Busyro Muqoddas: Muhammadiyah Adalah Cermin Watak Asli Bangsa Indonesia

Busyro Muqoddas: Muhammadiyah Adalah Cermin Watak Asli Bangsa Indonesia
Busyro Muqoddas: Muhammadiyah Adalah Cermin Watak Asli Bangsa Indonesia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Pada situasi yang serba sulit dalam konteks politik kebangsaan seperti yang terjadi sekarang, mantan ketua KPK yang juga kader Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menyebut hal itu berdampak dan berkelindan dengan bidang akademik.

Di mana universitas-universitas melahirkan ilmuwan transaksional, penegak hukum transaksional, dan politikus yang transaksional. Busyro menegaskan, padahal sikap dan pandangan hidup yang transaksional tersebut bukan watak asli milik Bangsa Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebab, jikamelihat realitas saat terjadi pandemi Covid-19, sikap tersebut di masyarakat seakan hilang. Bangsa Indonesia menunjukkan sikap aslinya yaitu tolong menolong, dan gotong royong.

“Ada orang-orang yang dengan ikhlas, tidak populer, memberikan dana miliaran rupiah, triliunan rupiah tidak memerlukan media-media,” katanya.

“Sementara masyarakat yang seperti itu, belum lagi yang tolong menolong di RT, RW itu menunjukkan keaslian masyarakat Indonesia. Itu sekaligus modal sosial, modal budaya, dan juga modal politik,” ungkapnya dikutip dari rilis PP Muhammadiyah, Rabu (24/8).

Watak asli bangsa Indonesia yang seperti itu, kata Busyro, tercermin dalam tubuh organisasi sosial kemasyarakatan seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan lain-lain. Mereka-mereka ini yang selalu hadir pada situasi-kondisi sulit yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

Ketua PP Muhammadiyah bidang Hukum dan HAM ini mengatakan, peringatan 76 tahun Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak cukup hanya seremonial tanpa makna substantif.

Menurut Busyro, substansi memperingati 76 tahun kemerdekaan NKRI adalah untuk meningkatkan atau menampilkan keberanian bangsa, terutama aparat negara untuk melakukan koreksi, perhitungan, dan langkah konkrit merubah situasi-kondisi yang ada menuju tatanan keadaban baru.

Melihat Indonesia kekinian dengan kacamata pendekatan bayani, burhani, dan irfani, kata Busyro, tidak cukup sebagai aktivis hanya membicarakan sisi normatif saja, melainkan juga harus menyentuh konteks yang sudah, sedang, dan yang akan terjadi di Indonesia ke depan.

Busyro melanjutkan, centang perenang yang terjadi di Indonesia sekarang disebabkan persoalan yang mendasar dan utama, yakni krisis etika, moral, dan akhlak politik. Sehingga kekuasaan dalam mengelola tata hubungan antara negara, rakyat, dan sumber daya alam (SDA) mengalami pengingkaran jiwa dan nilai, etika atau moral Pancasila.

Sumber: jakarta

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *