) belum mendapatkan hasil, Pakar militer khawatir kapal selam KRI Nanggala-402 Angkatan Laut Indonesia mengalami keretakan pada tangki bahan bakar dan bisa menyebabkan kebanjiran.

Sebelumnya, tumpahan minyak telah ditemukan di dekat tempat kapal selam itu diperkirakan tenggelam, yang menunjukkan kemungkinan ada kerusakan pada tangki bahan bakar. Kerusakan tangki bahan bakar kapal selam bisa menimbulkan masalah besar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Jika tangki Anda retak, itu bukan kabar baik,” kata Collin Koh, spesialis urusan Angkatan Laut dan peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, seperti dikutip AFP.

“Karena kita berbicara tentang tekanan lambung kapal selam yang ditembus. Sehingga bisa menyebabkan potensi banjir,” ujarnya.

Pakar militer telah memperingatkan bahwa kapal itu bisa saja pecah berkeping-keping jika tenggelam ke kedalaman yang diyakini mencapai 700 meter. Itu jauh di bawah kemampuan kapal Type 209 tersebut.

Sementara, Pakar kapal selam dan kelautan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Wisnu Wardhana menyebutkan adanya kemungkinan KRI Nanggala 402 disabotase negara lain. Menurut Wisnu, kemungkinan tersebut lantaran KRI Nanggala 402 didesain pada tahun 80-an dan menurutnya masih menggunakan teknologi lama.

“Saya curiga, maaf ya, saya ngomong apa adanya, KRI Nanggala itu didesain pada 80-an, jadi segala peralatan itu kira-kira masih menggunakan banyak hal-hal 80-an, teknologi jadul. Artinya belum diupgrade dengan kondisi 2021 ini. Makanya bisa saja terjadi kegagalan dan juga kemungkinan hubungan lainnya,” ujar Wisnu Wardana. Hal tersebut diungkapkan Wisnu dalam tayangan Breaking News Kompas TV malam, seperti dilihat pada Sabtu 24 April 2021.

Wisnu pun menjelaskan terkait komunikasi kapal selam. Menurutnya, komunikasi kapal selam itu dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama, kata Wisnu, jika kapal selam tengah berada di atas permukaan laut, maka komunikasi dilakukan dengan menggunakan radar. Kedua, jika kapal selam sedang di bawah laut, maka komunikasi akan menggunakan sonar.

“Jadi kalau ada lost contact tergantung apakah KRI Nanggala 402 ada di permukaan atau di bawah permukaan laut. Kalau di atas, bisa jadi karena malfunction dari radar. Kalau di bawah laut, putus kontak bisa jadi karena malfunction sonar,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut analisa Wisnu, di dalam KRI Nanggala 402 terjadi black out sehingga para awak tak bisa kirim sinyal. Karena parameter sedemikian rupa, sehingga kombinasinya muncul black out pada kapal.

“Ada kemungkinan, mungkin loh ya, ada sabotase dari negara tertentu tak memungkiri, yakni kapal dengan teknologi 80-an bisa dimanipulasi untuk ditanggulangi dengan teknologi 2021,” tuturnya berspekulasi.

KRI Nanggala-402 seberat 1.300 ton pertama kali dikirim untuk layanan pada tahun 1981. Ini adalah kapal selam serang diesel-listrik Type 209, model yang selama setengah abad terakhir telah ditampilkan di lebih dari selusin Angkatan Laut di seluruh dunia, termasuk Yunani, India, Argentina dan Turki.

Meskipun Indonesia sebelumnya tidak pernah mengalami bencana kapal selam, negara-negara lain pernah mengalami kecelakaan di masa lalu. Di antaranya adalah tenggelamnya Kursk pada tahun 2000, kebanggaan Armada Utara Rusia. Kapal selam itu sedang bermanuver di Laut Barents ketika tenggelam dengan kehilangan 118 awak. Penyelidikan menemukan sebuah torpedo telah meledak, meledakkan yang lainnya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *