Mengupas Makna Indah Di Balik Puasa, Quraish Shihab: Bukan Untuk Menyiksa Diri

Mengupas Makna Indah Di Balik Puasa
Mengupas Makna Indah Di Balik Puasa, foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – IBADAH puasa di bulan Ramadan merupakan suatu keistimewaan tersendiri bagi umat muslim. Karena di bulan suci nan penuh berkah ini, umat muslim diajak untuk berlomba-lomba dalam menahan diri dari hawa nafsu.

Namun sebenarnya, apa makna indah di balik perintah ibadah puasa Ramadan ?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pendiri Pusat Studi Alquran M, Quraish Shihab dalam MQS Podcast menjelaskan lebih mendalam di balik ibadah puasa Ramadan.

Puasa Dikenal Di Semua Agama

Quraish menjelaskan, puasa atau menahan diri sebenarnya dikenal oleh agama-agama besar di dunia, bahkan oleh masyarakat dunia saat ini.

“Berbicara tentang agama, agama kristen kenal puasa, apalagi Katolik. Protestan walaupun tidak mewajibkan puasa tapi menganjurkan puasa,” ujar Quraish.

“Agama-agama lain juga begitu, seperti Budha, Hindu, semua ada puasanya, walaupun tidak sama dengan puasa kita,” sambungnya.

Dia juga merujuk pada tulisan seorang cendikiawan Mesir kenamaan bernama Abbas Al-Aqqad yang menyebut bahwa “putra putri abad 20 ini melakukan upaya menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yg biasanya dilakukan”.

“Di abad 20 ini banyak yang puasa. Protes? Ada yang mogok makan. Itu menahan diri. Ibu-ibu mau langsung? dia puasa,” jelasnya.

Bukan hanya itu, merujuk kembali pada tulisan Al Aqqad, di Meksiko, jika ada anggota keluara meninggal, maka keluarga juga akan puasa.

“Yahudi juga begitu. Dulu pada masa Nabi Daud, Yahudi mengenal puasa 40 hari. Tapi Yahudi sekarang-sekarang ini sudah tidak kenal puasa secara umum, kecuali satu hari, yaitu Hari Yom Kippur,” terang Quraish.

Hari tersebut adalah hari yang dianggap orang Yahudi sebagai hari pertobatan dan hari damai.

“Mesir dulu pernah menang lawan Israel karena menyerang pada Yom Kippur. Itu serangan betul-betul mendadak, tidak diduga, mereka puasa waktu itu,” jelasnya.

“Jadi intinya, agama-agama mengenal puasa,” kata Quraish.

Puasa Bukan Untuk Menyiksa Diri

Quraish menjelaskan, puasa merupakan ibadah yang memiliki banyak manfaat. Namun secara spesifik bagi umat Islam, puasa merupakan upaya untuk menahan gejolak nafsu.

“Bukan menjauhi, hanya ditahan,” ujar Quraish.

“Kita tidak makan, minum, berhubungan se**, itu dari segi hukum hanya di siang hari,” sambungnya.

Oleh karena itu, jika hanya sekedar menjalankan puasa namun tidak ada upaya mengendalikan keinginan diri sendiri, maka makna puasa itu tidak didapatkan.

Puasa Untuk Dirimu Sendiri

Lebih lanjut Quraish membedah firman Allah dalam Al Quran Q.S Al Baqarah Ayat 183 mengenai puasa.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْتَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Pada penggalan “yaa ayyuhalladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman), Quraish mengatakan, “Dia (Allah) tidak katakan yaa ayyuhal mumin. Jadi orang yang punya iman, walau sedikit diajak ayo puasa. Kalau mumin itu orang yang sudah mantap imannya,”.

Kemudian pada penggalan “… kutiba alaikumus shiyaam (diwajibkan kepada kamu shiyam)”, Quriah menjelaskan “Allah tidak berkata: Saya wajibkan kepada kamu. Allah tidak berkata: Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berpuasa,”.

Dia menerangkan bahwa memang benar Allah mewajibkan puasa kepada umat Islam. Namun penggunaan kata “diwajibkan” ini tidak menunjukkan siapa yang mewajibkannya.

“Karena seandainya bukan Allah yang mewajibkan kamu, wahai manusia yang faham tentang tujuan dan dampak baik dari puasa, maka kamu akan wajibkan bagi diri kamu,” jelasnya.

Dia juga menerangkan bahwa jangan anggap perintah shiyam ini hanya khusus untuk kamu dan jangan anggap ini sulit.

… kamaa kutiba alalladziina min qablikum (sebagaimana orang-orang dulu (diwajibkan puasa),” jelasnya.

Setelah itu Allah baru menekankan bahwa puasa bukanlah untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan umat.

“Baru Dia katakan itu bukan untuk kepentingan Tuhan, tapi itu untuk kepentingan kamu. ‘….la ‘allakum tattaquun…’, supaya kamu terhindar dari segala sesuatu yang dapat membawa bencana untuk kamu,” terang Quraish.

“Jadi puasa itu bukan untuk Tuhan,” sambungnya.

Namun dia juga mengingatkan bahwa dari satu sisi, semua ibadah hendaknya dilakukan demi karena Allah, bukan cuma puasa, tapi juga ibadah lainnya.

“Intinya puasa bukan untuk menyiksa diri, tapi untuk. melatih jiwa agar bisa menekan gejolak nafsu. Itu puasa,” tekannya.

Sumber: farah

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *