Pilih Al Qur’an Atau Pancasila ?

Pilih Al Qur'an Atau Pancasila ?
Pilih Al Qur'an Atau Pancasila ? Foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik

Hajinews.id – Saat Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) alih fungsi status ASN pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memuat pertanyaan apakah memilih Al Qur’an ketimbang Pancasila, ada yang menganggap pertanyaan itu keliru. Sebenarnya, pertanyaan tidak keliru, itu pertanyaan normatif, yang keliru adalah parameter kelulusan tes yang ditetapkan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Misalnya, jika parameter yang ditetapkan adalah yang memilih Al Qur’an dianggap keliru, dan siapapun yang memilih al Qur’an dikualifikasi tidak lolos tes, tidak memiliki visi kebangsaan, tidak bervisi pada program pemberantasan korupsi, parameter seperti ini yang keliru.

Akan halnya, jika parameter yang ditetapkan adalah yang memilih Al Qur’an lah yang benar, dan siapapun yang memilih al Qur’an dikualifikasi lolos tes, memiliki visi kebangsaan dan komitmen pada program pemberantasan korupsi, maka parameter seperti inilah yang benar.

Sehingga, jika ada pertanyaan pilih al Qur’an atau Pancasila ? maka, orang yang mukmin pasti menjawab dengan mudah dengan memilih Al Qur’an. Walaupun, jika ada konsekuensi yang memilih al Qur’an tidak lolos tes, seorang mukmin sejati juga dengan yakin dan tegas memilih al Qur’an.

Seorang mukmin akan memilih dan membela al Qur’an, apapun resikonya. Jangankan hanya dikualifikasi tidak lolos tes, dituding tidak memiliki wawasan kebangsaan, atau tidak pro pemberantasan korupsi, dituduh radikal radikul pun tidak peduli. Sebab, orang yang beriman paham konsekuensi beriman pada al Qur’an, yang salah satu resiko paling sederhana adalah mendapatkan celaan dari orang-orang yang suka mencela.

Sementara itu, jika pertanyaan pilih al Qur’an atau Pancasila tidak dikaitkan dengan soal wawasan kebangsaan, korupsi dan motif tetap menjadi pegawai KPK, maka siapapun yang ditanya dengan pertanyaan ini pasti akan menjawab dengan pertimbangan :

Pertama, orang yang ditanya akan mempertimbangkan dunia dan akhirat. Mengambil Al Qur’an jelas ada jaminan selamat dunia dan akhirat, sementara Pancasila ? jangankan akhirat, dunia saja tidak ada jaminan keselamatan yang diberikan Pancasila.

Sejak Orla, Orba, Orde Reformasi hingga Orde Bipang, semua mengklaim pancasilais, tetapi semuanya tidak selamat dari kemarahan dan amukan rakyatnya. Soekarno Jatuh, Soeharto dipaksa berhenti, adapun orde bipang ? kita tunggu saja.

Kedua, orang yang ditanya akan mempertimbangkan kesempurnaan sebagai pilihan. Al Qur’an yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surat dan 6666 ayat, jelas lebih sempurna ketimbang Pancasila yang hanya 6 pasal. Semua urusan al Qur’an mampu menjawabnya, sementara Pancasila untuk menjawab apakah Zina dan Riba itu haram saja tidak bisa.

Kalau riba haram, rezim Pancasila sejak Orla, Orba, Orde Reformasi hingga Orde Bipang, semua menghalalkan riba. Kalau zina dilarang, rezim Pancasila sejak Orla, Orba, Orde Reformasi hingga Orde Bipang, semua membebaskannya, terbukti prostitusi ada, tidak ada sanki bagi pezina, semua bebas dibawah naungan Pancasila.

Ketiga, orang yang ditanya akan mempertimbangkan kelakuan rezim yang sok dan mengklaim pancasilais. Semuanya munafik.

Bicara kebebasan, tapi membungkam umat Islam, membungkam gerakan Islam. sejak Orla, Orba, Orde Reformasi hingga Orde Bipang, semua gerakan Islam dibungkam dengan tuduhan anti Pancasila. Pada saat yang sama, semua rezim mengadopsi ideologi transnasional baik kapitalisme maupun komunisme.

Yang mengkriminalisasi ulama, menjual aset bangsa, membuka kedaulatan negara untuk dikuasai asing, menyerahkan SDA dan tambang kepada asing, semua itu dilakukan oleh rezim Pancasila, bukan rezim al Qur’an yang menerapkan syariat

Keempat, orang yang ditanya akan mempertimbangkan soal kenyataan bukan mitos yang diedarkan. Kenyataannya Negara susah, korupsi marak, utang menggunung, dekadensi moral merajalela, rakyat dipalak, asing merajalela, dan seterusnya. Mitosnya tetap ‘Aku Pancasila‘, hanya slogan kosong tanpa isi.

Bahkan, yang selama ini banyak dicokok KPK adalah mereka yang tereak tereak aku Pancasila. Kuat dugaan, TWK KPK hanya meloloskan yang memilih Pancasila daripada al Qur’an adalah dalam rangka agar mereka tetap bebas korupsi dan bebas dari jerat hukum hanya dengan modal tereakan ‘Aku Pancasila’.

Kalau saya ditanya Pilih Al Qur’an atau Pancasila ? pasti saya jawab tegas : Al Qur’an. Tidak seperti Firli Bahuri, saat ditanya oleh Aiman Wicaksono dengan pertanyaan yang sama, jawabannya muter-muter tidak jelas.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *