Hajinews.id – Tepat sudah seminggu polemik pembatalan haji masih saja jadi perdebatan dan bahan diskusi menarik di media sosial dan di warung warung pojok kaki lima, bagaimana tidak karena soal pembatalan haji menyangkut nasib jutaaan orang dan kebanyakan rakyat kecil.
Begitu pemerintah lewat menteri agama mengumumkan Penyelengaraan jamaah haji dibatalkan untuk pemberangkatan tahun 1442 Hijriah atau 2021 Masehi, jutaan umat matanya tak berkedip memelototi layar televisi masing -masing, sehingga begitu diputuskan dan diumumkan“ haji tahun ini batal lagi yang kedua kalinya” jutaan air mata tumpah jatuh tak terasah mengalir di pipi orang-orang yang menanti untuk berangkat, suatu derita penantian yang penuh misteri.
Menteri agama Bapak Yakut Cholil Qoumas dan menteri koordinator bidang Pembangunan manusia dan kebudayaan Prof. Muhajir Effendy menjelaskan dibalik keputusan pembatalan salah satu alasan utama adalah karena masih masa covid dan demi keselamatan jamaah haji.
Tapi kenapa banyak rakyat Indonesia tidak puas, terutama para calon haji yang ikut antri bahkan sampai ada yang emosi tak sabar menarik kembali uang pokok haji yang telah dititipkan ke pemerintah bertahun tahun.
Sungguh ini bukan keputusan satu malam dipikirkan karena mereka telah menderita tekanan kejiwaan menunggu ketidakpastian bertahun tahun begitu dengar di tunda lagi banyak yang Stress dan menangis sembunyi sembunyi bahkan menangis mengadu di hadapan Allah dalam Salat dan doanya.
Tulisan ini tidak untuk ikut berpolemik tentang apa penyebab pembatalan yang sesungguhnya, biarlah itu jadi rahasia publik yang tak berujung.
Tapi beratnya beban hidup sekarang di tambah penantian terkadang membuat banyak orang tidak sanggup menjalaninya.
Menunggu adalah derita yang berat, pekerjaan yang berat terkadang manusia di liput rasa was was, kondisi jiwa yang tergoncang, dan akhirnya derita jiwa bisa membuat banyak yang jatuh sakit.
Dalam teori Behaviouralisme mengajarkan kalau jiwa manusia terguncang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan manusia secara pisik. jika jiwa rusak maka berpengaruh pada pikiran ikut terganggu , begitu pula kalau manusia kecewa manusia terkadang tidak tenang dalam menghadapi persoalan hidup yang penuh ketidak pastian.
Maka diharapkan presiden atau wakil presiden tampil di muka publik, dengan tenang meyakinkan, menenangkan umat terutama calon jamaah haji yang antri berjuta juta jumlahnya dapat sabar menerima, dan kepercayaan umat tumbuh kembali secara utuh, serta polemik dana haji bisa di akhiri lebih cepat ataukah biarkan terus masyarakat dan para ustadz berpolemik, cerdik pandai berpolimik sehingga waktu juga yang akan mengakhirinya.
Akhirnya kita semua berdoa agar didalam kesulitan akan ada kemudahan, dan semua kembali normal dan derita penantian calon jamaah haji mendapatkan kepastian hukum. dan perlakuan keadilan, sesuai sila ke 5 Pancasila ‘ keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Wasalam