Jangan Sembarangan Minum, Dexamethasone Justru Lemahkan Daya Tahan Tubuh

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, Hajinews — Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Ari Fahrial Syam mengingatkan masyarakat untuk tidak membeli obat sesuai dengan resep yang viral. Daftar obat itu disebut-sebut berkhasiat untuk Covid-19.

Salah satu obat yang direkomendasikan ialah dexamethasone. Prof Ari juga menemukan resep dari platform telemedicine yang turut memberikan dexamethasone.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Prof Ari menjelaskan, ilmu kedokterkan berbasis bukti menyebut dexamethasone tidak berguna untuk pasien tanpa gejala. Demikian juga dengan gejala ringan dan sedang.

“Saya pernah menyampaikan mengenai dampak buruk mengonsumsi dexamethasone ini, saya sebut obat ini sebagai pisau bermata dua,” ungkap Prof Ari.

Untuk orang tanpa gejala, gejala ringan, dan sedang, khususnya di awal penyakit, yang dibutuhkan adalah peningkatan daya tahan tubuh. Prof Ari mengungkapkan, dexamethasone justru membuat daya tahan tubuh menjadi lemah, sehingga membuat virus menjadi mudah meraja lela.

Untuk pengidap Covid-19 dengan diabetes, dexamethasone bisa membuat gula darah menjadi tidak terkendali. Sementara itu, bagi yang menderita hipertensi, tekanan darah bisa menjadi tidak terkontrol.

“Penggunaan dexamethasone akan memperburuk kondisi pasien dengan hipertensi dan diabetes yang memang menjadi komorbid untuk pasien Covid 19,” jelas Prof Ari, dilansir Republika.

Efek samping dexamethasone juga menyebabkan pasien menjadi mudah cemas dan insomnia, hal yang harus dihindari saat kita menderita Covid-19. Dexamethasone juga dapat membuat mual dan perih di lambung.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan tocilizumab dan sarilumab untuk pasien Covid-19 dengan gejala parah. Obat radang sendi tersebut diberikan berbarengan dengan kortikosteroid, seperti dexamethason.

WHO melalui siaran pers menyebutkan bahwa langkah tersebut berdasarkan pada temuan dari meta-analisis prospektif dan jaringan hidup yang dipeloporinya, analisis obat-obatan terbesar hingga saat ini. Obat anti Interleukin-6 adalah obat pertama yang ditemukan ampuh melawan Covid-19 sejak kortikosteroid direkomendasikan oleh WHO pada September 2020.

Menurut analisis WHO, risiko kematian dalam 28 hari untuk pasien yang mendapatkan salah satu dari obat radang sendi tersebut bersamaan dengan penggunaan kortikosteroid, seperti dexamethason, adalah 21 persen dibandingkan dengan yang diasumsikan di antara mereka yang mendapat perawatan standar (25 persen).

Selain itu, risiko berkembang menjadi kematian adalah 26 persen bagi mereka yang mendapatkan tocilizumab dan sarilumab dengan kortikosteroid. Sementara mereka yang mendapatkan perawatan standar risikonya 33 persen.

WHO mengatakan bahwa untuk setiap 100 pasien seperti itu, tujuh lagi akan bertahan hidup tanpa alat ventilasi mekanis.

“Kami telah memperbarui panduan perawatan perawatan klinis yang merefleksikan perkembangan terbaru ini,” kata pejabat Darurat Kesehatan WHO Janet Diaz.(dbs)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *