Ramadan Mendidik Kita Agar Mencintai Kehidupan Akhirat

Ramadan Mendidik Kita Agar Mencintai Kehidupan Akhirat
Ramadan Mendidik Kita Agar Mencintai Kehidupan Akhirat. foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Sungguh besar hikmah yang Allah jadikan di dalam bulan Ramadan.
Sesungguhnya ia adalah bulan yang penuh hikmah, yang apabila kita memikirkannya, kita akan mendapatkan betapa agungnya bulan ini.

Di antara hikmah yang Allah inginkan dari bulan Ramadan, yaitu agar senantiasa hati kita condong kepada Allah, agar senantiasa hati kita condong kepada kehidupan akhirat.
Ketika kita berpuasa, syahwat kita ditahan untuk makan dan minum, demikian pula syahwat yang lainnya.
Kita diperintahkan untuk menjaga mata, telinga, demikian pula lisan kita. Sehingga pada waktu itu hati kita menjadi bersih dan bening.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dan kebeningan hati itulah yang menjadikan hati kembali kepada fitrahnya, untuk senantiasa kembali kepada Allah Jalla wa ‘Ala dan menyadari bahwasanya kehidupan akhirat itulah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang sebenarnya.

Sedangkan dunia, sesungguhnya ia bukanlah kehidupan yang sebenarnya.
Ia adalah kehidupan yang fana, kesenangannya diselingi dengan kesusahan dan kesulitan.

Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ…
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan lebih ridha dengan kehidupan dunia, dan merasa tenang dengan kehidupan dunia, dan orang-orang yang lalai dari ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya dalam api neraka.” (QS. Yunus: 7-8).

Karena seorang mukmin tidak akan merasa tenang dengan dunia.
Bagaimana dia akan merasa tenang, halalnya akan dihisab oleh Allah, haramnya akan mendapatkan adzab dari Allah ﷻ.
Semua kenikmatan yang ia dapatkan akan dihisab oleh Allah ﷻ.

Bagaimana seorang mukmin akan tenang dengan dunia?
Sementara dunia itu sangat menipu dan menjadikan hati kita berpaling dari kehidupan akhirat.

Seseorang yang terbiasa dengan kesenangan dunia, berfoya-foya, berhura-hura, hati mereka akhirnya dijadikan berat untuk menaati Allah ﷻ.

Orang yang hatinya dipenuhi dengan cinta dunia, dijadikan hatinya terasa berat untuk ikhlas, yang ia pikirkan adalah kesenangan dunia.
Orang yang cinta dunia, hatinya penuh dengan penyakit-penyakit hati berupa kedengkian dan yang lainnya.

Maka bagaimana seorang mukmin akan merasa tenang dengan kehidupan dunia, setelah ia tahu dan sadar bahwasanya dunia adalah negeri yang fana, negeri yang penuh dengan tipuan, dimana Allah menyebutkan sendiri dalam Al-Qur’an:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20).

Menipu banyak manusia dari kehidupan akhirat, menipu banyak manusia dari berdzikir kepada Allah, sehingga mereka menganggap seakan-akan ia akan hidup selamanya dalam kehidupan dunia, sehingga akhirnya mereka lupa untuk bersiap dan mempersiapkan dirinya untuk kematiannya.

Bahkan banyak yang menunda-nunda taubat hanya karena ingin merasakan kenikmatan dunia yang sementara.

Oleh karena itulah Allah mendidik kita di bulan Ramadan agar hati kita tidak terpaut dengan kehidupan dunia, agar hati kita terpaut dengan kehidupan akhirat.
Dan itu yang lebih baik, itu lebih kekal di sisi Allah ﷻ.
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).

Kita tinggalkan makanan dan minuman di siang hari bulan Ramadan, semua karena kita mengharapkan kehidupan akhirat.

Kita berharap mudah-mudahan Allah berikan pahala besar, mudah-mudahan Allah berikan kepada kita di padang mahsyar rasa kenyang.

Karena Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya orang yang paling panjang laparnya dalam kehidupan akhirat adalah yang paling banyak kenyangnya dalam kehidupan dunia.

Karena sesungguhnya orang yang hatinya senantiasa mengharapkan kehidupan akhirat, maka itulah sebaik-baik hati manusia.

Seseorang yang hatinya mengharapkan akhirat, keikhlasannya sangat penuh dan sangat murni ibadahnya kepada Allah ﷻ, ia tidak mengharapkan pujian manusia, ia tidak mengharapkan kehidupan dunia dari amal ibadahnya, yang ia harapan adalah pahala akhirat, keridhaan Allah semata, surga Allah yang ia inginkan.

Orang yang menginginkan kehidupan akhirat dan hatinya menginginkan akhirat, ia akan diberikan oleh Allah kekuatan untuk istiqamah di atas agamanya, diatas sunnah RasulNya ﷺ.

Sebaliknya,
Orang yang hatinya mengharapkan dunia, yang ia pikirkan dunia, yang ia inginkan dunia, akan sangat sulit untuk menaati Allah dan RasulNya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ
“Barangsiapa yang keinginan terbesarnya dunia,”
فَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ
“Allah akan cerai-beraikan urusannya.”

Apa maksudnya dicerai-beraikan urusannya?

Artinya dijadikan kesabarannya lemah, dijadikan kedermawanannya pun sempit, bahkan hatinya dipenuhi dengan pelit, rasa dengki, demikian pula bakhil dan yang lainnya.

Kata Rasulullah bahwa orang yang menginginkan kehidupan dunia, dan keinginan terbesarnya adalah dunia:
جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
“Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”

Sehingga ia tidak pernah merasa kenyang, tidak pernah merasa puas dengan apa yang Allah berikan kepadanya, padahal yang diberikan Allah banyak kesenangan dunia, tapi karena hatinya selalu mengharapkan dunia, ia tidak punya kekayaan hati, ia tidak punya jiwa qanaah, sehingga akhirnya ia selalu merasa kurang dan kurang.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *