Judi Yang Jujur

Judi Yang Jujur
Pemilihan umum. Foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Hajinews.id – Siapapun sepakat, meskipun perjudian dilakukan secara jujur, fair, bertanggungjawab, komitmen pada hasil, tetap saja judi itu batil. Walaupun, sudah menjadi jamak diketahui publik dalam perjudian banyak intrik, tipu muslihat, kebohongan, hingga tindakan tak lazim dengan memanfaatkan bantuan iblis untuk memenangkan perjudian adalah tindakan yang lumrah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Karena itu, sikap jujur, amanah, komitmen dan bertanggung jawab dalam perjudian tidak merubah status perjudian yang tercela. Judi selain perbuatan haram, juga tindakan sia-sia, melalaikan, menimbulkan dendam dan perpecahan diantara pelakunya.

Demikian pula dengan demokrasi. Pemilu yang jujur, adil, dilakukan secara langsung, umum, bebas, aktif, dan rahasia, tetap saja tidak merubah status batilnya demokrasi. Meskipun secara umum sudah jamak diketahui, demokrasi dipenuhi tipu daya, keculasan, intrik, kebohongan, pengkhianatan, hingga memanfaatkan bantuan iblis untuk menenangkan pemilu lazim dilakukan.

Sebab utama batilnya demokrasi yakni kedaulatan rakyat, menjadikan rakyat sebagai sumber hukum. Padahal, Islam telah menetapkan kedaulatan ditangan Syara’, sumber hukum adalah Wahyu baik dari al Qur’an maupun as Sunnah.

Demokratisasi menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan. Sebaliknya, demokrasi mengharamkan apa yang Allah SWT wajibkan.

Zina, riba, judi pasar saham, privatisasi tambang, swastanisasi sektor publik, itu semua dalam Islam diharamkan. Demokrasi, menghalalkannya dengan dalih kebebasan kepemilikan.

Menegakkan hudud, menerapkan qisos dan Ta’jier dan menetapkan sejumlah mukholafah, itu kewajiban syar’i dalam Islam yang diperintahkan Allah SWT. Demokrasi, mengharamkannya dengan dalih radikal, anti kebhinekaan, hukum yang bar bar, dan sebagainya.

Mau jujur seperti apapun, sistem demokrasi melahirkan kezaliman, karena menerapkan hukum kufur. Apalagi, kemiskinan, pengangguran, ketidakadilan, kemerosotan moral, kejahatan, dan sederet problem kehidupan lainnya selalu menjadi atribut resmi negara yang menerapkan demokrasi.

Sejumlah kecil negara yang makmur, sebenarnya bukan karena demokrasinya tetapi karena penjajahan yang dilakukan. Amerika, misalnya relatif makmur bukan karena demokrasi tetapi karena imperialisme yang dilakukan Amerika kepada dunia, yang mengeksploitasi kekayaan alam dunia dan memboyongnya ke Amerika.

Di Amerika, kejahatan merajalelanya. Kerusakan moral, disharmoni sosial, lebarnya jurang antara si kaya dan si miskin begitu terlihat jelas. Pembunuhan karena penyalahgunaan senjata, narkoba, miras, sudah menjadi karakter resmi penduduknya. Jadi tetap saja bermasalah.

Demokrasi, di dunia ketiga, dunia yang dieksploitasi kapitalisme, tidak memberikan apapun kecuali duka dan nestapa. Lihatlah negeri ini, sudah berpuluh-puluh tahun menerapkan demokrasi, apa hasilnya ?

Jadi, tak usah mengidamkan pemilu yang jujur dan adil. Mau jujur dan adil seperti apapun, demokrasi tetap batil. Apalagi, faktanya pemilu penuh dengan tipu daya dan kecurangan. Masih ingat Pemilu dan Pilpres 2019 ? lalu, anda ridlo dibodoh-bodohi dengan narasi perubahan menunggu Pemilu dan Pilpres 2024 ?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *