Kenapa Aku Bantu Palestina di Saat Bangsaku Dililit Susah

Kenapa Aku Bantu Palestina di Saat Bangsaku Dililit Susah
Kenapa Aku Bantu Palestina di Saat Bangsaku Dililit Susah. Foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Nurbani Yusuf, pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.

Hajinews.id – Bagi sebagian orang memberi adalah kebutuhan. Bagi sebagian yang lain menghitung harta adalah kebiasaan. Syaikh Ibnu Atha’ilah berkata, sedekah yang dicintai Allah adalah sedekahnya orang miskin dan puasa yang disenangi Allah adalah puasanya orang kaya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kekasihku SAW berkata,”Siapa yang bersedia menjamu tamuku ini?” Para sahabat saling menatap. Saat itu musim paceklik. Jangankan menjamu tamu. Untuk makan anak istri saja susahnya setengah mati. Tapi dari sebelah kanan Rasulullah saw, Abu Bakar menjawab mantap,”Aku, wahai Rasulullah.”

Maka tamu Rasulullah itupun menginap di rumah Abu Bakar. Jangan tanya kaget dan herannya istri Abu Bakar saat itu. Kemudian berkata, ”Wahai suamiku di rumah tak ada persediaan makanan kecuali sepotong roti gandum kering buat buka puasa kita nanti.”

Abu Bakar tersenyum sambil memeluk mesra istrinya. Istrinya pun mengangguk tanda mengerti.

Saat jamuan malam tiba. Roti dihidangkan. Lampu dimatikan. Tamu itu bertanya, ”Kenapa?”

”Aku tak bisa makan dalam keadaan lampu menyala,” jawab Abu Bakar pendek. Tamu itupun pun makan dengan lahapnya. Sementara Abu Bakar menghadap piring kosong.

Jadi sebab itulah Abu Bakar diperkenankan masuk surga dari delapan pintu surga yang ia kehendaki.

Kisah Ahmad bin Miskin

Ahmad bin Miskin, ulama di kota Basrah, Irak, abad ke-3 Hijriyah. Dia bercerita, pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. Menafkahi istri dan seorang anak. Rasa lapar biasa mengiringi hari-harinya. Dia bertekad menjual rumah dan pindah ke kota lain.

Saat mencari orang yang bersedia membeli rumahku, bertemulah dengan sahabatnya, Abu Nashr. Dia ceritakan kondisinya. Lantas, sahabatnya memberi dua potong roti. ”Berikan makanan ini kepada keluargamu,” kata Ahmad bin Miskin.

Di perjalanan pulang, dia berpapasan dengan perempuan fakir bersama anaknya. Dengan memelas perempuan itu  meminta rotinya untuk anak yatimnya yang kelaparan.

Si anakpun menatapnya dengan tatapan yang tak dilupakan sepanjang hayat. Tatapan menghanyutkan khayalan ukhrowi. Seolah-olah surga turun ke bumi menawarkan diri kepada siapapun yang ingin menukarnya dengan mahar mengenyangkan anak yatim dan ibunya. Tanpa ragu sedetikpun, diserahkan roti itu.

Spontan si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecil tersenyum indah bak purnama.

Ahmad bin Miskin melanjutkan langkahnya sambil memikirkan rencana menjual rumah. Tiba-tiba Abu Nashr dengan kegirangan mendatanginya.

”Hei, Abu Muhammad kenapa kau duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?” katanya.

”Subhanallah! dari mana datangnya?” sahut Ahmad kaget.

”Tadi ada pria datang dari Khurasan. Dia bertanya-tanya tentang ayahmu. Dia membawa angkutan penuh berisi harta,” ujarnya.

Pria itu teman bisnis ayahnya. Lantas bangkrut. Modalnya habis termasuk harta ayahnya yang dititipkan kepadanya. Lalu dia lari menuju Khurasan. Di kota ini dia memulai bisnis hingga sukses lagi. Hartanyapun banyak. ”Dia datang untuk mengembalikan harta ayahnya sambil meminta maaf.”

Jadi bukan kesusahan yang jadi penghalang untuk memberi dan menolong sesama, tapi cinta dunia, takut miskin dan takut mati. Itulah wahn penyakit cinta dunia takut mati. Itu bencana dan pintu masuk neraka paling dalam. Naudzubillah. Itulah kenapa aku bantu Palestina di saat bangsaku dililit susah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *