Mengerikan, Kasus Aktif Covid-19 di DKI Naik 230% Dibanding Puncak Gelombang Pertama

Sejumlah tenaga kesehatan merawat pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Berdasarkan data dari pengelola, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat ini cenderung menurun menjadi 1.364 pasien atau 22,7 persen dari total kapasitas 5.994 tempat tidur yang tersedia. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan, DKI Jakarta sudah memasuki masa puncak gelombang kedua pandemi Covid-19.

Menurut Anies, lonjakan kasus aktif pada gelombang kedua pandemi Covid-19 sangat fantastis dan menyeramkan karena naik 230% lebih besar dari gelombang pertama.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Kasus aktif saat ini telah mencapai 230% lebih besar daripada puncak gelombang pertama di awal Februari 2021 dan masih menunjukkan tren kenaikan dengan cepat,” ujar Anies saat memberikan arahan tentang Kondisi Darurat di DKI Jakarta untuk seluruh Jajaran ASN dan BUMD sebagaimana dikutip Beritasatu.com dalam Youtube Pemprov DKI, Sabtu (3/7/2021).

Puncak gelombang pertama Covid-19 terjadi pada 3 Februari 2021 lalu. Saat itu, kasus aktif Covid-19 mencapai 26.031. Puncak kelompak pertama ini sudah terlampaui pada 19 Juni lalu dengan 27.112 kasus. Sementara itu, hingga 2 Juli, kasus aktif Covid-19 di Ibu Kota sudah mencapai angka 78.631 kasus.

“Nah ini situasi per hari ini. Kasus aktif di Jakarta ada 78.631 kasus. Ini adalah angka tertinggi di dalam sejarah pandemi di Jakarta. Ini adalah puncaknya pada saat gelombang pertama, pada saat itu angkanya 26.000. Dan turun sampai dengan akhir Mei, pertengahan Juni, (kasus aktifnya) lompat dan (grafiknya) vertikal. Kalau vertikal itu penambahan kasus tiap hari itu eksponensial,” jelas Anies.

Selain kasus aktif Covid-19, kata Anies, jumlah orang yang dimakamkan dengan protap Covid-19 juga mengalami lonjakan yang sangat tinggi dibandingkan puncaknya pada gelombang pertama.

 

Puncak

Menurut Anies, puncak jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid-19 pada gelombang pertama, sebanyak 140 orang per hari.

“Pada gelombang pertama kalau pun kita harus memakamkan tinggi-tingginya itu 140 per hari. Sekarang sudah lebih dari 300. Minggu yang lalu untuk pertama kalinya sampai angka di atas 150. Lalu di atas 200, lalu di atas 250, dan kemarin di atas 300,” jelas Anies.

Anies mengaku belum tahu pasti kapan puncak gelombang kedua pandemi Covid-19 berakhir. Apalagi, kata Anies, sudah ditemukan banyak kasus varian baru mutasi Covid-19 di Indonesia khususnya di Jakarta yang lebih berbahaya dan menular.

Namun, menurut Anies, berakhirnya gelombang kedua ini tergantung dari keseriusan jajaran Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan serta mematuhi ketentuan-ketentuan dalam kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

“Tiap pandemi selalu melewati beberapa fase gelombang dan kalau kita lihat tadi kita masuk gelombang kedua. Pengalaman kita sebelumnya dari pengalaman pandemi flu Spanyol terjadi dalam tiga gelombang. Gelombang kedua adalah yang tertinggi. Itu juga demikian pada kita. sekarang kita masuk ke puncak gelombang kedua yang tingginya lebih dari ketinggian gelombang pertama. Dan kita belum tahu seberapa tinggi gelombang kedua ini. Kita belum tahu, kapan akan berhenti karena itu akan tergantung kepada keseriusan kita,” pungkas Anies.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *