Ironisnya, meskipun telah ada dua vaksin karya anak bangsa, yaitu Vaksin Nusantara dan Merah Putih, namun pemerintah terkesan enggan memberi izin pada dua vaksin lokal tersebut. Yang terbaru, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, malah berencana membangun pabrik buatan China di Indonesia.
“Kalau hanya mengandalkan vaksin konvensional, buktinya sampai sekarang varian Delta formulasinya enggak diubah-ubah,” kata Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Prof Chairul Anwar Nidom, Rabu, 25 Agustus 2021.
Dirinya bahkan menegaskan, vaksin Nusantara andal mengendalikan mutasi virus corona di Tanah Air. Nidom menyatakan vaksin Nusantara mampu mengendalikan risiko mutasi varian baru dari SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Vaksin Nusantara, sambung Nidom beserta tim peneliti, sudah mendapatkan formulasi baru.
Menurutnya, jika tidak segera dikendalikan virus akan terus bermutasi menjadi lebih mengerikan. “Jadi, kalau memang serius mengendalikan pandemi, seharusnya digunakan vaksin Nusantara karena bisa menangani mutasi virus,” ujar Nidom. Vaksin Nusantara, lanjutnya, punya kemampuan membuat mutasi varian Delta yang tadinya ganas menjadi lemah.
Berdasarkan pengamatan pada uji klinik fase 1 dan 2, para sukarelawan juga tidak ditemukan masalah. Bahkan mereka merasa lebih nyaman usai penyuntikan vaksin Nusantara. “Perbedaannya, vaksin Nusantara tidak terjadi inflamasi (kejadian ikutan pasca-imunisasi), sedangkan vaksin konvensional ada,” ucap dia.
Nidom menambahkan, vaksin berbasis inactivated virus maupun mRNA yang kini umum digunakan memiliki perbedaan mekanisme kerja dengan sel dendritik milik vaksin Nusantara. “Inflamasi tergantung merembetnya ke mana. Sementara kalau sel dendritik tidak menimbulkan inflamasi, bahkan merendahkan inflamasi komorbiditas (penyakit bawaan),” paparnya.
Nidom mengatakan, vaksin Nusantara pun relatif aman bagi orang-orang yang sedang komorbiditas. Hal itu berdasarkan testimoni dari sejumlah sukarelawan seperti mantan Menkes Siti Fadilah hingga eks Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. “Komorbiditasnya malah mengalami pengurangan beban,” ujar Nidom.
Sumber: news