Tafsir Al-Quran Surat Ghafir Ayat 43-46: Jangan Melampaui Batas

Tafsir Al-Quran Surat Ghafir Ayat 43-46: Jangan Melampaui Batas
Tafsir Al-Quran Surat Ghafir Ayat 43-46: Jangan Melampaui Batas
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Ahad, 27 Juni 2021

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Oleh KH Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita masih dipertemukan oleh Allah SWT secara virtual untuk beribadah secara bersama-sama melanjutkan Pengajian Tafsir kita, pada hari ini Ahad tanggal 16 Dzulqa’dah 1442H bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2021. Insya kita akan membahas Surat Ghafir ayat 43-46. Mari kita buka Al-Quran sama-sama, kita awali dengan membaca Ummul Kitab, Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca bersama-sama Surat Ghafir ayat 43-46. Artinya adalah, “Sudah pasti bahwa apa yang kamu serukan aku kepadanya bukanlah suatu seruan yang berguna baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya tempat kembali kita pasti kepada Allah, dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itu akan menjadi penghuni neraka. Maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, sedangkan Fir‘aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang sangat buruk. Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), “Masukkanlah Fir‘aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras!”

Ayat-ayat di atas masih menggambarkan seorang laki-laki yang beriman dari kalangan Istana Firaun, yang senantiasa berdakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Pada kondisi apa pun, berdakwah bagi seorang muslim adalam sebuah perintah kebaikan, yang harus dilaksanakan, tentunya sesuai denga kapasitas dan profesi masing-masing. Pada prinsipnya, kita manusia itu diberikan dua modal dasar (ilham) oleh Allah SWT, yaitu: modal dasar atau potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan kejahatan. “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotori (hati)nya”. Modal dasar atau potensi ini ditentukan oleh banyak variabel, misalnya keyakinan agamanya, lingkungannya, dll.

Jika variabel yang mengelilinginya adalah sesuatu yang buruk, maka yang berkembang adalah potensi kejahatan. Demikian pula sebaliknya, jika variabel yang mengelilinginya adalah sesuatu yang baik, maka yang berkembang adalah potensi taqwanya. Pada ayat-ayat di atas Allah SWT memberikan contoh penjelasan tentang betapa Firaun dan tentaranya dilingkupi variabel kejahatannya, bahkan potensi kejahatan itu cenderung sangat berlebihan. Kejahatan atau kekejaman Firaun sungguh telah melampaui batas. Misalnya, hanya untuk mendapatkan kehormatan dari rakyatnya, Firaun rela mengaku tuhan “Ana rabbukumul a’ala (Aku adalah tuhanmu yang maha tinggi). Untuk mempertahankan masa jabatannya saja, Firaun rela mengadu domba sesama rakyat menggunakan tukang sihir. Untuk menjaga kelansungan hidup kekuasaannya, Firaun bahkan memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang dilahirkan, karena ia khawatir tersaingi kekuasaannya.

Sebagai orang beragama, kita mengetahui bahwa tempat kembali dari kita semua adalah Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas itu tempat kembalinya adalah neraka jahannam. Tapi, sesungguhnya tempat kembali orang yang beriman adalah surga yang di dalamnya terdapat air mengalir. Kita semua nanti di akhirat akan mengingat amal dan kebaikan yang pernah dilakukan di dunia. Demikan pua sebaliknya, kita akan menginat semua amal buruk dan tingkah laku kita semua selama di dunia. Pada prinsipnya, ktia diminta untuk “melihat dan berfikir”. Kita diminta untuk melihat dan befikir yang baik agar potensi keburukan akan terminimalisir. Perintah lain yang sangat jelas adalah kita jangan berburuk sangka kepada orang baik, apalagi kepada orang yang menyampaikan ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadist. Kita semua perlu sadar bahwa kita ini tidak akan abadi. Harta ada batasnya. Kekuasaan ada batasnya. Masa jabatan ada kekuasannya. Orang yang melampaui batas, kelak akan masuk di neraka.

Walaupun kelak menyesalkannya, seperti tertuang dalam Surat Al-Mulk ayat 10-12. “Mereka menjawab, ‘Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya)’ dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar”. Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala”. Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu.

Adzab yang diberikan kepada mereka yang melampaui batas, seperti Firaun, adalah bahwa di dunia, ia matinya ditenggelamkan oleh Allah SWT, walau pun sempat mengaku beriman atau percaya kepada Tuhan Nabi Musa. Tapi, semuanya sudah terlambat. Firaun mencoba bertaubat pada saat-saat terakhir hidupnya, tapi taubatnya tidak diterima oleh Allah SWT. Firaun dan kelompok lingkaran kekuasaannya atau tentaranya akan disiksa dengan seburuk-buruknya siksa di neraka, bahkan sejak pertama di alam kuburnya. Setiap pagi dan sore di dalam kuburnya, akan mendapatkan adzab, berupa api neraka yang panas. Hal ini juga sekaligus menegaskan tentang adanya siksa kubur bagi orang yang dzalim dan melampauai batas. Demikian juga akan ada nikmat kubur bagi para mujahid dan kaum yang beriman. Kita dianjurkan untuk berdoa agar dijauhkan dari adzab kubur, yang mengerikan, yang sangat dahsyat, dan adzab neraka. Kita dianjurkan untuk minta diberikan husnul khatimah dan dijauhkan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian (su’ul khatimah). Manifestasi dari orang yang buruk kematiannya (su’ul khatimah) itu adalah jika orang-orang yang masih hidup hanya menginkat keburukannya saja. Semua memori tentang kebaikannya justeri dihapus dari ingatan orang-orang yang masih hidup. Na’udzu billah min dzalik.

Menjawab pertanyaan tentang hukum bisnis saham dan bisnis jual-beli uang asing yang sempat tertunda pada pekan lalu, pada prinsipnya hukum bisnis saham adalah halal, tapi tentunya bisnisnya yang halal. Bukan bisnis pabrik bir yang jelas-jelas haram. Demikian juga jual-beli uang asing, jika tujuannya untuk keperluan (hajah) tertentu dan dibenarkan oleh agama atau oleh syariah. Tapi, jika jual-beli uang asing itu hanya untuk keperluan jangka pendek, hanya untuk keperluan keuntungang semata, spekulasi, maka hal itu tidak boleh, karena cenderung mendekati perjudian. Kembali pada substansi dari ayat-ayat yang kita baca bersama tadi, kita sebagai mu’min terus menyampaikan dakwah, seberapa pun lingkungan yang dihadapi. Allah SWT menjaga seorang mu’min dari keluarga Firaun dari keburukan makar-makar orang yang buruk. Firaun dan tentaranya sudah ditunjukkan siksa neraka sejak muali masuk ke alam kubur. Para ahli tafsir bahkan menyebutkan bahwa “nar” pada ayat tersebut adalah neraka pemanasan di alam kubur, sebelum mereka benar-benar disiksa dengan adzab yang seburuk-buruknya.

Menjawab pertanyaan tentang cara agar menghasilkan generasi muda yang gemilang, pesan yang terkandung dalam Surat Maryam Ayat 59-61 sudah sangat jelas, “Kemudian datanglah setelah mereka pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat, Kecuali orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi (dirugikan) sedikit pun, yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh, (janji Allah) itu pasti ditepati.” Akan terjadi generasi yang rusak apabila anak-anak itu menyia-nyiakan salat, apalagi kalau sampai meninggalkan. Mereka akan mengikuti hawa nafsunya sendiri, sehingga mereka akan dilemparkan kepada kesesatan.

Kita orang tua perlu risau jika melihat fenomena seperti itu, sehingga kita serbagai orang tua dituntutu untuk belajar dan mengetahui ilmunya. Orang yang mengamalkan sesuatu tanpa dilandasai ilmu pengetahuan, maka akan sia-sia. Anak-anak perlu dididik menjadi Generasi Qurani yang utama, karena Al-Quran itu mencerdaskan pikiran, mencerahkan kehidupan. Anak-anak yang hafal Al-Quran akan menjadi anak-anak cerdas dan cerah hidupnya. Bahkan, Yusuf Qardhawi pernah menulis bahwa mendidik anak-anak dengan generasi Qurani adalah fardu ain. Demikian juga membaca Al-Quran itu adalah fardu ain, bukan fardu kifayah. Jika ada anak-anak kita tidak dapat membaca Al-Quran, kita orang tua justeru harus gelisah, dan berusaha menyelesaikannya. Bahkan, akhlaq Rasulullah SAW itu adalah Al-Quran. Beliau sering disebut sebagai “Al-Quran yang berjalan”. Insya Allah anak-anak yang menekuni Al-Quran akan menjadi pemimpin yang amanah.

Menjawab pertanyaan tentang vonis pengadilan di dunia yang terasa tidak adil, esensinya adalah bahwa pengadilan di dunia tentu bukan main-main, karena berimplikasi pada pengadilan akhirat. Hakim dalam memutuskan perkara juga harus berasaskan keadilan. Perhatikan hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud berikut ini: Rasulullah SAW bersabda, “Hakim itu ada tiga macam, (hanya) satu yang masuk surga, sementara dua (macam) hakim lainnya masuk neraka. Adapun yang masuk surga adalah seorang hakim yang mengetahui al-haq (kebenaran) dan memutuskan perkara dengan kebenaran itu. Sementara hakim yang mengetahui kebenaran lalu berbuat zalim (tidak adil) dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Dan seorang lagi, hakim yang memutuskan perkara (menvonis) karena ‘buta’ dan bodoh (hukum), maka ia (juga) masuk neraka.” Perhatikan Surat Hud ayat 15-16, “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan”.

Menjawab pertanyaan tentang fitnah kehidupan selain fitnah kematian, pada prinsipnya fitnah kehidupan itu direpresentasikan oleh kondisi yang sulit beribadah, kehidupannya di dunia sengsara, dll. Fitnah kematian adalah contoh-contoh seburuk-buruknya kematian atau su’ul khatimah. “Barang siapa yang mengucapkan ‘La ilaaha illallah’ pada akhir kuatnya, maka ia akan masuk surga”. Oleh karena itu, kita perlu membiasakan membaca kalimat tauhid, “La ilaaha illallah”, agar kita mencapai husnul khatimah. Kita dianjurkan untuk tidak melakukan kedzaliman, bahkan tidak berkompromi dengan orang-orang dzalim. Orang islam harus benci kepada kedzaliman.

Kedzaliman kepada Allah SWT, kedzaliman kepada sesama manusia. Setiap khutbah kedua, para khatib senantiasa membacakan Surat Ayat An-Nahl ayat 90. “Innallaha ya’muru bil ‘adli wal ihsan.. dst.” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *