By Ustadz Umar Faqihuddin spdi
Hajinews – Qodaran, istilah dahulu. Justru ada sejak orang tua kita yang lebih dulu. Lecutan amal kebaikan spontan berbarengan dengan hadirnya dampak lailatul qadar sewaktu.
Ada yang tiba-tiba tilawah khatam 10 kali padahal sebelumnya khatam sekali saja menggerutu. Ada yang bisa qiyamulail 1 jam padahal sebelumnya kalau mau.
Ada yang tiba-tiba wakaf tanah buat masjid, pesantren atau madrasah padahal sebelumnya wakaf barang tabu. Meteran saja mengaku gak mampu. Selalu ada cara mengulur waktu berlalu.
Ada yang membuat bingkisan buat tetangga seribu. Padahal sebelumnya hanya satu. Mendadak berubah menjadi jagoan soal membantu. Tak jarang tabungan dikuras demi itu.
Ada yang dengan jodohnya bertemu. Dapat keturunan yang sudah lama ditunggu. Atau hutangnya dilunaskan Allah tak pernah menyangka akan begitu.
Ada yang berdamai dengan yang dulunya padu. Entah sebab apa tiba-tiba minta maaf dengan alasan apa ndak ada yang tau. Terlebih antara anak dan orang tua lebih lagi haru.
Selokan depan rumah yang alirannya buntu. Sebab tersumbat sampah dan kayu. Dengan derasnya air hujan, membuat mengalir tiba-tiba alirannya sebab terurai barengan batu – batu.
Aliran kebaikan yang sangat besar dengan momentum lailatur qodar menjadi syahdu. Tak pelak menggelontor sumbatan -sumbatan kehidupan yang sekian waktu membatu.
Semoga anugerah ramadan dengan lailatul qadarnya, menjadi anugerah qodaran yang jitu.