Tafsir Al-Quran Surat Ghafir 61-63: Urgensi Waktu bagi Kehidupan Umat Manusia

Tafsir Al-Quran Surat Ghafir 61-63: Urgensi Waktu bagi Kehidupan Umat Manusia
Tafsir Al-Quran Surat Ghafir 61-63: Urgensi Waktu bagi Kehidupan Umat Manusia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh KH Didin Hafidhuddin
Ahad, 31 Juli 2021

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Pada hari ini kita dapat bersilaturrahmi secara virtual untuk melanjutkan Pengajian Tafsir Al-Quranul Karim. Insya Allah, pada pagi ini kita membahas Tafsir Al-Qur’an Surat Ghafir ayat 61-63. Mudah-mudahan menjadi ilmu yang bermanfaat, meningkatkan keistiqamahan kita, dan menjadi amal shalih yang mendapatkan pahala dari Allah SWT. Marilah kita mulai dengan membaca bersama Ummul Kitab, Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan memabca Surat 61-63, yang artinya, “Allah-lah yang menjadikan malam untukmu agar kamu beristirahat padanya; (dan menjadikan) siang terang benderang. Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Demikianlah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tidak ada tuhan selain Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan? Demikianlah orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah dipalingkan”

Ayat-ayat ini menjelaskan tentang betapa pentingnya waktu. Urgensi waktu, agar kita orang beriman memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, untuk melakukan perbuatan bermanfaat. Sampai Allah SWT bersumpah dengan waktu, tentang sebab-sebab kebahagiaan manusia dan sebab-sebab kecelakaan manusia. Dalam Surat Al-Ashr 1-3. “Demi masa, Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. Pemanfaatan waktu dengan saling berwasiat saling menasehati, dengan kebenaran dan kesabaran. Bahkan pada ayat lain, “wa tawasaw bil marhamah”, saling berwasiat dengan kasih sayang.

Ada Hadist Rasulullah SAW yang sebenarnya sering kita bahas. “Pergunakan lima masa, lima waktu, sebelum datang lima waktu. Pertama, Kehidupan sebelum datang kematian. Kematian itu pasti datang. Banyak orang lari dari kematian, walau sesungguhnya kematian itu semakin dekat. Kita semua akan kembali kepada Allah SWT. Apalagi sekarang pada masa Pandemi Covid-19. Banyak sekali orang yang meninggal seakan-akan mendadak. Visi hidup kaum muslimin adalah mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, jika mendapat kebahagiaan nanti akhirat. Di dunia ini hanyalah kebagagiaan yang semu, seakan-akan bahagia, seakan-akan berkuasa. Kedua, Masa sehat sebelum datang masa sakit. Pada saat Pandemi Covid-19 ini kita saksikan banyak orang yang sakit. Bahkan banyak orang wafat hanya gara-gara tidak memperoleh oksigen. Bayangkan kita selama masa sehat merasa bebas mendapatkan oksigen, apalagi tidak harus membeli. Betapa berharga masa sehat itu. Ketiga, masa senggang sebelum datang masa sibuk. Jika ada peluang untuk ke masjid, lakukan untuk pergi ke masjid. Jika suatu komunitas mendapatkan manfaat, bukan berada di zona merah, manfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Itu suatu nikmat atau karunia besar dari Allah SWT. “Barangsiapa melakukan shalat isha berjamaah di masjid, maka pahalanya sama dengan setengah qiyamul lail (beribadah shalat malam). Barang siapa melakukan shalat subuh berjamaah di masjid, maka pahalanya sama dengan melakukan quiamul laiun semalam penuh”. Keempat, masa muda sebelum datang masa tua. Selagi masih muda, anak-anak muda perlu mengisi waktu dengan berbagai hal bermanfaat, agar mampu “merebut masa depan”. Masa depan cemerlang akan direbut oleh generasi milenial yang berakhlaqul karimah atau hafidun dan alimun. Amanah dan tidak khiyanat. Alimun itu professional dan memiliki pengetahuan tentang hal itu. Nabi Yusuf AS pernah melakukan hal tersebut. Menjadi pemimpin ketika masih muda dan mampu mengelola cadangan pangan nasional secara baik di negara Mesir, pada zaman itu. Kelima, masa kaya sebelum datang masa fakir (miskin). Rizki dari Allah SWT dimanfaatkan untuk kegiatan positif lainnya. Ketika seseorang sudah jatuh miskin, maka kesempatan untuk beribadah, bershadaqah dan beramal baik melalui rizki mungkin akan berkurang.

Kedua, malam adalah suatu waktu agar kita tenang. Ketenangan dapat tercapai dengan beribadah kepada Allah pada sebagian malam. Keistiqamahan itu dalam beribadah kepada Allah. Perhatikan Surat Muzammil 1-6. “Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! 2. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan”. Walau pun surat ini tertuju pada Nabi Muhammad SAW, tapi sebenarnya kita juga diperintah sebagai ummat Nabi Muhammad SAW. Kita perlu mengupayakan bagun malam, walau sebentar untuk shalat dan membaca Qur’an secara tartil. Berdzikir, bertasbih, dll dan berinadah kepada Allah. Insya Allah kita akan menjadi lebih tenang dalam menjalani kehidupan, menjadi lebih tawakkal kepada Allah SWT. Oleh karena itu, waktu yang terbatas ini perlu kita manfaat sebaik-baiknya. Kita insya Allah termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang bersyukur. Kita faham bahwa sebagian besar manusia tidak mampu bersyukur kepada Allah SWT. Ketika kita mampu bersyukur kepada Allah, insya Allah kita termasuk ke dalam kelompok orang-orang sukses. Semoga kita termasuk orang-orang yang istiqamah kepada Allah SWT.

Menjawab pertanyaan bagaimana cara Allah mengabulkan doa, setidaknya ada 3 cara Allah menjawab atau mengabulkan doa-doa kita. Pertama, secara langsung. Kita minta A, dikabulkan A. Kedua, kita minta A, maka dikabulkan B. Misal, kita minta harta yang banyak, tapi kita diberikan ilmu yang banyak. Kita dikabulkan dengan diberikan teman yang baik, sahabat yang selalu perhatian, dll. Ketiga, kita minta A, maka kelak semua permintaan dikabulkan di akhirat. Kita perlu percaya tentang itu.

Menjawab pertanyaan tentang apakah waktu sekarang lebih pendek karena akhir zaman, hal itu sebernanrya perasaan manusia berubah, walau sebenarnya durasi waktu itu ya sama saja. Pada akhir zaman, waktu memang terasa saja. Ini ada hadist-nya, “Satu tahun terasa sebulan. Sebulan terasa sehari. Sehari terasa satu jam. Satu jam dirasa membaka onggokan daun kering. Betapa cepatnya waktu berlalu.

Menjawab pertanyaan tentang survei yang mengarah pada sekulerisasi pendidikan, sebaiknya kita terus beruapaya agar tidak terjadi sekulerisasi. Hendaknya semua berfikir jernih, bahwa agama sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Ada survey bahwa orang Indonesia paling pemurah dibandingkan bangsa-bangsa lain di dunia. Hal itu adalah karena pengaruh agama. Dalam agama dijelaskan bahwa harta yang dibagi atau disedekahkan kepada orang tidak mampu justeru akan bertambah, bukan berkurang. Itu ajaran agama, bukan karena sekulerisasi. Mendidik anak untuk mencintai agama dan beribadah kepada Allah dapat dimulai dari membiasakan anak shalat tepat waktu. Kita tentu percaya kepada ketentuan Allah SWT bahwa jika shalat rusak, maka baiklah amal-amal yang lain. “Jika seorang anak dapat membedakan tangan kanan dan tangan kiri, maka suruhlah anak itu melaksanakan shalat”. Walau shalatnya belum sempurna, ya tidak apa-apa. Hal itu untuk membiasakan anak-anak menegakkan shalat. Jika seorang perempuan berumah di depan masjid, jika kondisi memungkinkan dan mau shalat ke masjid, silakan saja. Kita tidak dapat berma’mum kepada imam masjid dari rumah yang dipisahkan oleh jalan.

Menjawab pertanyaan tentang kelompok Baha’i yang diberi ucaman selamat oleh Menteri Agama, sebaiknya kita tidak menambah masalah. Kelompok Baha’i itu aliran sesat. Sudah sangat banyak tulisan yang menggambarkan kesesatan kelompok ini. Apalagi dalam kondisi pandemi sekarang. Kita perlu menghindar dari menambah-nambah masalah, agar Allah tidak memberi sanksi bagi kehidupan kita. Kita sudah dua tahun tidak melaksanakan ibadah haji. Hal inilah sebenarnya yang perlu mendapat prioritas penyelesaian, bukan menambah masalah baru. Siapa pun akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia dan di akhirat.

Menjawab pertanyaan tentang KDRT yang dilakukan suami, suami tidak bekerja, isteri mencari nafkah, tapi isteri selalu dituduh selingkuh, kita perlu paham bahwa suami adalah pemimpin rumah tangga. Kewajiban suami adalah pemimpin, pendidik, pembina dan pengayom kepada isteri dan dalam rumah tangga. Ingat, tidaklah memuliakan isteri kecuali orang mulia. Tidaklah menghinakan isteri kecuali orang hina. Kita harus menghindari kekerasan fisik dan psikis. Bagaimana caranya? Perbanyak bangun malam, kalau perlu tahajjud bersama. Kita perlu melakukan “pendekatan langit”, bukan hanya “pendekatan bumi” saja. Minta tolong kepada Allah SWT agar semua menjadi lebih baik.

Mari kita berdoa bersama kepada teman-teman dan jamaah kita yang sedang sakit, semoga Allah SWT segera mengangkat penyakitnya, sehingga beliau-beliau dapat sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *