Wakaf Stunting, Prof Atja Razak: IPHI Harus Isi Missed Opportunity yang Terjadi

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews — Pada webinar Wakaf Stunting yang diadakan PP-IPHI dan BKKBN, Jum’at (16/7/2021), Guru Besar Kesehatan’ Masyarakat dari Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Atja Razak Taha, Sp.Og, Menjabarkan bagaimana stunting terjadi justru lebih dini atau Prakonsepsi. Selain itu ada beberapa missed opportunity yang juga muncul dan saling berkaitan.

Untuk itu Prof Atja, menyampaikan agar dalam program Wakaf Stunting nanti IPHI bisa membantu mengatasi berbagai missed opportuntiy

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Missed opportunity ini yang kita isi,” kata Prof Atja.

Adapun missed opportunity yang dimaksud sebagai berikut.

1. Missed Opportunity dari pelayanan ibu hamil, yang menyebabkan begitu lahir anak sudah 23% stunting

2. Missed Opportunity ASI Eksklusif penyebabnya 38,6 persen.

3. ASI MPASI begitu anak lewat 6 bulan problem baru lagi. Karena pendekatan pendampingan ASI-nya tidak benar.

4. MPASI dengan Imunisasi tidak berhasil secara keseluruhan.

Yang disebutkan di atas adalah kajian-kajian yang dilakukan selama ini. Kendati begitu, menurut Prof Atja, Orang lupa ada satu missed opportunity yang sebenarnya bisa diambil, yaitu, Prakonsepsi.

“Bisa gak semua kita yang haji-haji ini. Punya komitmen yang sama. Kalau kita punya anak atau cucu mau menikah, kita bilang periksa anemia dulu, periksa lingkar lengan. Dua itu saja. Bagaimana? anemia di bawah 12 sekian persen, tunda dulu nak, perbaiki dulu aja. Kalau lingkar lengan di bawah 23 ,5 persen tunda sebentar,” tukasnya.

Prof Atja mengatakan, jika sampai orang tersebut menikah, dan dalam waktu singkat mendapat anak, maka terjadi yang ditakutkan, yakni kehilangan alur 100 tahun. Oleh karena itu sebenarnya banyak hal yang bisa diambil dari opportunity jenis-jenis itu. Banyak sekali yang bisa lakukan.

Dukungan IPHI pada program Stranas

Selain itu guru besar Universitas Hasanuddin itu, mengharapkan pada kesempatan yang akan datang rencana wakaf stunting ini sudah bisa bicara sampai hal yang sifatnya lebih teknis, praktis bisa dilaksanakan di lapangan. Oleh begitu banyak anggota-anggota IPHI.

 

“Mari kita dukung stranas pencegahan stunting ini pada level akar rumput,”

Pertama, soal konvergensi dilakukan oleh 26 kementerian lembaga tingkat kementerian. IPHI harus bisa bantu memastikan sampai di desa.

Kedua, apakah jika sudah sampai di desa daftar sasaran program konvergensi itu sampai setiap individu terdaftar. Dimana telah diungkapkan jika Bkkbn mempunyai data sampai di tingkat desa by name by address. Hal itu adalah langkah cerdas pemerintah memberikan tanggungjawab kepada BKKBN yang dari dulu diusulkan.

Ketiga, jika daftar sasaran sudah benar. Sebab persoalannya menanggapi informasi dari Menteri Sosial sebelumnya terdapat 21 juta sasaran yang salah.

Keempat, jika sudah terdaftar, sudah dapat, maka apakah dimanfaatkan dengan benar atau tidak? Jangan seperti misalnya diberikan bantuan non tunai berasnya dapat malah jual dan dibelikan barang lain.

“Terakhir bisa ndak kita bantu untuk memastikan bahwa pelaksanaan program konvergensi tercatat terlapor melalui saluran yang tepat. Dengan demikian monitoring dan evaluasi bisa kita lakukan dengan sebaik-baiknya ke depan,” pungkasnya.(ingeu)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *