Pandemi Dan Solusi Holistik

Pandemi Dan Solusi Holistik
Pandemi Dan Solusi Holistik. Foto/ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Ahmad Sastra

Hajinews.id – Wabah pandemik yang menimpa dunia saat ini bukanlah sebuah peristiwa yang pertama terjadi. Sejarahnya telah banyak terjadi wabah seperti black death, ebola, dan flu burung. Penanganan wabah pandemi harus berdimensi holistik, sebab banyak variabel yang mengikutinya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pertama-tama, wabah harus dibaca dalam perspektif dimensi teologis. Dengan adanya wabah, manusia harus senantiasa membangun ruh kesadaran dan keyakinan akan kebenaran qodho dan kehendak Allah. Senantiasa bersabar atas segala ujian dari Allah dan ikhtiar maksimal sesuai dengan perintah Allah.  Tidak berputus asa, menghindari sikap fatalistik, senantiasa berdoa keselamatan agama, kesehatan fisik dan keberkahan ilmu kepada Allah, meningkatkan ibadah-ibadah sunnah, selalu melantunkan zikir untuk ketenangan jiwa serta bertobat atas segala dosa dan salah.

Allah berfirman, tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS At Taghobun : 11). Allah menegaskan pula dalam QS Ar Ruum ayat 41 : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Wabah juga harus disikapi dalam dimensi medis. Dimensi medis menuntut sebuah ikhtiar maksimal dalam upaya pencegahan dan penyembuhan secara medis melalui program tiga T, test, trace dan treatment yang dilakukan pihak pemerintah. Test digunakan untuk memisahkan antara yang sakit dan yang sehat. Tracing digunakan untuk melacak interaksi OTG dengan positif covid-19, sementara treatment adalah bentuk pengobatan kepada yang telah positif terjangkiti virus corona.  Ikhtiar medis juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan berkala, penyuluhan kesehatan, menyiapkan area karantina dan isolasi serta memberikan vaksin yang dipastikan halal dan aman sebagai upaya pembentukan anti body.

Dimensi lain adalah yang berdasarkan saintifik yang mengharuskan pemahaman yang benar seputar covid-19 berdasarkan otoritas ilmu, baik dari jenis virus, genealogi virus, varian pasca mutasi, karakteristik virus, pola penyebaran virus dan pola penularan virus. Jangan sampai virus dipahami oleh pemikiran antisains, sebab akan menimbulkan kompleksitas. Perspektif antisains atas virus akan melahirkan asumsi-asumsi yang kontraproduktif.

Wabah covid-19 juga harus dilihat dengan dimensi psikologis.  Dengan pemahaman yang benar dan tingkat spiritualitas yang tinggi, maka diharapkan tumbuh ketenang batin, senantiasa riang gembira, tidak mudah panik, tidak stress dan depresi, tidak berperilaku menyepelekan dan tidak takut berlebihan, memiliki komitmen kuat untuk disiplin diri serta selalu mengutamakan kejujuran disaat timbul gejala pada dirinya seperti anosmia, demam, batuk, hilang rasa, pilek, sakit persendian  dan diare. Jika bergejala, maka isolasi mandiri di rumah harus dijalani dengan tenang dan sabar.

Pendekatan holistik penanganan pandemi juga membutuhkan pendekatan dimensi sosiologis. Dimensi ini akan membentuk perilaku dan interaksi sosial yang memungkinkan upaya pencegahan tersebarnya virus corona seperti penjarangan aktivitas sosial, lockdown, stay at home, senantiasa menjaga jarak, selalu menghindari kerumunan dan tidak mengadakan acara-acara yang melibatkan banyak orang.

Dimensi ekologis juga bisa menjadi usaha penanganan pandemi di negeri ini. Ikhtiar maksimal dalam menata lingkungan yang memungkinkan bisa mencegah sejak dini tersebarnya virus corona seperti menutup akses publik secara total (lockdown wilayah), menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, menyiapkan sarana pencegahan di setiap area yang diakses masyarakat, melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala di seluruh area strategis, menyediakan tempat cuci tangan, dan menjamin tersedianya lingkungan dengan udara segar dan sinar matahari.

Secara individual juga bisa melakukan pendekatan dimensi fisiologis. Membudayakan hidup sehat secara fisik seperti berolah raga setiap hari, berjemur secara berkala, memenuhi nutrisi dan gizi, beristirahat yang cukup, selalu bermasker saat di luar ruangan, selalu menjaga jaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas (5 M) dan membiasakan budaya sehat dan bersih.

Berikutnya adalah dimensi sinergis. Penanganan dan pencegahan virus corona membutuhkan kekompakan dan kebersamaan serta kesamaan visi dan gerak. Jika ada satu pihak yang tidak bersinergi, maka efek dominonya akan muncul yang pada akhirnya menimpa semua pihak. Dalam skala yang lebih luas, tentu saja sinergi antara pemerintah, nakes, masyarakat dan para ilmuwan sangat dibutuhkan dalam upaya penanganan covid-19 ini.

Selanjutnya adalah dimensi edukatif. Pemerintah atau otoritas harus terus menerus memberikan edukasi terkait covid-19 ini dengan tujuan adanya kesamaan pemahaman, kesamaan kesadaran, kesamaan komitmen dan kesamaan konsistensi dalam menghadapi dan menyikapi pandemi ini. Berbagai panduan tertulis harus disusun agar bisa dibaca oleh masyarakat. Pemerintah wajib memberikan edukasi kepada rakyatnya soal covid-19 dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab.

Terakhir adalah dimensi empatik, dimana sesama masyarakat harus menumbuhkan rasa peduli kepada sesama. Rasa empati akan menumbuhkan perasaan satu tubuh, jika tetangganya sakit, maka yang lainnya ikut merasakan, lantas memberikan bantuan. Rasa empati juga akan melahirkan sikap untuk saling mengingatkan dalam upaya menghindari virus atau tidak menularkan virus kepada orang lain.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *