Bersyukur Menurut Imam Al-Ghazali

Bersyukur Menurut Imam Al Ghazali
Bersyukur Menurut Imam Al Ghazali
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Sungguh tak terhitung nikmat karunia dan kasih sayang Allah dari yang terlihat, yang terdengar, dirasakan melalui indera yang diberikan secara gratis pada hamba -Nya selama hidup didunia.

Tapi terkadang manusia lupa bahwa semua karunia  Allah  yang seharusnya disyukuri dan memanfaatkanya untuk kebaikan, untuk beribadah pada Allah namun disia-siakan bahkan dimanfaatkan untuk bermaksiat pada Allah memenuhi nafsunya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ada bacaan utama yang diucapkan dalam setiap salat yakni  : Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin adalah petikan doa iftitah yang mengandung arti “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.( QS Al-An’am; 162). Seluruh hidup manusia, bahkan kematiannya hanya untuk Allah semata. Manusia hidup untuk mengabdikan segenap jiwa, raga, perasaan, pikiran, dan hatinya kepada Allah dan perintah-Nya.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada Allah SWT terdiri dari 4 komponen, yaitu:

  1. Syukur dengan hati ,
  2. Syukur dengan lisan,
  3. Syukur dengan perbuatan,
  4. Syukur dengan menjaga nikmat dari kerusakan.

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah : “  Dan apa saja ni’mat yang ada pada kamu maka  dari Alla-lah (datangnya)…,” (QS. An-Nahl: 53).

Syukur dengan lisan dengan ucapan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah). yang bermakna bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah mengembalikan segala pujian kepada Allah.

Syukur dengan perbuatan yakni bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Rasulullah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya . Orang yang berilmu membagi ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat, dsb.     “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya,” (HR. Tirmidzi )

Bersyukur dengan menjaga nikmat dari kerusakan. Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian pula  halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari “kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.

Untuk itu, kita harus senantiasa memupuk iman dan Islam kita dengan salat, membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, berdzikir dan berdoa. Kita pun harus membentengi diri dari perbuatan yang merusak iman seperti munafik, ingkar dan kemungkaran. Setiap nikmat yang Allah berikan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Allah SWT menjanjikan akan menambah nikmat jika kita pandai bersyukur,

seperti pada firmannya: “…..Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU), sungguh adzab-Ku sangat pedih,” (QS. Ibrahim: 7).

Wallohua’lambishshawab.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar